Ceramah Master Cheng Yen: Kuntum-kuntum Teratai dalam Langkah Bodhisatwa

Bantuan kita untuk Afrika Timur dimulai dari bantuan tanggap darurat untuk memenuhi kebutuhan warga. Relawan Tzu Chi sudah berada di sana selama 55 hari. Kita memulainya dari misi amal, mulai dari bantuan pangan mulai dari bantuan pangan hingga peralatan untuk membangun rumah. Semua ini sudah kita rencanakan dan kita realisasikan dalam masa tanggap darurat. Selanjutnya, kita harus membantu mereka untuk keluar dari kemiskinan dan hidup tenteram. Inilah arah jangka panjang yang kita tuju.

Kali ini, para relawan yang bertugas di sana telah kembali ke Griya jing Si dan memberikan laporan. Saya mendengar bagaimana mereka tak gentar akan kesulitan. Para relawan ini turut merasakan penderitaan serta rasa sakit warga dan tinggal bersama para warga untuk lebih memahami kondisi mereka. Saya berterima kasih kepada banyak relawan dari 7 sampai 8 negara yang pergi ke daerah bencana. Saya juga berterima kasih kepada para dokter. Empat kepala Rumah Sakit Tzu Chi memimpin para dokter, anggota TIMA, serta tenaga medis lainnya untuk mengerahkan keterampilan mereka di daerah bencana. Di sana, misi amal dan misi kesehatan kita dijalankan secara bersamaan.


Demikian pula dengan misi pendidikan. Pembangunan sekolah dasar dan menengah harus kita rencanakan bagi mereka dengan sepenuh hati agar anak-anak dapat mengenyam pendidikan dan mengubah kondisi kehidupan mereka. Kita berusaha agar penderitaan warga Mozambik dapat dientaskan dengan hadirnya insan Tzu Chi di sana. Ini bergantung pada belas kasih kita. Asalkan setiap orang dari kita membangkitkan belas kasih, kita akan mampu membawa berkah bagi warga di Afrika Timur dan mengentaskan kemiskinan mereka. Kita dapat membawa berkah ke sana agar mereka dapat terbebas dari kemiskinan dan mulai turut berbuat kebajikan untuk juga menciptakan berkah. Untuk itu, dibutuhkan orang yang membimbing mereka. Hanya Bodhisatwa yang bisa membimbing mereka. Setiap langkah Bodhisatwa selalu meninggalkan jejak bunga teratai.

Kita melihat di daerah itu, saat cuaca sedang baik, tanah sangat tebal dan lunak. Saat orang-orang berjalan, jejak kaki mereka bagai kuntum bunga teratai. Insan Tzu Chi bagai berjalan di atas kuntum-kuntum teratai. Ke mana Bodhisatwa melangkah, di sana tumbuh bunga teratai. Dengan adanya insan Tzu Chi, kita berharap kemiskinan di sana berubah menjadi berkah yang membawa kekayaan. Ini dapat terwujud asalkan kita bertekad untuk membantu warga setempat dengan cinta kasih. Harapan sungguh ada.


Kita juga melihat bagaimana para relawan setempat memindahkan dan menyusun barang. Mereka membawa barang di atas kepala. Mereka memindahkan barang bukan dengan memegangnya di tangan, tetapi dengan meletakkannya di atas kepala. Mereka berjalan dengan teratur selangkah demi selangkah dalam barisan yang rapi. Mereka berjalan sambil bernyanyi riang bagaikan sedang melakukan pradaksina. Kaki mereka bergerak seirama. Betapa indahnya pemandangan itu. Begitulah para relawan lokal membawa barang bantuan di kepala dan berjalan dengan penuh tata krama. Barang bantuan mereka taruh di atas kepala. Gerakan mereka sangat teratur dan indah.

Untuk tiba ke daerah bencana dari kantor Tzu Chi, para relawan ini harus menempuh jarak lebih dari 1.200 km. Belasan relawan itu bertekad untuk pindah ke daerah bencana. Ketika ditanya apa yang akan mereka lakukan di sana, lima sampai enam relawan berkata bahwa mereka ingin mengajari warga setempat menjahit, membantu tim konsumsi, menyebarkan Dharma, dll.

“Saya ingin menggarap ladang berkah.”

“Saya ingin memasak untuk mereka.”

“Saya ingin menyosialisasikan celengan bambu.”

“Saya ingin membantu membersihkan rumah dan menjaga lingkungan.”

“Saya ingin menganyam tikar dan membimbing warga untuk hidup mandiri.”

“Saya ingin menyebarkan ajaran Master dan menyebarkan cinta kasih.”


Saudara sekalian, setiap orang memiliki fungsi. Dengan peralatan yang mereka bawa, mereka ingin pindah ke daerah yang berjarak lebih dari 1.200 km dari kampung halaman untuk mendampingi warga setempat dan membina relawan dalam jangka panjang. Mereka bertekad untuk membimbing enam ribu orang menjadi relawan. Mereka sungguh diliputi kebahagiaan. Terlebih lagi, mereka telah menyerap Dharma ke dalam hati.

Ada seorang ibu asal Maputo yang kakinya terluka. Dia tidak takut sakit dan terus berjalan. Saat dokter TIMA tiba dan mengobati lukanya, dia tetap tak berhenti bekerja. Seorang relawan lain sempat tertabrak mobil sehingga tangannya terluka. Saat diberi tahu, "Tanganmu patah, kamu istirahat saja," dia menjawab, "Tangan yang satu beristirahat, tetapi tangan yang lain masih bisa bekerja." "Tangan yang ini tidak perlu istirahat." Jadi, dia tetap ingin bekerja. Inilah Dharma. Mereka telah menyerap Dharma. Saat diri mereka menemui masalah, mereka tetap mengembangkan keberanian bagai singa. Ini sungguh tidak mudah.


Lewat praktik nyata Bodhisatwa di dunia, seperti yang tertera dalam Sutra Bunga Teratai, tubuh dapat menciptakan 800 pahala. Segala yang dapat kita lakukan haruslah kita praktikkan secara nyata dengan lebih bersungguh hati. Banyak orang telah  meninggalkan jejak sumbangsih bagaikan kuntum-kuntum bunga teratai di sana. Ini tentu akan menjadi berkah yang meliputi Afrika Timur. Singkat kata, kita harus sangat bersungguh hati karena semua ini adalah sejarah bagi kita, sejarah yang akan terukir bagi Tzu Chi. Karena itu, saya harus menyampaikan hal ini dan meminta kalian semua mencatatnya.    

Menyebarkan benih berkah dengan memberi pengobatan dan makanan
Berusaha mengubah kemiskinan menjadi ketenteraman
Bersatu dalam ikrar welas asih untuk menyebarkan kebajikan
Jejak sumbangsih Bodhisattva bagai menumbuhkan kuntum-kuntum teratai

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 8 Juni 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 10 Juni 2019

Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -