Ceramah Master Cheng Yen: Melenyapkan Penderitaan dan Berbagi Dharma

Lihatlah di seluruh dunia, ada begitu banyak bencana alam yang terjadi. Kebakaran hutan terus terjadi. Bencana kebakaran juga dapat memengaruhi keselarasan unsur air. Dengan adanya hutan, air hujan akan meresap ke dalam tanah. Hutan memainkan peran penting dalam konservasi air dan tanah.

Saat banyak hutan yang terbakar, tanah tidak bisa menyerap air hujan. Karena itu, guyuran hujan setelah kebakaran hutan dapat menimbulkan banjir, terlebih jika turun hujan deras.

Singkat kata, di California, kobaran api bukan hanya menghanguskan hutan, tetapi juga merambat ke permukiman. Banyak warga yang dievakuasi. Kini cuaca di sana sangat dingin.

“Benar-benar sangat dingin. Tidak ada lampu, gas, penghangat ruangan, atau apa pun,” kata salah satu Korban bencana.

“Malam hari benar-benar sangat dingin. Di mobil, saya harus menyalakan penghangat ruangan. Dengan adanya selimut ini, saya rasa akan baik-baik saja,” kata Fausto Barcelo korban bencana.

“Saya ingin pulang ke rumah untuk memeriksa keadaan. Jika rumah saya sudah terbakar dan saya harus pindah ke tempat lain, setidaknya ada selimut ini yang memberi saya kehangatan,” kata Miguel De Jesus korban bencana.

 

Para relawan kita yang penuh welas asih dan cinta kasih segera membagikan selimut yang tebal dan hangat. Baik laki-laki, perempuan, lansia, maupun anak-anak, semua orang yang menerima selimut merasa penuh kehangatan dan bersyukur.

Sungguh, insan Tzu Chi selalu berbagi tentang konsep daur ulang. Saat membagikan selimut, relawan kita berbagi bahwa selimut-selimut itu berasal dari botol-botol plastik yang didaur ulang. Para relawan daur ulang kita bersungguh hati mengumpulkan botol plastik yang bisa diolah menjadi selimut. Selimut yang bermanfaat ini merupakan hasil daur ulang. Relawan kita bersungguh hati memilah barang daur ulang dan mencucinya hingga bersih, lalu mengolahnya menjadi bahan dasar untuk memproduksi selimut.

Relawan kita membimbing orang-orang agar mementingkan pelestarian lingkungan karena ini berkaitan dengan bencana alam dan perubahan iklim yang ekstrem. Jadi, dengan sehelai selimut, kita dapat membawa kehangatan bagi korban bencana, berbagi kisah yang penuh kehangatan, dan membimbing orang-orang untuk menghargai sumber daya. Dengan menjelaskan proses produksi selimut, relawan kita juga berbagi kebenaran.

Setiap tindakan insan Tzu Chi mengandung Dharma. Kita harus lebih bersungguh hati. Setelah melenyapkan penderitaan, kita harus berbagi Dharma.

Belakangan ini, saya sering mengucapkan kalimat ini karena saya berharap kalian bukan hanya menjalankan misi amal, tetapi juga meningkatkan kebijaksanaan dengan mendalami semangat Buddha.

 

Kita bisa melihat pascabanjir di Myanmar tahun lalu, insan Tzu Chi menyurvei kondisi bencana. Setelah pulang untuk memberi laporan, semua orang sepakat bahwa selain memberikan bantuan darurat berupa bahan pangan, kita juga akan membagikan bibit padi sebelum musim semi.

Saya berkata pada relawan kita, “Kalian harus menggenggam waktu selama 80 hingga 90 hari ini. Jangankan biarkan sawah mereka kosong. Kita bisa membangkitkan semangat mereka untuk bercocok tanam dan mengurus sawah mereka dengan membagikan bibit kacang hijau.” Jadi, dua hingga tiga bulan kemudian, saat kita membagikan bibit padi, kacang hijau mereka sudah bisa dipanen dan utang mereka bisa dilunasi.

Mereka tak perlu meminjam bibit padi lagi. Kita membagikan bibit padi pada mereka sehingga mereka bisa bangkit kembali. Dengan hasil panen kacang hijau, mereka bisa melunasi utang dan tidak perlu berutang lagi untuk bercocok tanam. Dengan bibit padi yang kita bagikan, hasil panen mereka akan sepenuhnya menjadi milik diri sendiri.

Kita telah memperbaiki kehidupan mereka sehingga mereka terbebas dari utang. Kita mendengar bahwa belakangan ini, mereka kembali dilanda banjir. Saat masa panen hampir tiba, padi mereka kembali tergenang banjir. Setelah banjir surut, yang tidak terbayangkan ialah tidak ada rumput yang tumbuh. Yang tumbuh di sawah tetaplah padi.

“Sawah di sisi kanan ditanami bibit padi dari Tzu Chi, sedangkan sawah di sisi kiri ditanami bibit padi yang dibeli sendiri. Semua tanaman padi layu setelah terendam banjir. Tanaman padi dari bibit yang dibagikan Tzu Chi juga layu karena terendam banjir, tetapi kini tumbuh tunas baru lagi,” kata Li Jin-lan relawan Tzu Chi.

 

“Tanaman padi semula telah layu. Ini adalah tanaman yang tumbuh lagi. Saya bertekad untuk bersungguh-sungguh memanfaatkan bibit padi dari Tzu Chi. Jika ada orang yang tidak menanam bibit padi dari Tzu Chi, saya akan membelinya untuk ditanam sendiri,” kata Ko Min Soe petani di Myanmar.

Seperti yang sering saya katakan, ini sungguh tidak terbayangkan. Ada banyak hal yang membuat orang merasa bahwa para petani di sana penuh berkah dan keyakinan. Mereka senantiasa membangkitkan ketulusan dan bertekad tidak menyemprotkan pestisida sehingga sawah mereka tetap bersih dan mereka dapat memperoleh hasil panen yang berlimpah. Jadi, kita harus memiliki keyakinan.

Kini para petani juga dapat menolong sesama. Saat kebutuhan diri sendiri terpenuhi, mereka saling menyemangati untuk menyisihkan segenggam beras setiap hari. Setiap bulan, mereka bisa menghimpun lebih dari 3.000 kilogram beras untuk menolong lansia sebatang kara dan orang-orang kurang mampu. Asalkan ada tekad, maka tiada hal yang sulit. Kita harus memiliki keyakinan.

Kini banyak bencana alam yang terjadi. Kita harus bermawas diri, berhati tulus, dan menggenggam waktu untuk lebih banyak menciptakan berkah. Kita juga harus berdoa dengan tulus serta senantiasa membina rasa syukur. Inilah jalan pelatihan diri kita.

Semoga setiap orang dapat memahami apa yang saya katakan. Untuk itu, kita harus lebih bersungguh hati setiap waktu.

Bodhisatwa melenyapkan penderitaan dan berbagi Dharma
Giat menggarap sawah dan bersukacita memperoleh hasil panen
Para petani menolong sesama dan menyebarkan cinta kasih universal
Melatih diri dengan hati yang tulus

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 07 November 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 09 November 2019

Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -