Ceramah Master Cheng Yen: Berpegang Teguh pada Tekad Awal dan Meneruskan Jiwa Kebijaksanaan

Misi amal Tzu Chi hendaklah menjangkau setiap komunitas di berbagai desa dan kota, terlebih warga yang tinggal di wilayah pesisir, pegunungan, dan pedesaan. Asalkan menerima laporan, kita akan menjangkau orang yang membutuhkan untuk mencurahkan perhatian. Demikianlah yang dilakukan relawan kita di Taiwan.

Begitu pula dengan relawan di seluruh dunia. Para relawan kita mengatasi berbagai kesulitan dan tidak takut bekerja keras demi mewujudkan ketenteraman dan kebahagiaan bagi semua orang di seluruh dunia. Inilah yang ada di dalam hati dan pikiran insan Tzu Chi di seluruh dunia.

Belakangan ini, terlebih dalam setengah tahun ini, setiap hari, saya mencurahkan isi hati saya pada kalian. Saya berbagi tentang isi hati saya dengan kalian semua dengan tulus. Saya juga sering mengintrospeksi diri. Dalam kehidupan ini, apakah saya melakukan kesalahan? Apakah ada sesuatu yang saya lewatkan? Namun, belakangan ini, saya sudah berulang kali berkata bahwa tidak ada penyesalan dalam hidup ini. Keluhuran saya tidak bercelah dan pikiran saya tidak menyimpang. Keluhuran di sini berarti bersumbangsih.


Lebih dari 50 tahun yang lalu, Tzu Chi berawal dari himpunan donasi kecil senilai 50 sen. Saat itu, ada kasus Paman A-pao. Beliau adalah penerima bantuan kita. Saat menyurvei warga kurang mampu, saya melihat Bapak Li A-pao yang hidup sebatang kara. Beliau juga kehilangan penglihatan. Saat itu, saya berpikir, "Menderita sekali. Mengapa kehidupan begitu menderita?"

Beliau hampir sepenuhnya kehilangan penglihatan, tetapi harus mengumpulkan rumput kering untuk menyalakan api. Tungkunya ada di samping gubuknya. Jika gubuknya terbakar, itu akan sangat berbahaya. Karena itulah, untuk pertama kalinya, kita membangun rumah bagi penerima bantuan.

Kini kita memiliki Empat Misi Tzu Chi. Kita tahu bahwa Tzu Chi berawal dari segelintir orang hingga kini menjadi organisasi besar. Awalnya, kita hanya bisa menolong segelintir orang. Kini, di seluruh dunia, saat ada negara yang dilanda bencana besar, kita bukan hanya memberikan bantuan sekali. Bukan demikian. Kita selalu menggenggam jalinan jodoh.


Saat memiliki jalinan jodoh di suatu negara, kita berharap jalinan jodoh tersebut bisa berlanjut dan kita dapat mencurahkan perhatian dalam jangka panjang di sana. Beruntung, Tzu Chi memiliki banyak relawan. Meski tidak pergi ke sana secara langsung, tetapi kita semua adalah bagian dari Tzu Chi.

Saya juga tidak pernah keluar dari Taiwan. Namun, di mana pun insan Tzu Chi mengerahkan kekuatan cinta kasih, saya selalu dipenuhi rasa syukur. Saya bagai bisa merasakan cinta kasih tersebut. Kini, saat saya jatuh sakit, ada dokter yang datang untuk memeriksa saya. Jadi, saya bisa membayangkan perasaan orang yang kelaparan saat menerima bahan pangan yang cukup untuk sebulan hingga dua bulan. Dengan adanya jalinan jodoh baik, para Bodhisatwa ini mungkin akan memperhatikan mereka dalam jangka panjang.


Saat ada orang yang membutuhkan, insan Tzu Chi akan segera menjangkau mereka. Kita memberikan bantuan untuk menenteramkan hati dan kehidupan mereka. Setelah itu, apakah mereka bisa hidup mandiri? Jika bisa, kita akan membimbing mereka mencari nafkah. Setelah mereka bisa mencari nafkah sendiri, kita akan berhenti memberikan bantuan. Pada saat yang sama, kita juga akan mengajak mereka untuk turut bersumbangsih. Jadi, siklus cinta kasih ini akan terus berlanjut.

Saya sangat prihatin melihat kondisi masyarakat zaman sekarang. Saat anak ingin merantau, meniti karier, dan membina rumah tangga sendiri, orang tua selalu mendukung dengan sukarela. Saat anak masih kecil, orang tua selalu sepenuh hati menyayangi dan membina mereka. Saat anak sudah sukses, baik dalam bekerja, berbisnis, maupun berkeluarga, orang tua juga dipenuhi sukacita.

Namun, saat memasuki usia lanjut, orang tua hanya tinggal berdua. Kaum lansia membutuhkan sandaran. Apa yang bisa menjadi sandaran mereka? Mereka mungkin tinggal di rumah yang besar dan nyaman serta hidup tanpa kerisauan. Namun, seiring bertambahnya usia, stamina mereka pun menurun.


Adakalanya, mereka tidak bisa berjalan stabil sehingga harus berpegangan pada tembok. Karena itu, jika kita memasang pegangan bagi mereka, kemungkinan mereka terjatuh akan menurun. Jika lansia terjatuh, mereka mungkin akan terbaring di ranjang dan sulit untuk pulih. Di antara kasus yang kita terima, tidak sedikit kasus lansia yang tidak bisa berdiri setelah terjatuh. Ada banyak kasus seperti ini.

Kita juga hidup di lingkungan yang sama. Karena itu, kita harus sungguh-sungguh memperhatikan lingkungan tempat tinggal kita untuk menjaga keselamatan diri. Kita juga harus melakukannya bagi saudara se-Dharma kita. Memperhatikan penerima bantuan adalah kewajiban kita. Memperhatikan saudara se-Dharma pun harus kita lakukan. Kita juga perlu mengunjungi saudara se-Dharma dan berupaya untuk melindungi mereka. Jadi, memperhatikan saudara se-Dharma, inilah yang terus saya serukan belakangan ini.


Ingatlah bahwa untuk menggantikan saya memperhatikan orang lain, kalian harus memperhatikan diri sendiri dan sesama saudara se-Dharma. Jadi, kalian harus memperhatikan satu sama lain. Tentu saja, kita harus memperhatikan relawan lansia dan menginspirasi relawan muda.

Kita harus mengerahkan segenap hati dan tenaga untuk menginspirasi generasi muda. Jika tidak, siapa yang akan memperhatikan kita setelah kita berusia lanjut kelak? Jadi, kita harus meneruskan jiwa kebijaksanaan. Saat membimbing sesama, kita juga harus menumbuhkan jiwa kebijaksanaan mereka. Kita harus menjaga kesehatan kita dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.

Berdoa semoga seluruh dunia tenteram dan bahagia
Bersumbangsih tanpa penyesalan demi melenyapkan penderitaan
Menolong orang yang menderita dengan cinta kasih tak terhingga
Membimbing semua makhluk dan meneruskan jiwa kebijaksanaan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 07 Maret 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 09 Maret 2021
Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -