Satu Tahun Titik Pemilahan Selatpanjang

Jurnalis : Supardi, Fotografer : Supardi


Hai Mei mengeluarkan botol plastik dari goni sebelum para sukarelawan mulai berdatangan.

Dampak ketidakselarasan 4 unsur alam, seperti bencana alam, cuaca ekstrim, pemanasan global, kian hari kian terasa. Fenomena-fenomena alam tersebut kembali mengingatkan insan Tzu Chi terhadap pesan master, lai bu ji atau sudah tidak keburu lagi. Dengan sikap lai bu ji inilah, insan Tzu Chi menjalani misi pelestarian lingkungan di Kota Selatpanjang, Tebing Tinggi, Riau.

Walau baru satu tahun berdiri atau lebih tepatnya sejak tanggal 26 November 2017, titik pemilahan Selatpanjang telah menjadi wadah bagi masyarkat untuk menyumbangkan barang bekas dan bahan daur ulang. Saat warga tidak dapat membawa sendiri bahan daur ulang, relawan Tzu Chi akan dengan sukacita menjemput.

Sukacita ini bukan karena nilai, namun kesempatan untuk menanamkan prinsip daur ulang-lah yang relawan cari. Setelah menjadi penyumbang tetap, relawan akan mengajak warga untuk menjadi sukarelawan di titik pemilahan. Pola hidup ramah lingkungan pun mulai menjadi gaya hidup bagi beberapa warga Selatpanjang.


Minggu Siang, tanggal 2 Desember 2017, kegiatan daur ulang Tzu Chi Selatpanjang dihadiri oleh sebanyak 30 orang peserta.


Relawan Tzu Chi menjemput barang daur ulang menggunakan dari masyarakat menggunakan gerobak-motor.

“Daur ulang setiap minggu, satu kali mulai dari jam 2 sampai jam 5 sore. Tapi pemungutan daur ulang itu, setiap pagi ada relawan. Sambil olahraga sambil mengumpulkan daur ulang, seperti di jalan-jalan, hotel-hotel, dan tempat pembuangan sampah. Jadi kita punya relawan yang pergi mencari dan memungut, ” ucap Rusli, koordinator titik pemilahan.

Dari pukul 04.00 subuh sampai 07.00 pagi, tiga orang sukarelawan mengumpulkan bahan daur ulang saat mereka berlari pagi. Setiap harinya mereka rata-rata bisa mengumpulkan 3 kantong besar botol plastik untuk disumbangkan ke Tzu Chi. Saat mereka mendapatkan sorotan heran bercampur prihatin dari warga, mereka akan menjelaskan bahwa barang daur ulang ini bukan untuk pribadi, melainkan untuk disumbangkan ke Tzu Chi untuk membantu yang kekurangan. Dengan cara demikianlah, misi pelestarian lingkungan di Selatpanjang mulai dikenal, diterima dan didukung.


Setelah kegiatan pemilahan selesai, Rusli membersihkan dan menyimpan peralatan di titik pemilahan agar siap untuk dipakai lagi minggu depan.

Pikiran sampah menjadi emas, emas menjadi cinta kasih menjadi bahan bakar yang terus menggerakan misi pelestarian lingkungan Tzu Chi di Kota Selatpanjang. Terlebih lagi bagi Hai Mei yang tiap minggunya tidak pernah absen untuk melakukan daur ulang.

“Bisa bantu masyarakat yang kurang mampu. Hasil dari daur ulang kan uang untuk membantu masyarakat yang kurang mampu yang mau ke Pekanbaru untuk berobat. Jadinya hati saya senang,” ungkap Hai Mei, relawan abu-putih Tzu Chi Selatpanjang.

Dengan berdirinya titik pemilahan, kesempatan untuk menggalang dan mengembangkan Bodhisatwa pun terbuka. Banyak jodoh baik yang mulai terjalin antara relawan Tzu Chi dan para sukarelawan di Titik Pemilahan.

“Selama daur ulang ini saya lihat, memang banyak relawan yang masuk kerja di sini. Jadi dalam Tzu Chi Selatpanjang, relawan bertambah banyak selama daur ulang 1 tahun ini. Relawan daur ulang sudah bertambah 20 orang,” ujar Rusli.

Editor: Stefanny Doddy