Pulang ke Rumah Batin

Jurnalis : Christine Desyliana (He Qi Barat), Fotografer : Christine Desyliana (He Qi Barat)
 
 

fotoSebanyaj 50 relawan Tzu Chi Indonesia dilantik menjadi anggota komite di Taiwan.

 “Bersama bergandengan tangan melangkah di jalan Bodhisatwa, agar bisa menyebarluaskan amal kebajikan Tzu Chi di dunia, agar di dunia ada interaksi dalam melakukan perbuatan baik dan sirkulasi kasih sayang antar sesama”.                   
 (Ikrar Pelantikan Anggota Komite/Tzu Cheng Tzu Chi).

 

Waktu di jam tangan menunjukkan pukul 04.10 pagi. Hari itu adalah hari Rabu tanggal 21 November 2012. Di Terminal 2 - Bandara Soekarno Hatta sudah terlihat beberapa relawan Tzu Chi yang menunggu dengan tertib dan tenang. Kami akan berangkat ke Taiwan untuk pelatihan dan pelantikan. Sambil menunggu relawan lainnya, kami tetap menjaga sikap dan kerapian barisan.

 Sambutan yang Ramah dan Sepenuh Hati
Tepat jam 03.00 PM Taiwan, pesawat mendarat di Bandara Taipei, Taiwan. Begitu keluar, kami sudah disambut oleh sekelompok relawan Tzu Chi Taiwan. Mereka sangat gesit, ramah dan selalu tersenyum. Koper-koper kami pun langsung disusun rapi ke dalam bus, yang akan membawa kami ke San Chong.

Kami disambut dengan sukacita oleh relawan Tzu Chi di gerbang masuk dan dengan gesit memberikan kami kantong untuk menyimpan sepatu, lalu kami langsung diantar ke tempat istirahat yang sudah tertata rapi. Tahun ini, Tzu Chi sudah berumur 46 tahun, dan setiap pulang ke Taiwan, euforia yang paling terasa adalah setiap relawan Tzu Chi Taiwan sangat bersumbangsih dengan sepenuh hati dan berusaha menjalankan tanggung jawabnya dengan sukacita, membuat kami merasa berada di rumah sendiri.

Proses Pelantikan Menjadi Murid Master Cheng Yen
Pelatihan kali ini diadakan dari tanggal 22 - 25 November 2012, yang dihadiri relawan dari 4 negara: Korea, Jepang, Indonesia, dan Malaysia, dengan total peserta 450 orang dan melibatkan 380 relawan Taiwan yang terbagi dalam beberapa tim seperti Seragam, TIMA, Penyambutan, Informasi, Konsumsi, Logistik, Pelayanan, Sound system, Ticketing, Materi, 3 in 1, Kebaktian, Mentor, Pendamping Mentor, Administrasi, Penertiban, Pemerhati, dan Kerohanian.

Selama mengikuti pelatihan, kami selalu bangun jam 4.30 pagi dan baru kembali untuk beristirahat pada pukul 10 malam. Selama di tempat pelatihan San Chong, kami benar-benar berusaha mempraktikkan tata krama Tzu Chi dan aturan Tzu Chi yang sudah disepakati bersama seperti saat di kamar tidur, kamar mandi, tempat makan, tempat istirahat, dan setiap area, berbaris, berjalan, duduk, memegang tas, memakai wa tao dan sebagainya. Apakah itu mudah ? Bagi beberapa relawan tentu saja tidak mudah karena budaya tiap orang itu berbeda-beda. Tapi karena di Tzu Chi, semua berusaha keras untuk mengikuti kesepakatan yang sudah ada karena kami sudah tahu bahwa itu semua diciptakan untuk memudahkan pengaturan terutama dalam jumlah orang yang banyak dan beraneka ragam perbedaannya. Lagipula seperti salah satu perenungan Master Cheng Yen, “Jangan mencemaskan beban yang berat, asalkan tetap berjalan di arah yang benar, pasti akan sampai ke tujuan”.

Dan tibalah hari yang ditunggu-tunggu yaitu hari Pelantikan oleh Master Cheng Yen pada Sabtu, 24 November 2012. Semua calon murid sudah memakai seragam yang rapi. Para mentor mulai menyematkan bunga dan pin yang bertuliskan “Hati Buddha, Tekad Guru” di  sebelah kiri atas dada para calon murid. Lalu para Shifu mulai membagikan gelang kepada semua calon murid yang sudah berbaris rapi.

foto   foto

Keterangan :

  • Dengan menjadi relawan komite berarti menjadi murid Master Cheng Yen seutuhnya (kiri).
  • Para relawan berfoto bersama usai dilantik menjadi relawan komite pada tanggal 24 November 2012 (kanan).

Tidak lama kemudian Master Cheng Yen masuk ke ruangan, suasana begitu hening dan khidmat. Kewibawaan Master Cheng Yen memenuhi ruangan. Suasana sejuk dan hening tersebut tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, yang pasti setiap orang yang di ruangan tersebut begitu konsentrasi dan hanya melihat Master Cheng Yen. Setelah proses penghormatan, Master duduk di tempat yang telah disediakan lalu bersama kami para peserta training mendengarkan dengan seksama sharing dari beberapa relawan dari negara Malaysia, Jepang, Korea dan Indonesia. Sharing tersebut kemudian ditutup dengan wejangan dari Master Cheng Yen.

Mulailah setiap calon murid bangun dari kursinya, lalu berjalan ke arah Master Cheng Yen agar dapat disematkan kartu nama di bagian atas dada sebelah kanan dan menerima angpau. Terlihat ada beberapa murid wanita yang sudah berumur 75 tahun dan 83 tahun, ada yang memakai tongkat dan kursi roda. Bahkan di nomor terakhir ada seorang murid laki-laki yang sedang sakit dibopong oleh 2 orang relawan.

Jika melihat hal-hal tersebut, dapat dirasakan betapa semua calon murid memang sudah menunggu hari ini, hari pelantikan sebagai murid Master Cheng Yen seutuhnya. Hal ini sungguh luar biasa. Banyak orang yang terharu dan menangis bahagia. Setelah itu suasana menjadi hening kembali, kami bersiap-siap mendengar wejangan dari Guru.

Wejangan Guru Kepada Para Murid
Master Cheng Yen menjelaskan bahwa saat ini kita bersama-sama telah mempunyai Hati Buddha dan Tekad yang sama untuk senantiasa berjalan di Jalan Bodhisatwa. Kita harus belajar dari para Buddha. “Kalian yang memikul tanggung jawab di negara masing-masing. Kita memerlukan banyak Bodhisatwa Dunia, jadi kita semua harus membina dan membimbing banyak orang,” kata Master Cheng Yen, “Gan En kepada kalian yang telah berjalan di Bodhisatwa. Kita adalah petani ladang berkah. Setiap orang mempunyai tanggung jawab misi ladang berkah, menyebarkan bibit dan pelan-pelan bertekad dan berikrar untuk memperhatikan dunia ini.”

Master Cheng Yen juga mengingatkan kita untuk memiliki arah hidup yang jelas. “Manusia memiliki kesusahan terutama saat hilang arah. Setelah berbuat dosa, baru menyesal. Kita belajar Dharma agar kita memahami dengan jelas dan mampu membedakan mana yang benar dan yang salah. Dulu, saya juga bingung mau ke arah mana. Untung saja hati saya tahu dengan jelas arahnya,” kata Master Cheng Yen.

Pesan itu begitu kuat tertanam di hati saya. Dan herannya, ketika kami di bandara untuk segera pulang ke Jakarta di hari Senin, 26 November 2012, yang ada dalam diri kami terutama penulis adalah “semangat”, sama sekali tak ada rasa “sedih ataupun aliran air mata”. Apalagi jika berpikir sekali lagi betapa luar biasanya pelayanan, pengorbanan dan dedikasi dari insan Tzu Chi, para Shifu dan Master Cheng Yen di San Chong, maka hal yang lebih bijak jika kita ungkapkan ucapan terima kasih atau ungkapan syukur melalui tindakan nyata untuk segera bersumbangsih semampunya dan sepenuh hati, bersama semua insan Tzu Chi sedunia, bersama para Shifu, dan terutama bersama Master Cheng Yen di Taiwan.

  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Belajar dari Siswa Teladan

Suara Kasih: Belajar dari Siswa Teladan

25 Juni 2013 Kemarin adalah upacara wisuda siswa Sekolah Menengah dan SD Tzu Chi Tainan. Di aula yang khidmat itu, kita dapat melihat anak-anak SD, SMP, dan SMA dari usia berbeda-beda mengikuti upacara kelulusan secara bersamaan.
Ketabahan Nenek Rodiah Merawat Cucunya

Ketabahan Nenek Rodiah Merawat Cucunya

08 Januari 2021

Malang betul kisah hidup Alvia Balqis (14). Sejak bayi hingga saat ini, Via, panggilannya, hanya bisa terbaring di tempat tidur. Ia juga tak bisa bicara. Di usia 7 tahun ibunya meninggal dunia. Beruntung ia memiliki nenek yang begitu menyayanginya, Nenek Rodiah (68). 

Suara Kasih: Mawas Diri dan Melakukan Antisipasi terhadap Angin Topan

Suara Kasih: Mawas Diri dan Melakukan Antisipasi terhadap Angin Topan

11 Juli 2013 Kita harus lebih bersyukur karena pada kehidupan lampau kita telah mengikat jalinan jodoh baik sehingga kini kita bisa  mendengar ajaran Buddha. Kita harus menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya dalam keseharian.
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -