Tantangan dalam Menyikapi Arus Informasi di Masyarakat

Jurnalis : Arimami Suryo A., Fotografer : Arimami Suryo A.


Dalam rangka 25 tahun perjalanan Tzu Chi Indonesia dalam menebar cinta kasih diadakan seminar bertajuk Media dan Kemanusiaan pada Minggu, 21 Oktober 2018. Kegiatan ini mengundang pembicara dari berbagai kalangan dengan materi yang berbeda-beda pula.

Antusias para peserta seminar terlihat di ruangan lantai 3 Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara saat para pembicara seminar yang berasal dari berbagai kalangan seperti pemerintah, praktisi media, tokoh masyarakat, serta dari Tzu Chi Indonesia sendiri menyampaikan materi dalam Seminar Media dan Kemanusiaan, Minggu, 21 Oktober 2018.

Masyarakat dari berbagai kalangan yang mendapat informasi tentang acara seminar Media dan Kemanusiaan mulai dari mahasiswa hingga masyarakat umum secara estafet memasuki Aula Jing Si, Tzu Chi Center sejak siang hari untuk mengikuti seminar tersebut. Tercatat sebanyak 736 peserta menghadiri seminar Media dan Kemanusiaan yang diselenggarakan dalam menyambut 25 tahun perjalanan Tzu Chi Indonesia dalam menebar cinta kasih.

Mengawali acara seminar, Kepala Staf Presiden, Moeldoko langsung menyampaikan materi tentang menyikapi berita hoax. Dalam kesempatan tersebut, mantan Panglima TNI tersebut juga menyinggung bahwa berdasarkan riset, 90 persen masyarakat Indonesia mengikuti berita-berita yang sarat akan politik dan SARA yang di dalamnya mengandung unsur hoax.


Kepala Staf Presiden, Moeldoko menjadi pembicara dalam seminar Media dan Kemanusiaan dengan membawakan materi menyikapi berita hoax.


Sebanyak 736 peserta mengikuti seminar Media dan Kemanusiaan di lantai 3 Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara.

“Dalam menyikapi berita atau informasi hoax, rasionalitas kita harus dikedepankan karena kalau tidak, maka kita menjadi mudah tersulut emosi. Padahal berita-berita yang disebarkan itu sebenarnya tidak seperti itu. Informasi hoax itu memiliki resiko perpecahan, menggangu rasa-rasa persudaraan, apalagi terkait dengan SARA. Saya menghimbau kepada semua untuk betul-betul jangan melakukan itu, dan saya menghimbau kepada semua untuk bijaksana dalam menyikapi informasi,” jelas Moeldoko saat ditemui seusai memberikan materi seminar.

Selain itu, Menteri Komunikasi dan Informasi RI, Rudiantara juga menjadi salah satu pembicara dalam seminar Media dan Kemanusiaan. Dalam hal ini, Rudiantara menyoroti bahwa televisi sendiri bisa mengutip informasi dari media sosial. Kemudian dari situ dikutip dan disebarkan lagi ke masyarakat.

“Kalau berita dengan nilai kebaikan yang tersebar dengan cara tersebut, maka sudah pasti akan memberi dampak positif bagi masyarakat. Namun jika berita yang disebarkan itu adalah berita buruk atau hoax, sudah pasti akan berbahaya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara,” ungkap Rudiantara.

Suasana seminar pun semakin menarik, apalagi selepas istirahat. Penggiat Sosial Kemanusiaan, Inaya Wahid membuat para peserta seminar bertepuk tangan sekaligus terharu dengan materi yang dibawakan oleh putri dari KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tersebut. Dalam kesempatan ini, Inaya memparkan pandangannya mengenai masalah kemanusiaan.


Dalam seminar ini, Menteri Komunikasi dan Informasi RI, Rudiantara juga hadir memberikan materi kepada para peserta.


Penggiat Sosial Kemanusiaan, Inaya Wahid yang juga putri dari Gus Dur mendapatkan piagam setelah menjadi pembicara dalam seminar Media dan Kemanusiaan.

Inaya menyampaikan bahwa “obat” untuk terhindar dari permusuhan adalah dengan bertemu dengan orang-orang banyak dan berbeda-beda baik dari suku, agama, ras, dan antar golongan. Karena dengan mengenal mereka permusuhan tidak akan timbul.

“Saya mengutip omongan Gus Dur. ‘Tidak ada yang lebih baik dari hidup dicintai banyak orang, dan itulah hakikat kemanusiaan yang sesungguhnya,” kata Inaya.

Dalam seminar ini turut menjadi pembicara Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Prof. KH. Aqil Siroj, Ketua Aliansi Jurnalistik Indonesia, Abdul Manan, Penggagas Good News From Indonesia, Akhyari Hananto, Head of Regional Communication Center ICRC, Ghaleb Cabbabe. Ada juga Chief Creative Officer Global Creative Lab, Global Views Commonwealth Publishing Group Taiwan, Dylan Yang, serta Hong Tjhin dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Peran Media Sebagai Sumber Informasi Positif

Seminar Media dan Kemanusiaan ini memberikan banyak sekali pengetahuan dan informasi kepada para pesertanya. Bagi mahasiswa yang menjadi peserta, kegiatan ini menjadi ajang untuk belajar tentang bagaimana seharusnya informasi disampaikan kepada masyarakat. “Seminar ini bagus banget, membantu juga, jadi pengetahuan aku tentang media jadi bertambah. Serta banyak tahu juga tentang kemanusiaan,” ungkap Sarah Gina Nandifa (19), salah satu peserta seminar dari Binus University, Jakarta.

Sepanjang sesi seminar, Sarah memperhatikan dengan seksama apa yang disampaikan oleh para pemateri. Mahasiswi jurusan Komunikasi Massa ini pun begitu tersentuh saat Inaya Wahid memberikan materi dengan gaya yang santai dan blak-blakan.


Laeli Fajri, peserta seminar Media dan Kemanusiaan asal Kota Bogor memperhatikan materi yang disampakan dalam acara tersebut.


Sarah Gina Nandifa, salah satu peserta seminar dari Binus University mengikuti gerakan isyarat tangan Satu Keluarga di sela-sela kegiatan seminar.

“Semuanya berkesan, tetapi yang paling menyentuh adalah saat mbak Inaya Wahid menjelaskan tentang sikap intoleran yang merajalela saat ini,” jelas Sarah. 

Hampir senanda dengan Sarah, wanita asal Kota Bogor, Laeli Fajri (23) yang jauh-jauh datang untuk menikuti seminar Media dan Kemanusiaan pun mendapatkan banyak pencerahan dari kegiatan tersebut. Awalnya Laeli tahu dari teman informasi tentang seminar, kemudian sama-sama berangkat ke Tzu Chi Center, PIK, Jakarta. “Kebetulan tema seminarnya kan menyinggung peran media ke masyarakat.  Pasti banyak informasi yang didapat di sini,” ungkap Laeli.

Secara keseluruhan, Laeli juga banyak menyerap informasi dari para pembicara. Bahkan ia sempat kaget jika yang menjadi pembicara awal adalah Kepala Staf Presiden, Moeldoko. “Yang pertama agak kaget karena yang menyampaikan materi adalah Pak Moeldoko. Tapi memang benar yang beliau sampaikan. Menjadi masyarakat harus bisa men-screening tentang informasi yang didapat, jangan sampai memasukkan informasi yang menyesatkan,” kata Laeli.

Selain itu, Laeli juga memahami bahwa media terutama media sosial sekarang memberikan informasi yang terkadang membuat gaduh, membuat resah masyarakat.

“Jadi kalau ada hal yang tidak benar memang harus stop sampai di kita. Harus diperhitungkan dari berbagi aspek dampak dari konten-konten media. Selain itu masyarakat sendiri juga sudah seharusnya cerdas dalam menyikapi segala sesuatu apalagi dengan internet setiap orang bisa mengakses informasi apa saja saat ini,” tutup Laeli.

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Tantangan dalam Menyikapi Arus Informasi di Masyarakat

Tantangan dalam Menyikapi Arus Informasi di Masyarakat

22 Oktober 2018
Antusias para peserta seminar terlihat saat mengikuti Seminar Media dan Kemanusiaan, Minggu, 21 Oktober 2018. Seminar ini digelar di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara. Para pembicara seminar berasal dari berbagai kalangan seperti pemerintah, praktisi media, tokoh masyarakat, serta dari Tzu Chi Indonesia.
Dengan keyakinan yang benar, perjalanan hidup seseorang tidak akan menyimpang.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -