Wisata ke Aula Jing Si

Jurnalis : Camelia Febriani (He Qi Barat), Fotografer : Merry Christine (He Qi Barat)

Relawan membantu penerima bantuan Tzu Chi yang memiliki keterbatasan fisik untuk mengikuti kegiatan kunjungan Aula Jing Si Indonesia pada 13 Desember 2014.

Pagi itu, 13 Desember 2014 di lantai 1 Gedung DAAI Tzu Chi terdapat sekumpulan para pasien penerima bantuan Tzu Chi sedang mendengarkan sharing yang diberikan relawan. Para pasien ini sebagian besar adalah Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi) dari luar kota dan pasien penghuni Rumah Singgah Yayasan CISC (Cancer Information & Support Center) yang terletak di Slipi, Jakarta Barat.

Biasanya kegiatan amal rutin dilakukan tiap bulan oleh relawan Tzu Chi He Qi Barat dengan berkunjung ke rumah pasien, memberi mereka semangat dan motivasi agar tegar dalam menjalankan pengobatan. Namun berbeda dengan kali ini, relawan mengajak mereka berkunjung ke Aula Jing Si Indonesia, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Ini lantaran sebagian besar dari para pasien sangat jarang keluar dari tempat tinggal mereka, terkecuali menjalankan pengobatan di rumah sakit. “Maka dari itulah relawan berinisiatif untuk mengajak mereka jalan-jalan sekalian mengenal Aula Jing Si serta Visi Misi Yayasan Buddha Tzu Chi sekalian refreshing,”  tutur Herni Waty, koordinator kegiatan. “Siapa tahu dengan mereka mengikuti kegiatan ini mereka jadi tertarik untuk menjadi donatur atau ya lebih bagus kalau mereka mau jadi relawan,” tambahnya.

Seorang ibu memeluk anaknya terharu ketika ditampilkan peragaan isyarat tangan “Satu Keluarga”

Sebelum diajak berkeliling, mereka diberikan pengenalan tentang Tzu Chi. Ini diharapakan agar mereka dapat lebih mengetahui sejarah dan pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi. Disuguhkan pula video kisah inspirasi agar mereka lebih bersemangat dan tidak putus asa dalam menjalani proses pengobatan. Sebanyak 27 peserta mengikuti kegiatan ini dengan penuh sukacita.

Salah satu peserta dari rumah singgah, Hermanto mengaku terinspirasi menjadi relawan Tzu Chi dan donatur celengan bambu setelah mengenal sejarah Tzu Chi dan semangat celengan bambu. “Apa yang kita keluarkan mungkin bagi kita ini nilainya nggak begitu besar, tapi bagi orang lain yang memerlukan itu (hasil celengan bambu) sangat berharga sekali,” ujar Hermanto. Hermanto terkena penyakit Kanker Nasofaring sekitar bulan Desember 2013 dan harus meninggalkan kota asalnya di Pontianak, Kalimantan Barat untuk menjalani pengobatan di Jakarta.

Awal mengenal Tzu Chi saat ia melihat program DAAI TV dan mendapat informasi dari temannya yang sama-sama tinggal di rumah singgah. Ia juga bersyukur dan terima kasih mengenal Tzu Chi. “Apa yang kita terima mungkin sulit untuk kita balas, mungkin kita tidak bisa melakukan hal yang sama tapi kita bisa membantu dengan menginformasikan, menggalang, dan mengajak orang lain untuk berbuat kebajikan,” ucapnya.

Baginya, Tzu Chi bisa menginspirasi dan membuka cara berpikirnya setelah beberapa waktu mengenal lebih dekat dengan Tzu Chi. “Pikiran saya terbuka bahwa yang namanya sakit itu bukan bikin kita down. Ini (Tzu Chi) menginspirasi kita bahwa kita punya keinginan suatu saat kita harus sembuh, kita harus sehat setelah kita sehat kita bisa membantu orang lain,” ujar Hermanto.

Para relawan mendampingi dan mengenalkan Tzu Chi kepada para penerima bantuan Tzu Chi dengan berkeliling Aula Jing Si

Selain Hermanto, Rita Noviyanti penerima bantuan Tzu Chi dari Singkawang, Kalimantan Barat yang sekarang tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Blok B3 juga turut ikut mengenal Tzu Chi lebih dekat. Ia bersama buah hatinya, Hira Fatura yang sudah berusia 3 tahun 2 bulan ini menderita skeliosis yaitu tulang belakang membentuk huruf S. Rita baru mengetahui penyakit anaknya ketika Hira masih berusia 8 bulan. Hingga kemudian berjodoh dengan Tzu Chi dengan mendapat informasi dari teman mengajarnya bahwa Tzu Chi membantu pengobatan anak dan kemudian mencari tahu apa saja syarat-syaratnya apabila ingin mengajukan bantuan.

Menurut Rita, kunjungan ke Aula jing Si Indonesia ini kali pertama baginya. Ia merasa senang sekali. “Di sini saya dapat ilmu, saya rekreasi sekalian saya juga tahu mengenai sejarah Tzu Chi bagaimana, kegiatan-kegiatannya bagaimana, saya juga dapat motivasi dan inspirasi dari sini,” ungkapnya. Bahkan dari kegiatan kali ini juga, Rita terinspirasi untuk menjadi relawan Tzu Chi dan ingin bersumbangsih melalui celengan bambu.

“Di sini Hira sudah banyak sekali kemajuannya mulai dari yang nggak bisa duduk, sekarang sudah bisa duduk mandiri, sekarang lagi dalam proses untuk belajar berdiri. Terima kasih Yayasan Tzu Chi,” ujar Rita penuhh syukur.

Seperti yang disampaikan Herny Wati bahwa melalui kegiatan ini berharap agar mereka mendapatkan suasana baru dan terketuk hati untuk bersumbangsih menolong orang lain ternyata harapan itu menjadi nyata. Tidak sedikit dari peserta yang ingin menjadi donatur celengan bambu bahkan menjadi relawan Tzu Chi, contohnya Hermanto dan Rita. Semoga jalinan jodoh baik ini terus terajut dengan para penerima bantuan Tzu Chi.

Usai kegiatan kunjungan, para relawan Tzu Chi dan peserta foto bersama di halaman Aula Jing Si Indonesia, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.


Artikel Terkait

Kesan Terbaik Saat Mengunjungi Tzu Chi dan Tzu Chi Hospital di Indonesia

Kesan Terbaik Saat Mengunjungi Tzu Chi dan Tzu Chi Hospital di Indonesia

18 Juli 2023

Senin 17 Juli 2023, Deputy CEO Tzu Chi Foundation Prof. Rey-Sheng Her datang mengunjungi Tzu Chi Center bersama Prof. John Hoffmire dari Oxford University, Prof. Hwang-Yeh Chen dari Tzu Chi College of Tecnology, dan Ted Chi-Che Hwang staff dari Tzu Chi Foundation. 

Menjalin Jodoh Baik

Menjalin Jodoh Baik

23 Juni 2015 Merupakan suatu jalinan jodoh yang baik, walau berbeda keyakinan tapi semuanya sangat antusias untuk mau lebih mengenal Tzu Chi.
Berawal dari Obrolan di Meja Makan, Dubes Sri Lanka Berkunjung ke Tzu Chi Center

Berawal dari Obrolan di Meja Makan, Dubes Sri Lanka Berkunjung ke Tzu Chi Center

14 September 2023
Ada cerita menarik saat Duta Besar Sri Lanka untuk Indonesia, Jayanath Siri Kumara Colombage akhirnya mengunjungi Tzu Chi Center, PIK, pada Selasa 12 September 2023 lalu.
Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -