Ceramah Master Cheng Yen: Bersiteguh Melenyapkan Penderitaan

Hari ini merupakan tanggal 15 bulan 7 Imlek. Pada zaman Buddha, Buddha mengajak anggota Sangha berlatih dari tanggal 15 bulan 4 hingga tanggal 15 bulan 7 penanggalan bulan. Selama tiga bulan penuh, para anggota Sangha menenangkan hati dan berfokus untuk mendengar Dharma dan berlatih. Ini juga membuat umat Buddha berkesempatan memberi persembahan dan menciptakan berkah.

Pada tanggal 15 bulan 7 penanggalan bulan, Buddha bisa melihat pencapaian murid-murid-Nya. Karena itu, hati Buddha dipenuhi sukacita. Buddha datang ke dunia ini untuk membimbing semua orang agar memiliki kebijaksanaan yang setara dengan Buddha dan membangkitkan hakikat kebuddhaan. Buddha juga mengajari kita untuk bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa pamrih yang tidak memandang siapa yang memberi, apa yang diberikan, dan siapa yang menerima. Untuk bisa melakukannya, kita harus memiliki hati yang murni dan tidak ternodai. Melihat orang yang menerima bantuan hidup dengan tenang, kita merasakan sukacita. Bersumbangsih dengan sukarela dan penuh sukacita, inilah Bodhisatwa. Buddha mengajari kita untuk menapaki Jalan Bodhisatwa.

Hari ini merupakan tanggal 17 Agustus. Hari ini pada 30 tahun yang lalu, RS Tzu Chi Hualien resmi beroperasi. Saat itu, di wilayah timur Taiwan jika ada orang yang jatuh sakit atau mengalami kecelakaan, mereka sulit untuk berobat. Berhubung merasa tidak tega, kita memutuskan untuk membangun sebuah rumah sakit di Hualien. Saya sangat berterima kasih kepada Bapak Chiang Ching-kuo yang saat itu datang ke Hualien.

Setelah memahami bahwa Tzu Chi ingin membangun rumah sakit di wilayah terpencil yang sangat kekurangan fasilitas medis, beliau sangat mendukung. Dua atau tiga hari kemudian, Bapak Lin Yang-kang juga datang ke Hualien. Beliau juga berusaha keras untuk membantu Tzu Chi membangun rumah sakit di Hualien.

Saat itu, saya juga merasa bahwa niat saya berada di luar kemampuan saya. Saya tidak ingin membangun RS kecil karena kurang bermanfaat. Tetapi membangun rumah sakit besar membutuhkan dukungan dari banyak orang. Selain itu, juga dibutuhkan banyak tenaga medis yang bersedia bekerja di Hualien. Saat mereka datang ke Hualien, kita harus menyediakan lingkungan yang baik bagi mereka yang lengkap dengan mes dan fasilitas medis. Karena itu, kita membutuhkan lahan yang luas. Kita menempuh perjalanan yang sulit hingga akhirnya berhasil mendapatkan lahan.

Sehari sebelum peletakan batu pertama, Bapak Lee Teng-hui ikut makan malam di Griya Jing Si. Beliau berkata kepada saya, “Membangun rumah sakit membutuhkan kerja keras dan banyak biaya”. “Berapa banyak dana yang sudah terhimpun? Saya berkata, “Hingga kini masih belum mencapai 30 juta dolar NT.” Beliau berkata, “Pembangunan ini membutuhkan biaya sekitar 600 juta hingga 800 juta dolar NT”. “Pembangunan akan dimulai meski baru terhimpun kurang dari 30 juta dolar NT”? Saat itu, saya berkata, “Ya”. “Suasana hati saya bagaikan cuaca saat ini, bagai diguyur hujan.” Saya berkata seperti itu. Beliau berkata, “Tidak apa-apa”. “Master harus yakin meski berada di tengah hujan.”

Keesokan harinya, dalam upacara peletakan batu pertama, Bapak Lee Teng-hui berkata, “Kemarin, saya mendengar dari Master bahwa dana yang terhimpun untuk pembangunan rumah sakit masih sangat sedikit”. “Namun, Tembok Besar Tiongkok juga dibangun dari sepotong demi sepotong batu bata”. Kalimat ini juga tercatat dalam sejarah Tzu Chi. Inilah upacara peletakan batu pertama RS Tzu Chi Hualien untuk pertama kalinya. Namun, tidak lama kemudian, lahan tersebut diambil kembali oleh pemerintah untuk keperluan lain. Karena itu, kita harus mencari lahan lain. Pada peletakan batu pertama untuk kedua kalinya, saya sangat emosional. Mata saya berkaca-kaca saat teringat akan kesulitan-kesulitan yang telah dilalui.

Selain itu, saya juga memikirkan dari mana kita mendapatkan dana untuk membayar biaya pembangunan setiap 15 hari. Namun, saya sangat bersyukur karena setelah pembangunan ini dimulai, Bapak Lü dari pihak kontraktor sangat tersentuh oleh semangat Tzu Chi. Karena itu, dia menjalankan tugasnya dengan sepenuh hati dan merampungkannya sembilan bulan lebih awal. Namun, berhubung peresmian RS juga dipercepat, dari mana kita bisa memperoleh tenaga medis? Kita sangat panik. Singkat kata, saya berterima kasih kepada para komite pembangunan yang telah mengerahkan segenap hati dan tenaga, kepala RS pertama, Tu Shih-mien, kepala RS kedua, Tseng Wen-ping, dan kepala RS ketiga, Chen Ing-ho.

Di bawah pimpinan Kepala RS Chen, RS Tzu Chi Hualien berkembang menjadi sebuah pusat medis. Banyak dokter yang bergabung pada saat itu. Peringatan 30 tahun RS Tzu Chi Hualien sungguh sangat menyentuh. Inilah sejarah RS Tzu Chi Hualien. Langkah pertama misi kesehatan Tzu Chi dimulai dari hari ini pada 30 tahun yang lalu. Hingga kini, Tzu Chi telah memiliki enam rumah sakit di Taiwan. Saya sangat berterima kasih kepada Kepala RS Tu, Kepala RS Tseng, Profesor Yang Sze-piao, Profesor Lien, para kepala departemen dari departemen penyakit dalam dan bedah, dr. Chen Kai-mo, dan dokter-dokter lain yang terus mendukung kita atau mengutus murid mereka ke sini.

Saya sungguh sangat bersyukur. Hingga kini, Profesor Yang Sze-piao yang telah berusia 90 tahun lebih masih datang ke Hualien setiap minggu. Profesor Wang Cheng-yi juga setiap minggu datang ke rumah sakit kita untuk membimbing dokter lain dan memeriksa pasien. Mereka terus bersumbangsih tanpa takut lelah selama 30 tahun ini. Saya ingin berterima kasih kepada banyak orang. Saya tidak perlu mengucapkan terima kasih kepada insan Tzu Chi lagi karena hati kalian sangat dekat dengan saya. Kita semua menjalankan misi yang sama dengan tekad yang sama.

Bersumbangsih tanpa pamrih dengan hati yang murni tanpa noda

Tetap yakin di tengah kondisi yang sulit dan memulai langkah pertama

Berjuang melewati perjalanan yang sulit

Menjalankan misi yang sama dan menyebarkan cinta kasih 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 Agustus 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina Ditayangkan tanggal 19 Agustus 2016

Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -