Suara Kasih: Bertambahnya Anggota Keluarga Besar Tzu Chi

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

 

 

Judul Asli:

Bertambahnya Anggota Keluarga Besar Tzu Chi

Bersukacita karena bertambahnya anggota keluarga besar Tzu Chi
Seorang relawan asal Jerman menahan rasa sakit demi menciptakan lebih banyak berkah
Membentangkan Jalan Bodhisatwa lewat tetes demi tetes sumbangsih
Memulai langkah di Jalan Bodhisatwa dari tataran makhluk awam

Waktu berlalu dengan sangat cepat. Inilah saat paling menggembirakan setiap tahunnya karena anggota keluarga besar Tzu Chi bertambah lagi. Hari ini saya melihat kalian begitu tulus naik ke atas panggung untuk dilantik. Ini saat-saat yang paling saya nantikan setiap tahunnya. Saya yakin kalian semua yang dilantik juga merasa sukacita dan sangat menantikan hari ini, benar tidak? “Ya” jawab para murid. Tahun ini, hampir 2.000 relawan dari 23 negara kembali untuk dilantik. Di antaranya ada seorang relawan yang berasal dari Jerman yang bernama Tuan Pfaff. Istri Tuan Pfaff adalah orang Taiwan. Istrinya sangat menyukai Tzu Chi. Awal tahun ini, Tuan Pfaff menemani sang istri pulang ke Taiwan. Jadi, saya berkata padanya, “Kamu harus mendukung istri kamu.” Kamu juga bergabunglah dengan Tzu Chi.” ucap Master kepada Tuan Pfaff. Itulah yang terjadi pada awal tahun ini.

Pada pertengahan tahun ini, Italia diguncang gempa bumi sehingga banyak bangunan yang roboh. Berhubung di Italia tidak ada relawan Tzu Chi, sepasang suami istri ini bergerak untuk mengundang relawan Tzu Chi dari negara-negara tetangga, meliputi Belanda, Inggris, dan  Perancis untuk bekerja sama dalam menyalurkan bantuan. Mereka juga menggalang dana dengan menggunakan nama Tzu Chi untuk menyalurkan bantuan. Saat terjun ke lokasi bencana, mereka menyadari ketidakkekalan hidup ini. Saat ketidakkekalan terjadi, betapa banyak orang yang menderita. Mereka mulai menyadari berkah setelah melihat penderitaan.

Setelah menyalurkan bantuan, mereka masih membuat perencanaan untuk terus mencurahkan perhatian dan membantu para korban bencana. Ini semua terus mereka rencanakan. Kali ini, Relawan Pfaff kembali untuk dilantik. Dia berkata bahwa tidak lama sebelum kembali ke Taiwan, dia baru menjalani operasi tulang belakang. Akan tetapi, mengetahui bahwa saya mengajarkan tentang pola hidup rajin dan hemat, menyadari berkah setelah melihat penderitaan, menghargai berkah, dan menciptakan berkah, dia memutuskan untuk kembali ke Taiwan dengan menggunakan pesawat kelas ekonomi. Saya sungguh tersentuh mendengarnya. Dia adalah orang Jerman, tetapi sangat mendengar ajaran saya. Dia menyerap ajaran saya ke dalam hati dan mempraktikkannya lewat tindakan nyata. Ini sungguh membuat saya tersentuh. Demi kembali untuk dilantik, meski baru menjalani operasi, dia rela menempuh perjalanan selama 20 jam lebih dengan menumpang pesawat kelas ekonomi. Dia bukan tidak punya uang, tetapi ingin berhemat. Mengapa dia ingin berhemat? Demi menciptakan berkah. Dia telah melihat penderitaan para korban bencana yang hingga kini masih tidak dapat memulihkan kehidupan mereka. Karena itu, kini dia berencana untuk kembali menyalurkan bantuan bagi para korban bencana.

Meski memiliki banyak uang, janganlah kita hidup berfoya-foya. Kita bisa menghemat uang untuk berfoya-foya guna menolong banyak orang. Ini juga bagian dari akhlak. Gaya hidup yang mewah tidak menjamin orang lain akan menghormati kita. Jika di tengah kehidupan yang berlimpah kita bisa hidup rajin dan hemat demi bersumbangsih, maka orang lain akan menghormati dan mengasihi kita. Kita harus memiliki sikap yang baik. Inilah Jalan Bodhisatwa. Setiap orang harus tekun dan bersemangat dalam menapaki Jalan Bodhisattva di tengah masyarakat. Untuk itu, kita harus mempelajari semangat ajaran Buddha. Kita juga harus mempraktikkan Dharma lewat tindakan nyata. Inilah ajaran Jing Si.

Sutra bukan hanya untuk dilafalkan saja. Sutra menunjukkan jalan, dan jalan harus dipraktikkan. Kita harus sungguh-sungguh mempraktikkan Dharma agar memperoleh manfaat darinya. Kita harus merasakan dan menapaki jalan ini sendiri. Jika tidak, maka seperti ada orang yang memberi tahu kita di mana ada pohon yang sangat besar, sangat rimbun, dan sangat indah. Jika tak melakukan perjalanan sendiri, kita tidak akan pernah melihat pohon itu. Tanpa menapaki Jalan Bodhisatwa, kita tidak dapat menyadari kebenaran tertinggi dari ajaran Buddha. Karena itu, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Sebagai makhluk awam, kita sering berjalan tanpa arah. Dengan menapaki Jalan Bodhisattva, jalan hidup kita akan menjadi terarah dan selaras dengan kebenaran. Saat menapaki Jalan Bodhisatwa, kita akan semakin dekat dengan Dharma. Saat terjun ke tengah masyarakat, berbagai penderitaan terpampang di hadapan kita. Inilah yang disebut prinsip kebenaran. Berbagai kebenaran tentang penderitaan akan muncul di hadapan kita.

Saudara sekalian, Bodhisatwa tidak tega melihat makhluk hidup menderita dan selalu memandang semua makhluk bagai keluarga sendiri, apakah kita sudah mencapai semangat ini? Janganlah lengah terhadap pikiran kita. Kita harus meneladani semangat Bodhisatwa dalam bersumbangsih bagi semua makhluk. Inilah mazhab Tzu Chi. Praktik sumbangsih di tengah masyarakat untuk membebaskan penderitaan semua makhluk adalah mazhab Tzu Chi. Kita juga harus terus tekun dan bersemangat dalam melatih diri. Dalam keseharian, kita harus hidup rajin dan hemat serta giat mendalami dan mempraktikkan Dharma. Setiap hari kita harus memupuk kebajikan. Kemarin, saat masuk ke sini, saya melihat guci koin yang sangat besar. Hari ini, guci koin itu sudah hampir setengah penuh karena setiap orang terus menghimpun donasi. Dari hal ini, kita dapat belajar untuk tidak meremehkan setiap sumbangsih yang kecil. Kita harus menghimpun sumbangsih dan kekuatan setiap orang.

Demikian pula dengan pementasan adaptasi Sutra. Gerakan kalian semua terlihat begitu rapi. Kalian telah menuangkan Dharma dari dalam hati lewat setiap gerakan. Ini sungguh membuat saya tersentuh. Di depan dada kalian terpasang pita bertuliskan “Hati Buddha dan Tekad Guru”. Karena menghormati dan meyakini Buddha, kita harus menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri dan menjadikan tekad Guru sebagai tekad sendiri serta bertekad menapaki Jalan Bodhisatwa. Tzu Chi berawal dari Taiwan. Dimulai dari Taiwan, kita membentangkan Jalan Bodhisatwa ke seluruh dunia. Jika Jalan Bodhisatwa ini bisa kita bentangkan dengan baik dan sungguh-sungguh, maka semua orang di seluruh dunia akan dapat menapakinya. Semoga Jalan Bodhisatwa bisa mengitari seluruh dunia. Saat semua orang menapaki Jalan Bodhisatwa, maka bumi ini akan menjadi sehat dan bencana alam juga akan berkurang. Ini semua harus dimulai dari hati manusia. Dari jalan makhluk awam, kita mulai menapaki Jalan Bodhisattva. Kita harus membentangkan Jalan Bodhisattva dengan sungguh-sungguh lewat tindakan nyata kita. Untuk itu, kita harus bersumbangsih dengan sungguh-sungguh. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 

Artikel Terkait

Pengobatan Antar Pulau

Pengobatan Antar Pulau

24 Desember 2009 Tzu Chi Kantor Penghubung Makasar tersebut akan melakukan survei kasus kepada 5 pasien. Mereka adalah Yoshua (2) yang menderita Athesia Ani Colostomy, Salomina Swabra (5) yang menderita Megalo Cornea, Edison Swabra (3 bulan) yang menderita kasus Hydrocephalus, Martha Rumera (1 tahun 2 bulan) yang menderita tumor di pangkal hidung, dan Pieter Mamoribo (2) yang di dalam otaknya terdapat peluru
Tzu Chi Indonesia Kembali Meraih Rekor MURI

Tzu Chi Indonesia Kembali Meraih Rekor MURI

28 Januari 2015 Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menerima penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dalam kategori Pelopor Pembangunan Rumah Susun dengan Pembinaan Berkelanjutan Bagi Kaum Miskin pada 27 Januari 2015.
Berbagi Ilmu kepada Para Penyandang Tunanetra Melalui Kanal YouTube

Berbagi Ilmu kepada Para Penyandang Tunanetra Melalui Kanal YouTube

19 Agustus 2021

Masih ingat Sofyan Sukmana yang pernah dibantu Tzu Chi menjalani operasi pengangkatan tumor mata di Taiwan pada tahun 2004, 2006, 2008, dan 2015? Sofyan kini menjadi pengajar ilmu komputer dan internet bagi para penyandang tunanetra.

Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -