Tzu Ching Camp: Ada Tekad, Ada Hati

Jurnalis : Henry Jusrin (Tzu Ching), Fotografer : Edy Kurniawan, Mikidana Yanuar Budiman (Tzu Ching)

fotobeberapa bulan terakhir ini, setiap minggunya Tzu Ching selalu mengadakan latihan rutin.

Buddha membabarkan 20 kesulitan dalam kehidupan
Jika ada tekad mengatasinya, maka tiada yang sulit
Berjalan di jalan Tzu Chi dengan hati Buddha dan tekad Guru
Saling bergandengan tangan mengikuti jalinan jodoh
…….

 

Secara nyata mempraktikkan jalan Bodhisatwa
Dengan tekad melatih diri yang teguh, maka tiada yang sulit
Dimanakah letak 20 kesulitan dalam kehidupan?
(Lagu penutup "Mengatasi 20 Kesulitan dalam Kehidupan")

Mengatasi 20 Kesulitan dalam Kehidupan
Pementasan drama dan shou yu (isyarat tangan) “Mengatasi 20 Kesulitan dalam Kehidupan” selesai sudah. Luar biasa, itulah komentar yang diucapkan para peserta dan panitia yang melihat dan menyaksikan drama ini. Satu per satu para panitia Tzu Ching Camp VI yang tidak menjadi pemeran drama dan shou yu mengucapkan selamat kepada para pemeran.

Para pemeran drama dan shou yu pun tersenyum lepas. Walau kami tahu, kami belum menampilkan yang luar biasa, tapi kami sudah menampilkan yang terbaik. Tanggung jawab di pundak kami sudah kami lepas. Salah satu sutra Buddha sudah kami tampilkan dan sampaikan maknanya kepada para peserta Tzu Ching Camp VI dan penonton pertunjukan kali ini.

Rasa bahagia pun semakin muncul, ketika lagu “Wo De Ming Zi Jiao Yong Gan” (Namaku adalah si pemberani) diputar dengan diiringi video perjalanan drama mulai dari awal hingga usai. Beberapa diantara kami terharu, karena selain drama dan shou yu ini bisa berjalan dengan maksimal, kami juga berhasil mengatasi kesulitan ini. Kesulitan yang membuat kami, para pemain drama dan shou yu, semakin mendalami Dharma Master.

foto    foto

Keterangan :

  • Tzu Ching mementaskan sebuah drama yang berjudul "Mengatasi 20 Kesulitan dalam Kehidupan" (kiri).
  • Kerja keras latihan selama berbulan-bulan pun terbayar setelah berhasil menampilkan drama ini pada saat camp. (kanan).

Langkah Awal, Langkah yang Berat
Latihan drama ini, bukanlah semulus yang dibayangkan. Banyak batu kerikil kesulitan, pasir halangan, luapan emosi yang terkadang keluar dari para pemain yang terlibat. Dari sekian banyak yang mendaftar untuk berpartisipasi di pementasan ini, hanya tersisa 40 orang yang siap untuk menampilkan pentas sutra ini. Itupun terbagi lagi dalam dua bagian, yaitu pemain drama dan shou yu. Kesibukan sebagai mahasiswa/i dan pekerja yang membuat mereka harus mundur dari pementasan ini.

Latihan pada awal-awalnya pun kurang maksimal. Setiap minggu, pemeran yang ikut latihan selalu kurang. Sehingga, efektivitas latihan ini pun berkurang. Banyak yang pesimis, bahwa pementasan ini tidak berjalan dengan maksimal. Banyak yang pesimis bahwa drama ini dapat sekelas dengan Sutra Bakti Seorang Anak (SBSA) yang dipentaskan tahun lalu oleh Tzu Ching sendiri. Sikap pesimis itu terus muncul. Rasa khawatir, ragu, gelisah, terus datang silih berganti di antara pemain drama dan shou yu. Apalagi, setiap minggunya, ada saja pemain yang mundur, atau pindah peran karena kondisi tertentu. Ditambah lagi, kondisi lain-lain yang terjadi di setiap pemain.

Sesuatu pun Terjadi
Bulan September tiba, latihan tersisa dua bulan lagi. Drama dengan skala besar seperti ini harus dipersiapkan dalam waktu dua bulan, bukanlah hal yang mudah. Apalagi, pemeran yang dipersiapkan harus terus tambal sulam karena selalu saja ada yang tidak hadir.

Salah satu pemeran drama, yang juga anggota Tzu Ching, Padma, mengajak salah satu rekannya yang bernama Kak Ivan yang sering melatih drama di berbagai Universitas dan kelompok ini untuk membantu mengajarkan drama. Kak Ivan datang dan bersedia untuk membantu agar drama ini berjalan dengan sukses. Lewat tangan hangat dan didikannya yang nyaman inilah, para pemain drama bisa latihan dengan alur yang tepat sesuai dengan cerita. Para pemain drama dilatih ekspresi wajah, tubuh, gesture, dan sebagainya oleh Kak Ivan setiap minggu. Kak Ivan dengan teliti dan sabar, melatih para pemain drama agar bisa tampil dengan maksimal.

foto  foto

Keterangan :

  • Hampir 5 bulan lamanya mereka mempersiapkan latihan drama ini yang diawali dengan bedah buku. (kiri).
  • Banyak kesulitan yang dihadapi dan dirasakan Tzu Ching saat berlatih drama ini, namun karena "ada tekad, ada hati, tiada yang sulit", sehingga mereka pun berhasil mengatasinya. (kanan).

Tapi, bantuan ini tidak lantas membuat kondisi jadi berubah 180 derajat. Kesulitan satu per satu tetap datang, seperti dubbing (rekaman suara) yang belum maksimal. Rasa letih pun terasa karena selain mengikuti drama, juga harus mengatur persiapan Tzu Ching Camp. Rasa kantuk karena latihan yang terus menerus diulang-ulang. Walaupun itu semua terjadi, tapi dibalik kesulitan itu, semua pemain drama dan shou yu tetap bersemangat dan tetap berusaha karena satu prinsip, “Ada tekad, ada hati, tiada yang sulit.”

Bulan Pementasan Tiba
Bulan November, bulan pementasan itu tiba. Semua pemain drama dan shou yu tiap hari mulai mempersiapkan diri mereka. Ada yang latihan sendiri, ada juga yang janji di satu tempat, dan latihan bersama. Minggu mendekati minggu, hari mendekati hari, latihan semakin ketat. Semakin semangat. Sampai pada H-1 pementasan, latihan yang dimulai pukul 22.00 usai acara camp malam kedua usai hingga 02.00 keesokan harinya, terus diikuti dengan penuh semangat. Walau wajah kami sudah mengantuk, tenaga sudah menipis. Apalagi, kondisi ini dipersulit dengan 90% pemain drama dan shou yu adalah panitia dan peserta Tzu Ching Camp VI, yang harus mempersiapkan fisik dan stamina mereka untuk acara esok hari. Tapi, satu prinsip yang membuat kami kuat, “Ada tekad, ada hati, tiada yang sulit.”

Keesokan hari, hari pentas itu pun dimulai. Pukul 13.00, di mana saat para peserta sedang menikmati santap siang, para pemain drama sudah bersiap siap. Menyiapkan segala properti dan kostum. Satu per satu pemain drama dan shou yu bersiap. Para PIC (koordinator) terus mondar mandir untuk memastikan bahwa semua telah siap.

Waktu demi waktu terus maju, dan pada akhirnya, pementasan itu pun dimulai. Di hadapan para peserta dan relawan yang hadir, kami mementaskan drama dan shou yu “Mengatasi 20 Kesulitan dalam Kehidupan”. Satu setengah jam, kami berakting dan beraksi, menampilkan isyarat tangan yang indah, dan makna cerita yang mendalam di setiap adegan ceritanya. Para peserta dan penonton bertepuk tangan mengakhiri setiap adegan sebagai ucapan selamat atas perjuangan para pemain.

Rasa puas, senang, lega, bangga, serta haru bercampur aduk. Kesulitan itu dapat kami atasi. Kesulitan itu dapat kami tempuh dengan cara yang indah. Kesulitan itu, seperti yang dikatakan oleh Master, dapat diatasi jika ada tekad dan hati yang bersungguh sungguh, “ada tekad, ada hati, tiada yang sulit.”


Artikel Terkait

Siswa Kelas Budi Pekerti Memaknai Berkah dengan Berbagi

Siswa Kelas Budi Pekerti Memaknai Berkah dengan Berbagi

22 Maret 2016
Minggu, 13 Maret 2016 siswa Kelas Budi Pekerti melakukan Kunjungan Kasih di Panti Asuhan Kemuliaan yang berlokasi di pinggiran kota dan dikelilingi oleh perkebunan sawit.
Suara Kasih : Harmonis dengan Alam

Suara Kasih : Harmonis dengan Alam

29 Maret 2010
Badai pasir yang terjadi sekarang ini berasal dari Mongolia. Badai pasir bukan hanya melanda Tiongkok, tapi juga Taiwan, Korea, dan Jepang juga. Jadi, kita semua tinggal di bumi yang sama dan tak perlu membeda-bedakan. Bukankah kita semua satu keluarga?
Kesembuhan untuk Jose

Kesembuhan untuk Jose

30 Oktober 2009
Setelah melalui proses survei dan berbagai pertimbangan, akhirnya Jose diterima sebagai pasien penerima bantuan Tzu Chi, dan dirujuk ke RSCM. Setelah menjalani berbagai pemeriksaan medis, akhirnya Jose bisa menjalani operasi pada akhir tahun 2008.
Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -