Seuntai Kasih dari Jakarta

Jurnalis : Djunarto (He Qi Timur), Fotografer : Johan Kohar (He Qi Timur)
 
 

fotoRelawan Tzu Chi dari He Qi Selatan dan Hu Ai Kelapa Gading bercengkrama dan bergembira bersama anak-anak Panti Santo Yusuf, Sindanglaya, Puncak, Jawa Barat.

"Sebuah hati yang penuh belas kasih adalah     sebuah tempat yang jernih dan sejuk"           (Master Cheng Yen)

Hujan gerimis rintik-rintik mengiringi kepergian kami, relawan Tzu Chi dari Hu Ai Kelapa Gading menuju Sindanglaya, Puncak- Jawa Barat, Tanggal 31 Januari 2010, tepatnya pukul 05.30, kami menuju ke lokasi baksos kesehatan yang berada di panti asuhan Santo Yusuf. Baksos yang sudah direncananakan sebelumnya ini merupakan hasil kerja sama relawan Tzu Chi He Qi Selatan dan Hu Ai Kelapa Gading. Baksos kesehatan ini berupa pengobatan umum, kulit, gigi, salon kecantikan, serta pelajaran budi pekerti yang diberikan oleh Tim Da AI Mama dan DaAi Papa pusat. Sehari sebelum pelaksanaan baksos, beberapa tim persiapan telah tiba di lokasi.

 

Setibanya di lokasi acara, seluruh relawan dari tim konsumsi Hu Ai Kelapa Gading segera menurunkan barang-barang yang dibawa dari Jakarta. barang-barang itu kemudian ditata rapi dan dihangatkan dengan pemanas yang telah dipersiapkan. 15 menit kemudian, tim dokter TIMA (Tzu Chi International Medical Association) dari Indonesia pun berdatangan di lokasi acara. Mereka kemudian segera menempati bagian pengobatan umum, spesialis kulit dan spesialis gigi dan mulut. Saat itu, jumlah dokter yang bergabung sebanyak 25 orang. para dokter ini ke lokasi ada yang datang sendiri maupun bersama dengan rombongan, dan semua itu dilakukan dengan sukarela.

Kasih itu indah
Rupanya, tidak semua anak-anak penghuni panti adalah mereka yang kehilangan orangtua, karena ternyata ada sebagian kecil orangtua yang memang menitipkan anak mereka untuk belajar di sekolah ini. Para orangtua ini menitipkan anak-anak mereka karena si anak di rumah sering tidak naik kelas dan rata-rata anak-anak yang lumayan bandel. Namun, sesudah ditempatkan di panti, tabiat-temperamen maupun keinginan anak untuk belajar menjadi lebih baik.

Maka tak heran, para orangtua ini kadang-kadang seminggu sekali datang menjenguk anak mereka. saat kunjungan itu, para orangtua ini pun lantas mendapati bahwa anak mereka telah banyak berubah. Samuel (12) misalnya, mestinya dia sudah harus duduk di bangku SMP kelas 1, namun karena tertinggal kelas sebanyak 2 kali maka dia harus bangga masih duduk di bangku sekolah kelas 5 SD.

"Saya akui waktu di rumah saya tidak pernah belajar, namun hanya bermain dan bermain saja," kata Samuel dengan nada sedikit menyesal. "Dan kini saya sudah berada di sini 1 tahun lamanya dan dititipkan oleh orang tua saya kemari, supaya saya bisa berubah," katanya lagi.  

Pada mulanya, dia tidak kerasan berada di panti, namun sesudah 1 minggu lamanya, dia mendapati dirinya banyak sekali memiliki teman. Sekarang, dia pun sudah sangat betah berada di panti untuk belajar mengubah tabiatnya dan belajar dengan giat di sekolah.

foto  foto

Ket : - Seorang anak panti tampak sedang diwawancarai oleh Bernadetha, reporter dari DAAI TV.  (kiri)
          - Sebelum makan, anak-anak ini diajarkan kedisiplinan untuk terlebih dahulu berdoa bersama. (kanan)

Dia pun mengakui semua perbuatan masa lalunya, dan sekarang kelihatan sudah sangat enjoy berada di sini. "Saya sudah naik kelas loh," kata Samuel dengan senyum penuh kemenangan. Menurut bapak dan ibu asrama, setiap 10 anak-anak panti dipimpin oleh satu ibu atau bapak asrama, agar supaya lebih terarah dalam membimbing anak-anak tersebut. Jam makan, jam belajar, jam tidur diatur dan semua itu  diatur dengan memberikan sedikit kelonggaran agar anak-anak tidak mudah ngambek. "Pernah loh, ada yang mencoba untuk kabur dari tempat ini, terutama anak yang dititipkan orangtuanya ke sini, namun sesudah diberikan bimbingan, sekarang malah tidak mau pulang, dan tetap melanjutkan sekolahnya disini," ujar Fransiskus (37) dengan mimik penuh senyum.

Penghayatan makna
Hidup itu tergantung masing-masing individu, apakah mau dibawa baik atau dibuat menjadi tidak terarah. Pilihan hanya ada pada kita masing-masing. Jangan pernah menyalahkan orang lain. semua yang diperbuat harus ditanggung sendiri, demikian saya berujar kepada Samuel. "Untuk itu rubahlah dirimu menjadi kebanggaan orangtuamu, tunjukan prestasimu kepada beliau sehingga orangtuamu dapat bangga kepadamu," Ok, gak Samuel?” kata saya. Dia pun mengangguk tanda setuju dan tetap bertekad untuk makin mengubah dirinya menjadi lebih baik.

Tak terasa, relawan Tzu Chu Hu Ai Kelapa Gading pun sudah harus berpamitan pulang. Pelajaran yang dapat kami petik pada hari itu sangat banyak. Tiada yang lebih indah selain mengasihi sesama, itulah pelajaran terbesar yang kami peroleh pada hari itu. Good luck dan selamat belajar untuk semua anak-anak panti.

 

 

 

  
 
 

Artikel Terkait

Berbagi Tidak Selalu Berupa Materi

Berbagi Tidak Selalu Berupa Materi

30 Agustus 2016

Melakukan kebajikan tidak harus dengan berdana materi tetapi bisa dilakukan dengan cara lain, salah satunya donor darah. Kegiatan rutin per tiga bulan yang diadakan Tzu Chi bekerjasama dengan PMI.

Suara Kasih: Bersama-sama Menyelami Sutra

Suara Kasih: Bersama-sama Menyelami Sutra

03 Agustus 2012 Selama 20 tahun ini, para guru sungguh memiliki hati Bodhisatwa dan hati orang tua. Selama 20 tahun ini, mereka menggarap petak demi petak ladang batin para murid serta mendampingi para murid dengan segenap hati dan berbagai metode.
Kasih Orangtua Tiada Tara

Kasih Orangtua Tiada Tara

12 Oktober 2011 Menyambut kelahiran Saki, Anton dan keluarga merasa bahagia sekaligus pilu, karena Saki yang baru lahir memiliki bentuk bibir yang sumbing. Melihat kondisi Saki yang demikian, Anton dan keluarga hanya bisa pasrah. ”Persoalan ini kita terima, karena anak ini pemberian Yang Maha Kuasa,” ungkap Anton.
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -