Waisak Pertama Tzu Chi di Tanjungpinang

Jurnalis : Supardi (Tzu Chi Batam), Fotografer : Marina (Tzu Chi Batam)

Perayaan Waisak Tanjungpinang

Pada 10 mei 2015, relawan Tzu Chi Tanjungpinang dan Batam bersama masyarakat umum melaksanakan peringatan tiga hari besar yaitu Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia di Kantor Tzu Chi Tanjungpinang.

Pada hari Minggu, 10 Mei 2015, bertempat di Kantor Tzu Chi Tanjungpinang, Kompleks Pinang Mas para relawan Tzu Chi mengadakan Prosesi Pemandian Rupang Buddha perdana untuk memperingati Hari Waisak ke-2559, Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia. Sebanyak 27 relawan yang mengikuti Prosesi Pemandian Rupang Buddha. Selain itu, terdapat juga 45 masyarakat umum yang turut serta menjalankan ritual Pemandiaan Rupang Buddha secara terpisah.

Pukul 10 pagi, prosesi dibuka dengan Gatha Pendupaan dilanjutkan dengan barisan relawan pembawa persembahan yang memasuki ruang kegiatan dari dua sudut ruangan. Mereka melingkari para relawan yang sedang  melafalkan bait dari Gatha Pendupaan.

“Pemandian Rupang Buddha bertujuan membangkitkan cinta kasih dari dalam hati manusia. Setiap hati manusia terpendam rasa syukur, rasa hormat, dan juga cinta kasih. Saat hati manusia dapat dibersihkan dari kekotoran batin maka akan tercipta masyarakat aman, damai, dan sejahtera. Hanya dengan demikian, segala makhluk dapat bebas dari bencana,” ujar Dewi di hadapan para peserta prosesi.

Setelah mendengarkan makna dari Pemandian Rupang Buddha, barisan yang terdiri dari enam relawan secara berurutan melangkah maju ke depan Rupang Buddha dengan tangan bersikap, menyentuh air dengan kedua telapak tangan, berdoa, dan membawa bunga.

Perayaan Waisak Tanjungpinang

Kegiatan ini dihadiri oleh 27 relawan Tzu Chi dan 45 masyarakat umum.

Salah satu relawan Tanjungpinang Oei Tjai Hwa menuturkan bahwa sebagian besar masyarakat yang datang adalah yang diundang dari rumah ke rumah. “Kami mengundang warga yang biasanya bantu daur ulang,” jawab Oei Tjai Hwa. “Merasakan dipenuhi oleh kebahagiaan walau merasa tegang. Namun, sangat disyukuri mendapatkan dukungan dari para shixiong dan shijie

Senada dengan itu, Mori, koordinator pelaksana kegiatan ini mengatakan, "Ini merupakan pertama kali mengadakan prosesi Pemandian Rupang Buddha. Awalnya, saya merasakan tegang dan takut. Bahagia bisa melakukan prosesi namun tetap merasa takut. Khawatir tidak dapat dengan sukses menyelesaikan (prosesi).”

Kekhawatiran yang sama sempat diraswakan oleh kedua relawan Tzu Chi Batam yang turut membantu terselenggaranya prosesi ini. Bunga anggrek yang digunakan untuk prosesi sempat tertinggal karena relawan ingin mengejar kapal yang berangkat tepat  pukul 08.00 WIB.

Salah seorang relawan Tzu Chi Batam, Lina yang juga merupakan pembimbing relawan Tanjungpinang mengapresiasi terselenggaranya kegiatan ini.  “Relawan Tanjungpinang, mereka juga tekun dan terus ada belajar. Kami, relawan dari Batam ada datang dua kali mengajarkan mereka Meditasi Pemutaran Dharma Buddha dan Persembahan Hormat Bunga dan banyak lagi  rinci-rinci lainnya. Mereka ada dengar dan ada melakukannya. Hari ini tiba di sini melihat hasil yang dicapai kami sudah merasa sangat pas dan memuaskan,” ujar Lina.

Relawan Tanjungpinang melanjutkan prosesi dengan melakukan meditasi pradaksina dan penghormatan dengan memanjatkan Tiga Ikrar. Perayaan Waisak berupa Prosesi Pemandian Rupang Buddha ini berlangsung dengan khidmat. Mudah-mudahan doa dari kesatuan dan kesungguhan hati relawan Tanjungpinang menambah kekuatan doa agar tercipta dunia yang bebas dari segala bencana.


Artikel Terkait

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -