Waisak Bandung: Cahaya Welas Asih dan Kebijaksanaan Buddha

Jurnalis : Galvan (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Galvan (Tzu Chi Bandung)

Perayaan Waisak Bandung

Pada Minggu, 10 Mei 2015, Yayasan Buddha Tzu Chi Bandung melakukan peringatan tiga hari besar yaitu Hari Waisak, Hari Ibu internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia di Gedung Harapan Kasih, Kompleks Mekar Wangi, Soekarno Hatta, Bandung dan dihadiri oleh 550 tamu undangan.

Setiap tahun pada minggu kedua bulan Mei, insan Tzu Chi di seluruh pelosok akan memperingati tiga hari besar yaitu Hari Waisak, Hari Ibu internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Tahun 2015 ini, Tzu Chi sebagai organisasi kemanusiaan telah mengingja usia ke-49, hampir setengah abad.

Berkat jalinan jodoh yang istimewa, insan Tzu Chi bersama masyarakat umum berkumpul bersama untuk berdoa sekaligus melakukan pemandian Rupang Buddha agar setiap insan dapat menghimpun berkah dan karma baik. Pada Minggu, 10 Mei 2015, Yayasan Buddha Tzu Chi Bandung mengajak masyarakat umum untuk bersama-sama memperingati tiga hari besar di Gedung Harapan Kasih, Kompleks Mekar Wangi, Soekarno Hatta, Bandung.

Kegiatan ini dilaksanakan dari pukul 1 siang hingga 4 sore dan dihadiri oleh 550 peserta yang terdiri dari para donator Tzu Chi dan masyarakat umum. Sebanyak 100 relawan Tzu Chi turut membantu pelaksanaan peringatan tiga hari besar itu.

Perayaan Waisak Bandung

Anak-anak dari Sekolah Minggu Buddhis Ananda mempersembahkan pertunjukan isyarat tangan yang berjudul ‘Lukisan Anak Kambing Berlutut’ yang sarat makna nilai berbakti kepada orang tua.

Makna dari pemandian Rupang Buddha sendiri adalah untuk membersihkan hati kita dari kekotoran batin, seperti sifat kesombongan, keangkuhan, kerakusan, kemarahan, dan ketidaktahuan sehingga kita dapat membangkitkan hakikat ke-Buddhaan dan mencapai pencerahan batin.

“Hari ini prosesi pemandian Rupang Buddha ini sangat khidmat. Kita lihat banyak juga hadirin yang hadir di sini. Mereka juga benar-benar dengan tulus, dengan tertib,  bisa mengikuti prosesi ini kami sangat gembira itu suatu kemajuan ya, di Bandung kita bisa mengumpulkan sekian banyak orang di sini sama-sama untuk prosesi pemandian Rupang Buddha," pungkas Tjong Lip, relawan Tzu Chi yang menjadi pembawa acara hari itu.

Tanda Cinta untuk Ibu

Salah satu hari besar yang diperingati pada hari itu adalah Hari Ibu Internasional yang mana untuk mengingatkan kembali kita akan budi baik orang tua kita. Sebuah persembahan isyarat tangan yang berjudul Lukisan Anak Kambing Berlutut dipersembahkan oleh anak-anak dari Sekolah Minggu Buddhis Ananda di hadapan para tamu undangan. Lagu ini mengisahkan tentang rasa bakti terhadap orang tua. Oleh karena itu, sebagai seorang anak sudah semsetinya menghormati dan mencintai orang tua dengan penuh ketulusan.

Acara dilanjutkan dengan prosesi basuh kaki orang tua. Prosesi dilakukan dengan anak-anak bersama-sama membasuh kaki orang tua mereka, dan mempersembahkan setangkai bunga sembari mengucapkan syukur dan permintaan maaf. "Peringatan Hari Ibu ini sangat menyentuh hati saya. Tadi anak saya itu kelihatan tulus mengungkapkan rasa sayang untuk saya sebagai seorang ibu. Memang seorang ibu itu harus selalu ditunjukkan rasa kasih sayangnya oleh anak-anaknya karena pengorbanan seorang ibu itu tanpa pamrih," kata Lydia (50) yang mengikuti prosesi pada hari itu.

Perayaan Waisak Bandung

Jesica (kiri) saat mengungkapkan rasa sayang dan permintaan maafnya kepada ibunya, Lydia (kanan).

Anak Lydia, Jesica (14) terlihat dengan bersungguh hati melakukan setiap tahapan prosesi.  “Ma, maaf-in Jesica kalau selama ini banyak berbuat salah sama mama, sering membangkang perintah mama, tapi mama ngebales-nya dengan senyuman dan pelukan untuk Jesica. Ma,  jangan berhenti untuk sayang dan merawat Jesica. Aku sayang mama,” ungkap Jesica sembari memeluk mamanya.

Menurut Jesica, ungkapan kasih sayang kepada Ibu bisa kapan saja diucapkan. Namun momentum Hari Ibu Internasional itu merupakan waktu yang tepat untuk mengungkapkan rasa kasih sayang kepada Ibunya. “Benar apa yang mama bilang kalau pengorbanan seorang ibu itu tanpa pamrih. Ibu selalu berkorban untuk anak-anaknya, ibu selalu menjaga dan merawat di kala kita sedang sakit atau kesusahan, dan seorang ibu selalu hadir di setiap hati anak-anaknya. Untuk itu, tadi saya mengungkapkan rasa kasih sayang dan cinta saya untuk mama saya. Mudah-mudahan saya bisa lebih baik lagi dan bisa memberikan yang terbaik bagi orang tua saya," lengkapnya.

Perayaan Waisak Bandung

Insan Tzu Chi juga melakukan penggalangan dana untuk membantu korban gempa di Nepal.

Perayaan tiga hari besar juga diisi dengan penggalangan dana bagi korban bencana gempa di Nepal. Penggalangan dana ini nantinya akan disalurkan kepada masyarakat di Nepal yang membutuhkan bantuan. Seperti yang diberitakan sebelumnya, relawan Tzu Chi dari berbagai negara termasuk Indonesia telah mengunjungi Nepal untuk menyalurkan bantuan logistik dan pelayanan kesehatan. Kini, melalui penggalangan dana ini diharapkan dapat meringankan beban para korban bencana.


Artikel Terkait

Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -