Semangat Berbagi, Tidak Hanya Milik Orang yang Berlimpah Materi

Jurnalis : Ami Haryatmi (He Qi Barat), Fotografer : Megawati, Amy Haryatmi

Relawan Tzu chi mendampingi dan memberikan kehangatan kepada para oma-opa di Panti Jompo Wisma Sahabat Baru di Kepa Duri, Jakarta Barat.

Pagi yang berbahagia, Minggu, 20 September 2015, sejumlah 14 orang insan Tzu Chi komunitas Kebon Jeruk 1 dan Kebon Jeruk 3, Jakarta barat, melakukan kunjungan ke Panti Jompo Wisma Sahabat Baru di Duri Kepa, Jakarta Barat. Kegiatan yang rutin dilakukan ini dibimbing oleh Ami Haryatmi. Kali ini relawan yang hadir tidak terlalu banyak,  karena pada hari itu juga berbarengan dengan kegiatan Tzu Chi lainnya  .

Pada pukul 9.00 pagi relawan  telah tiba di tempat dan mengucap salam kepada perawat, kemudian  menghampiri oma-opa. Dikarenakan para relawan telah sering berkunjung, maka kehangatan dan kebahagiaan di pertemuan pagi itu sangat terasa.

Setelah bercengkerama, memberikan buah dan makanan serta melepas rindu. Dimulailah acara dengan  permainan “Adopsi”, yaitu masing-masing oma atau opa seolah mengadopsi seorang relawan menjadi keluarganya. Lalu oma-opa dirayu agar bersedia menulis surat dan menganggap relawan tersebut sebagai anak atau keluarganya. Maka relawan berjanji akan membalas surat  pada kunjungan berikutnya. Surat ini akan menjadi ajang untuk lebih dekat dari hati ke hati dengan oma-opa. Menyegarkan memori dan menumbuhkan semangat  dan harapan mereka, karena  ada sesuatu yang  dinanti.

Dalam kunjungan, relawan Tzu Chi membantu para oma-opa untuk menulis surat dan mencurahkan isi hati mereka ke dalam surat tersebut.

Menghibur dan memberikan kehangatan pada oma-opa

Dalam menulis surat, para oma-opa mencurahkan isi hati mereka. Sungguh  mengharukan isi surat-suratnya. Ada yang sekedar curahan hati,  ada pula perngharapan. Pak de Sukardi yang dibantu Yani, relawan Tzu Chi menulis: “Saya ingin sehat lagi, dan bisa bekerja seperti dulu”. Melihat isi surat Pak de maka seorang relawan pun mencoba menghibur. “Pak de Sukardi paling sehat di sini, sering menjadi tumpuan bantuan  oma opa lainnya kan, berarti pak de di sini juga bekerja lho,” terang relawan kepada Pak de. Ucapan ini langsung memekarkan senyum di wajah lansia itu.

Adpun juga, oma Herlina, salah satu penghuni panti yang ditemani oleh Li Chen, menuliskan kerinduannya pada keluarga. Melihat kerinduan oma pada keluarganya membuat relawan yang mendampingi  memberikan penghiburan dan  rengkuhan cinta kasih pada oma Herlina.

Surat lainnya adalah dari Pak Cu Ti Liang yang lumpuh tubuhnya. “Saya tidak berdaya, tapi saya memikirkan anak saya yang sebatang kara. Dia berusia 11 tahun dan saya titipkan pada pengurus RT di Jakarta Barat. Saya mohon Tzu Chi bisa membantu menjadi orang tua asuh,” ucapnya kepada relawan Tzu Chi yang mendampingi.

Masih banyak lagi hal yang tercurah kepada relawan, ada yang minta dibawakan Ba Cang, Gado-gado, Jeruk. Maka pada kunjungan berikutnya, relawan berencana akan membuatkan makanan yang mereka sukai. Terlihat  momen kebahagiaan di wajah oma-opa pada saat itu.

Adapun satu  surat yang senada dengan acara relawan selanjutnya yaitu “berbagi”. Surat ini ditulis oleh oma I-Ing yang dibantu Ami Haryatmi, dalam suratnya, oma bercerita jika ia tidak pernah sempat memikirkan diri sendiri, karena harus mengurus dan membiayai adik-adiknya. “Saya tidak menyesal karena saya berguna bagi saudara-saudara saya,” ujar nya penuh bahagia.

Dengan ijin dari pengurus panti, relawan Tzu Chi mengajak para oma-opa untuk berbagi kasih kepada mereka yang membutuhkan bantuan.

Seperti halnya yang tertuang pada surat Oma I-Ing tentang berbagi, maka acara selanjutnya adalah: “ Dengan celengan bambu, menggalang hati untuk berbagi”. Secara sederhana dijelaskan, bahwa Tzu Chi tidak meminta sumbangan, namun memberi kesempatan oma-opa untuk menanam berkah, sekecil apapun. Mengajak mereka berdana, dengan uang kecil namun memliki arti yang besar bagi yang membutuhkan.

Relawan melakukan ini dengan ijin dan bertanya terlebih dahulu pada pengurus panti, apakah oma opa memiliki uang koin. Saat celengan diedarkan, mereka tidak segan berdana. Mereka  sadar, dulu ketika masih berdaya juga sering bersumbangsih, kini kesempatan itu tak pernah menghampiri, karena mereka terpasung dalam kondisi yang tidak memungkinkan lagi.

Nah di saat Tzu Chi memberi kesempatan,  mereka dengan sukacita bersumbangsih seadanya.  Sungguh suatu potret tentang keikhlasan hati, dalam kesempatan yang masih mereka miliki.  Menjadikan oma-opa tidak sekedar menghitung hari, namun ada makna yang tercipta di sisa kehidupan ini. Terpancar kebahagiaan di paras oma-opa. Karena sesungguhnya “Memberi jauh lebih berharga dan membahagiakan daripada diberi.”

Semangat berbagi, tidak hanya milik orang yang berlimpah materi. Semoga hal ini bisa menginspirasi dan membangkitkan semangat  kepada siapapun untuk saling peduli. Seusai acara sederhana yang menciptakan rasa bahagia dan haru, serta diwarnai canda lucu, maka pada pukul 11.00 WIB, acara diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh Indra. Lalu insan Tzu Chi pun berpamitan dengan membawa kisah manis tentang cinta kasih dan saling berbagi dan sebuah tugas yang tertuang dalam surat oma-opa untuk semampunya ditindaklanjuti.


Artikel Terkait

Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -