Ceramah Master Cheng Yen: Empat Misi Tzu Chi Bersatu untuk Mewariskan Sumsum Dharma

Bodhisatwa sekalian, saya sangat tersentuh. Selama lebih dari 50 tahun Tzu Chi berdiri, saya tidak pernah menyesal sedetik pun. Saya berharap para relawan dan staf badan misi Tzu Chi, baik Misi Amal, Kesehatan, Pendidikan, maupun Budaya Humanis, dapat menghargai jalinan jodoh yang membuat kita berkumpul di sini.

Jika tidak membangun Misi Amal pada lebih dari 50 tahun yang lalu, kita tidak akan melihat penderitaan akibat kekurangan, usia tua, dan penyakit hingga akhirnya membangun misi kesehatan. Tanpa misi kesehatan, hingga akhirnya membangun Misi Kesehatan. Tanpa misi kesehatan, kita tidak akan tergerak untuk membangun misi pendidikan.

Setelah membangun Misi Pendidikan, kita menyadari bahwa budaya humanis sangat dibutuhkan. Di antara Empat Misi Tzu Chi, Misi Amal telah tersebar di lima benua. Saya sangat bersyukur atas hal ini. Saya berharap orang-orang dapat memahami satu hal.

Banyak orang yang mengira bahwa Tzu Chi memiliki banyak uang. Sesungguhnya, kita hanya menyebarkan semangat dan filosofi kita. Relawan di berbagai negara tidak menerima dana sepeser pun dari Tzu Chi Taiwan untuk menyalurkan bantuan. Mereka hanya menyalurkan bantuan dengan berpegang pada semangat Tzu Chi. Di negara tempat tinggal mereka, mereka menyebarkan semangat Tzu Chi dan menabur benih kebajikan. Benih-benih itu telah bertumbuh menjadi pohon besar. Jadi, sebersit niat sangatlah penting.

 

Selain itu, yang tak kalah pentingnya ialah memiliki arah tujuan yang benar. Saat menjalankan misi amal bagi korban bencana atau warga kurang mampu, kita juga menjalankan misi kesehatan. Kita mengadakan baksos kesehatan di berbagai negara. Saat menjangkau suatu negara untuk mengadakan baksos kesehatan, kita akan mengundang dokter setempat untuk berpartisipasi dan membentuk TIMA di sana. Setiap tahun, pada tanggal 15 bulan 8 Imlek, anggota TIMA dari berbagai negara akan kembali ke kampung halaman batin. Inilah tradisi kita selama ini.

Waktu terus berlalu, tetapi kita memanfaatkannya dengan baik. Jadi, saya sangat bersyukur dan tersentuh. Hari ini, kita melihat perkembangan misi pendidikan kita, dari SD Tzu Chi, Sekolah Menengah Tzu Chi, Universitas Sains dan Teknologi Tzu Chi, hingga Universitas Tzu Chi. Saya sungguh sangat bersyukur.

Saya bersyukur murid-murid kita telah tumbuh dewasa, bisa memikul tanggung jawab, dan menuju arah yang benar dengan teguh. Jadi, saya sangat terhibur dan bersyukur. Saya juga melihat Wakil Rektor Tsai dari Universitas Nasional Chung Cheng secara khusus hadir di acara kita. Saya sangat bersyukur kepada Universitas Nasional Chung Cheng.

Saya masih ingat setelah upacara peletakan batu pertama RS Tzu Chi Dalin, saya pergi ke auditorium Universitas Nasional Chung Cheng untuk memberikan ceramah. Tahun ini, saya juga sangat bersyukur atas gelar doktor kehormatan yang mereka berikan pada saya. Saya merasa bahwa saya tidak layak menerimanya. Ini merupakan jalinan jodoh Tzu Chi dan Universitas Nasional Chung Cheng.

 

Selama ini, ada banyak dokter dari RS Tzu Chi Dalin yang melakukan penelitian dan menuntaskan pendidikan di Universitas Nasional Chung Cheng. Kita membina kerja sama yang erat. Kita membina insan berbakat dengan kekuatan ketulusan dan kebenaran. Saya sangat bersyukur.

Singkat kata, banyak hal yang saya syukuri. Selain pengakuan dari dunia internasional, kerja sama dengan institusi pendidikan lain juga mendukung perkembangan Tzu Chi. Saya tidak bisa mendeskripsikan rasa syukur saya. Saya berharap para hadirin di sini dapat berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Demikianlah kita mengembangkan nilai hidup.

Kita harus menjadi saksi sejarah, mempertahankan tekad dengan teguh, dan jangan melupakan tahun itu. Saya hanya berharap kita dapat mengembangkan nilai hidup. Dengan melakukan hal yang benar, kita telah mengembangkan nilai hidup. Jika tidak, hidup kita akan sia-sia. Saya senantiasa bersyukur. Saya bersyukur tidak pernah menyia-nyiakan sedetik pun. Saya bersyukur atas kehidupan saya dan semua jalinan jodoh yang menyatukan kita semua. Jadi, saya sangat bersyukur.

Saya berharap setiap orang dapat senantiasa mengingat saya di dalam hati dan tidak berjalan menyimpang. Menyimpang sedikit saja, kita bisa jauh tersesat. Waktu terdiri dari akumulasi detik demi detik. Saya sering berkata, “Di dalam sebutir beras terkandung matahari dan bulan; di dalam panci memasak gunung dan sungai.” Pada masa-masa awal, kita memasak bubur di dalam panci dengan banyak air. Kini, kita bisa menyalurkan beras ke berbagai negara di Afrika dan negara-negara lain yang membutuhkan.

 

Setiap kali kita membagikan beras, tidak peduli di negara mana, saya selalu teringat saat kita memasak bubur di dalam panci dengan banyak air. Setiap bulan, saat kebaktian Sutra Bhaisajyaguru diadakan di Griya Jing Si dan para insan Tzu Chi berkumpul, Griya Jing Si akan menyediakan bubur asin bagi orang-orang. Saat tidak ada beras, kita akan meminjamnya.

Beras di dalam panci sangat sedikit. Sebelum mendidih, air di dalam panci sangat tenang sehingga kita bisa melihat bayangan pohon dan gunung di sekitar. Karena itulah, saya berkata, “Di dalam panci memasak gunung dan sungai; di dalam sebutir beras terkandung matahari dan bulan.”

Akumulasi butir demi butir beras dapat menjadi segenggam beras, bahkan menjadi karung demi karung beras. Jangan meremehkan sebutir beras. Akumulasi butir demi butir beras dapat menjadi segenggam beras dan akumulasi genggam demi genggam beras dapat menjadi sekarung beras. Singkat kata, setiap karung beras berasal dari akumulasi butir demi butir beras.

Bodhisatwa sekalian, jangan meremehkan diri sendiri dan waktu karena semua itu mengandung kekuatan besar.

Menuju arah yang benar dengan tekad yang teguh
Menabur benih kebajikan agar tumbuh menjadi hutan kebajikan
Relawan dan staf Empat Misi Tzu Chi berkumpul berkat matangnya jalinan jodoh
Mewariskan cinta kasih hingga selamanya dengan akumulasi butir demi butir beras

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 September 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 1 Oktober 2019
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -