Ceramah Master Cheng Yen: Bersama-sama Meringankan Penderitaan dan Melindungi Bumi

Sungguh, manusia tak berdaya menghadapi penderitaan. Kita melihat sebuah bus pariwisata yang mengangkut turis dari Liaoning tiba-tiba terbakar dan menewaskan para penumpangnya. Insan Tzu Chi pun segera menuju tempat kejadian untuk berdoa bagi para korban dengan penuh rasa hormat. Dengan doa itu, kita berharap para korban dapat tenang. Dengan adanya lantunan nama Buddha semoga hati mereka tidak penuh ketakutan dan dapat merasa tenang. Hanya itu yang dapat kita lakukan bagi para korban.

Di rumah duka, relawan Tzu Chi juga membuka posko pelayanan untuk membantu keluarga korban jika mereka membutuhkan sesuatu. Kita berusaha semaksimal mungkin. Kita juga melihat bagaimana Topan Nepartak menerjang Provinsi Fujian dan menyebabkan bencana di beberapa tempat terutama di Fuzhou. Relawan Tzu Chi setempat tidak banyak. Karena itu, relawan dari Fuzhou, Xiamen, Quanzhou, Zhangzhou, Fuding, Putian, dan Taiwan bersama-sama berkumpul untuk melakukan survei di berbagai daerah. Dalam 11 hari, ada 926 relawan yang menjalankan survei di berbagai tempat.

Pemandangan yang terlihat sungguh memprihatinkan. Bayangkan, dengan banyaknya rumah yang roboh, kita tahu ada banyak orang yang tidak memiliki tempat untuk pulang. Kita sungguh dapat merasakan penderitaan batin mereka. Karena itu, insan Tzu Chi mengulurkan tangan untuk merangkul para lansia agar mereka dapat melepaskan beban di hati mereka. Ada pula warga yang mengalami luka-luka dan terinfeksi akibat terendam air banjir yang kotor.

Relawan Tzu Chi telah meninjau berbagai daerah sejauh kaki mereka mampu melangkah dan melakukan sejauh yang mereka mampu. Bahkan kini mereka masih menjalankannya. Lihatlah, para relawan terlebih dahulu membersihkan sebuah dapur sekolah hingga sangat bersih sebelum menggunakannya untuk memasak. Kita juga melihat beberapa ibu-ibu yang terus menangis atas segala kehilangan yang mereka derita. Mereka begitu tidak berdaya. Insan Tzu Chi berusaha untuk menghibur mereka dan mengajak mereka untuk turut menjadi relawan. Begitulah para relawan membujuk dan membimbing para warga untuk turut menjadi relawan.

Dengan adanya kesibukan yang dilakukan, para warga mulai dapat tersenyum dan membuka pintu hati. Selain membersihkan posko dan memasak, para relawan juga membagikan barang bantuan sesuai kebutuhan warga. Begitulah seharusnya yang kita lakukan di dunia. Di mana ada penderitaan, kita harus berada di sana untuk membantu. Saya terus berharap kita dapat merekrut lebih banyak Bodhisatwa dunia karena jumlah relawan tidak pernah cukup.

Saat relawan dari Taiwan pergi membantu di suatu daerah, mereka tentu tak bisa tinggal selamanya di sana. Kita membutuhkan relawan setempat yang cukup banyak agar mereka bisa bekerja secara bergiliran. Jika tidak, mereka akan kelelahan. Jadi, sumber daya manusia sungguh dibutuhkan. Jika setiap orang dapat mengulurkan kedua tangan, maka kekuatan kita akan bertambah dari satu, ratusan, ribuan, hingga puluhan ribu tangan dan mewujudkan banyak Bodhisatwa  Avalokitesvara.

 Setiap orang dapat menjadi Bodhisatwa yang memiliki ribuan tangan. Asalkan Anda rela bersumbangsih, maka perbuatan Anda akan menyentuh orang lain sehingga mereka yang tersentuh akan turut mengulurkan tangan bersama-sama dengan Anda. Dengan adanya orang yang bersama-sama mengulurkan tangan, maka saat 500 orang berhimpun, terwujudlah satu Bodhisatwa Avalokitesvara yang memiliki seribu tangan.

Dengan demikian, maka bukankah seluruh dunia akan menjadi Tanah Suci Bodhisatwa? Di Tanah Suci Bodhisatwa ini, semua orang bukan hanya mengasihi sesama, melainkan juga menyayangi Bumi ini. Dengan rela mengulurkan tangan, setiap orang akan dapat memberi sedikit kontribusi bagi Bumi ini. Karena itu, kita melihat insan Tzu Chi juga membimbing para warga untuk meningkatkan kesadaran lingkungan. Asalkan mereka memahami kebenaran ini, maka kelak dengan sendirinya mereka juga dapat menjalankan misi pelestarian lingkungan di daerah setempat.

Baik tua maupun muda, semua orang memiliki tanggung jawab untuk melindungi Bumi. Terutama generasi muda, tentu harus lebih memiliki kesadaran lingkungan. Inilah yang dilakukan insan Tzu Chi. Selain memberi bantuan di kala bencana dan membawa penghiburan, mereka juga menyebarkan konsep pelestarian lingkungan. Kita harus memiliki kesepahaman, kesepakatan dan tindakan bersama. Kita harus bertindak bersama demi Bumi dan dunia ini. Untuk itu, dibutuhkan kekuatan cinta kasih.

Begitu banyak penderitaan di dunia ini, bukan hanya di Taiwan atau di Tiongkok. Di Amerika Serikat pun demikian Insan Tzu Chi di seluruh dunia melakukan hal yang sama. Mereka bersumbangsih di berbagai daerah bencana. Singkat kata, dunia ini penuh dengan bencana akibat ketidakselarasan unsur alam. Apa yang dapat dilakukan? Semuanya berpulang kepada umat manusia.

 Kita harus sungguh-sungguh menyebarkan ajaran dan pola hidup yang benar. Manusia hendaknya hidup hemat agar tidak menyia-nyiakan sumber daya alam dan meningkatkan kadar karbondioksida. Singkat kata, ketidakselarasan yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh pola hidup manusia. Hanya jika manusia dapat berintrospeksi, barulah kita bisa benar-benar menyelamatkan Bumi. Melihat banyaknya penderitaan di dunia, kita sungguh harus berintrospeksi, mawas diri, dan berhati tulus.

Dengan tulus mendoakan korban yang meninggal

Menjadi Bodhisattva dan mengulurkan tangan bagi yang membutuhkan

Bertindak bersama demi melindungi Bumi

 Mengendalikan diri, memperbaiki pola hidup, serta hidup berdampingan dengan alam

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 Juli 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal  24 Juli 2016

Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -