Semangat untuk Mandiri

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Arimami Suryo A.

Semangat untuk mandiri mendorong Nur Atikah untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Mulai dari berjualan makanan anak hingga bisnis online dijalani gadis yang kehilangan kedua kakinya saat musibah menimpanya 6 tahun lalu. 

“Kekurangan fisik tidak menghalangi niat Nur Atikah untuk mandiri. Berbekal semangat dan ketekunan, setiap peluang diubahnya menjadi rezeki.”   

Kedua tangannya begitu lincah bergerak. Skateboard itu pun dengan mudah ia dorong ke tempat yang diinginkannya. Tubuhnya lentur mengimbangi setiap gerak roda di bawahnya. Namun gadis itu bukan sedang bermain skateboard, tetapi mempersiapkan segala kebutuhan untuk membuat es lilin. Ketika semua bahan sudah lengkap tersedia, tugas Nur Atikah tinggal satu, meramu dan membungkusnya.

Inilah salah satu kesibukan Nur Atikah, salah seorang penerima bantuan pengobatan Tzu Chi saat dikunjungi pada 26 Juli 2016 lalu. Sejak tahun 2010, pascakecelakaan yang merenggut kedua kaki gadis manis berusia 17 tahun ini (kini 23 tahun), Nur Atikah, atau yang akrab disapa Ika terus didampingi relawan Tzu Chi. Selain mendampingi proses pengobatannya, peran relawan Tzu Chi dalam hidup Ika juga bertambah, menjadi motivator hidupnya. Putri pasangan Andi dan Juju Jumana ini memang sempat down setelah musibah yang menimpanya 6 tahun lalu.

Semua berawal ketika selepas Sekolah Menengah Pertama (SMP) Nur Atikah bekerja di pabrik pembuatan celana jeans di daerah Tangerang, Banten. Ia ingin membantu ekonomi keluarga. Suatu hari di bulan November 2010, nahas menimpanya. Motor yang ia tumpangi bersama temannya menyenggol truk pengangkut kontainer. Kecelakaan itu mencederai kedua kaki Ika, di bagian tungkai bawah hingga paha. Demi keselamatan jiwanya, kedua kaki Ika pun diamputasi. Sejak itulah babak baru kehidupan Nur Atikah dimulai. Semangat hidupnya surut, bahkan ia sempat ingin mengakhiri hidupnya. Beruntung di saat itu banyak orang yang peduli, termasuk para relawan Tzu Chi. Dengan berhati-hati para relawan mendekati, menasihati, dan memberinya dorongan semangat.


Atikah ketika merayakan Ulang Tahunnya yang ke-17. Relawan memberikannya “kejutan” untuk menyemangatinya.


Mulai dari pulsa handphone, pulsa listrik, hingga pakaian dilakoni Nur Atikah untuk mandiri.

Belajar Mandiri

Dengan kedua tangannya Nur Atikah bekerja dan berwirausaha. Mulai dari berjualan pulsa handphone dan listrik, penganan anak-anak (es lilin dan cokelat), hingga berdagang baju via online. “Ya biar nggak minta uang terus sama bapak,” jawabnya polos saat ditanya motivasi utamanya. “Kalau minta terus sama orang tua malu,” tegasnya.

Uang jajan pemberian sang ayah ia kumpulkan. Setelah terkumpul, Ika menggunakannya untuk modal berdagang pulsa online (telepon dan listrik). Selain berdagang pulsa Ika juga membuat makanan kecil di rumah. Bisnis Ika semakin beragam dengan hadirnya Ellen, relawan Tzu Chi yang memiliki toko pakaian di Jakarta. Ika diajarkan untuk berjualan pakaian secara online. “Barang-barangnya di-drop Ellen Shijie (relawan Tzu Chi yang memiliki toko pakaian di Jakarta - red), dan kalo sudah laku baru Ika setorkan,” ungkapnya. Dan menjelang Lebaran kemarin, banyak teman dan tetangga yang membeli baju padanya. Dengan beragam aktivitas ini membuat Ika lebih mudah melupakan kekurangan dirinya. Terlebih kini Ika tidak memiliki hambatan dalam beraktivitas, dengan adanya skateboard yang menjadi “pengganti” kedua kakinya.

Adalah Hok Cun, relawan Tzu Chi Tangerang yang memiliki gagasan unik itu. Hok Cun juga salah satu relawan yang setia mendampingi Ika selama 6 tahun ini. “Supaya Ika kalau mau “jalan” nggak perlu ngesot-ngesot lagi. Kalau ngesot itu kotor dan bisa bikin luka lagi,” jelas Hok Cun. Meski awalnya sempat sulit bergerak di atas papan seluncur, Ika kini merasa sangat terbantu dengan alat ini. “Sekarang mau kemana, ambil apa di rumah bisa,” tegas Ika. 

Kepada relawan Tzu Chi ini Ika mengucap syukur dan terima kasih karena sampai hari ini masih terus mengunjungi, memotivasi, atau sekadar menanyakan kondisinya saat ini.  Di mata Hok Cun, Nur Atikah yang sekarang berbeda dengan gadis yang ditemuinya 6 tahun lalu. “Nur Atikah semangatnya tinggi. Meski tubuhnya lama, tetapi semangatnya baru,” pujinya.


Artikel Terkait

Semangat untuk Mandiri

Semangat untuk Mandiri

08 September 2016

Kekurangan fisik tidak menghalangi niat Nur Atikah untuk mandiri. Berbekal semangat dan ketekunan, setiap peluang diubahnya menjadi rezeki. 

Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -