Waisak 2017: Momentum Membersihkan Noda Batin

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Arimami SA, Agus DS (He Qi Barat)

doc tzu chi

Sebanyak 1.563 peserta (sesi 1) memenuhi Aula Jing Si lantai 4 di Tzu Chi Center Pantai Indah Kapuk Jakarta dalam perayaan Hari Waisak 2017.

Suasana khidmat nan agung menyelimuti perayaan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia yang digelar Tzu Indonesia di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta, Minggu 14 Mei 2017. Di tengah ketulusan menjalankan prosesi pemandian Rupang Buddha, para peserta diajak membangun tekad untuk membersihkan batin dari noda dan kerisauan sehari-hari.

Livia Tjin, relawan komite Tzu Chi Indonesia menjelaskan makna memandikan Rupang Buddha. “Waktu kita memandikan itu kita juga membersihkan batin diri sendiri. Jadi saat kita siram kita bayangkan sebelumnya kita sudah membuat karma yang tidak baik, yang sengaja maupun tidak sengaja. Nah hari ini kita bertobat dan bertekad membersihkan batin kita,” kata Livia, relawan Komite Tzu Chi.

Selain itu dalam perayaan Waisak, setiap orang berdoa dengan tulus agar masyarakat menjadi damai sentosa, supaya dunia bebas bencana.

Jorgy Haryanto (seragam pramuka) saat mengikuti Waisak di Tzu Chi Center.

Perayaan Waisak ini dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama digelar pagi hari dan diikuti oleh sekitar 1.563 peserta yang kebanyakan dari murid-murid sekolah. Di antaranya dari Sekolah Tzu Chi Indonesia, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat, Sekolah Dhamma Savana, Sekolah Pusaka Abadi, Sekolah Budi Agung, dan SMA Mardi Waluya Bogor.Ada juga dari Sekolah Silaparamita, Sekolah Kemurnian, Sekolah permai, Sekolah Dharma Putra, Sekolah Buddhi, Sekolah Setia Bhakti, dan dari Universitas Bunda Mulia.

“Saya baru pertama kali mengikuti Waisak. Kebetulan saya Katolik. Saya datang ke sini karena saya tahu acara ini terbuka untuk seluruh umat beragama. Datang ke sini buat saya berarti mendoakan satu sama lain. Yang saya lihat di sini memang toleransi antar umat beragama, juga belas kasih,” ujar Jorgy Haryanto yang datang bersama 20 temannya dari SMA Mardi Waluya Bogor, Jawa Barat.

Sementara itu Suwarno (43), Kepala Sekolah SMK Dhammasavana membawa serta 50 muridnya. Sudah lebih dari lima kali sekolah mengikuti Waisak di Tzu Chi.

“Harapannya untuk meningkatkan attitude dan sikap para siswa juga memupuk rasa toleransi, rasa welas asih para siswa. Mendengar pesan Master Cheng Yen, sangat luar biasa misi Master Cheng Yen bagaimana supaya dunia terhindar dari peperangan dan bencana,” kata Kepala Sekolah SMK Dhammasavana, Suwarno.

Untuk menyelami makna Waisak, peserta bersama-sama menyaksikan video wejangan Master Cheng Yen. Dalam wejangannya, Master Cheng Yen mengatakan, Buddha terus menyerukan bahwa setiap orang memiliki hakikat Kebuddhaan.

“Karena itu saya berharap semua orang bisa menyerukan hal ini bersama-sama. Anda bisa menyerukannya, dia bisa menyerukannya, begitu pula dengan saya. Berhubung setiap orang pada dasarnya memiliki hakikat murni dan sempurna yang setara dengan Buddha, maka kita hendaknya segera membangkitkan hakikat ini sekarang juga,” pesan Master Cheng Yen.

Setiap orang berdoa dengan tulus demi ketenteraman dunia, dan agar setiap orang bersatu hati dan harmonis, hidup tenteram dan aman, serte terhindar dari bencana.

Linda menerima bungan dari Genevieve putrinya dengan perasaan bahagia.

Perayaan Waisak di Tzu Chi selalu sekaligus memperingati Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Setelah Waisak usai, sekitar 85 pasang orang tua dan anak mengikuti proses membasuh kaki dan memberikan bunga kepada orang tua mereka.

Linda (37) warga Lippo Karawaci baru pertama mengikuti kegiatan basuh kaki. Saat sang putri Genevieve membasuh kakinya, ia mengaku sangat senang, juga lega karena Genevieve mulai belajar bagaimana memperlakukan orang tua dengan baik.

“Terharu juga senang. Vieve sudah mulai belajar budi pekerti dari kecil terutama harus hormat kepada orangtua. Saling menghormati, lebih sayang kepada orang tua,” ujarnya yang hampir kehabisan kata-kata.

Ernie Lindawati, relawan Misi Pendidikan Tzu Chi turut haru menyaksikan anak dan orang tua berlinangan air mata bahagia. "Basuh kaki untuk memperingati Hari Ibu. Kita mengajarkan anak-anak jangan lupa budi orangtua. Merayakan Hari Ibu bukan di hari ini saja, setiap hari di rumah kita menyayangi dan menghormati orangtua," tutur Ernie Lindawati.

Sementara terkait dengan Hari Tzu Chi Sedunia, Tzu Chi Indonesia berharap agar ke depan kontribusi Tzu Chi bagi dunia semakin besar lagi.


Artikel Terkait

Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -