Ceramah Master Cheng Yen: Memahami Empat Kebenaran Mulia dan Menjalankan Enam Paramita

Liu Wan-dui, seorang relawan Tzu Chi bercerita, “Suatu hari, suami saya pergi ke bank, dan berkata kepada pegawai bank, ‘Entah apa yang terjadi pada istri saya belakangan ini. Dia bergabung dengan Tzu Chi dan memanggil orang lain dengan sebutan kakak. Saya sangat muak mendengarnya. Dia juga sering mengatakan Amitabha’.”

Lalu, pegawai bank itu berkata, “Tzu Chi? Istrimu bergabung dengan Tzu Chi? Kebetulan saya ingin berdana. Anda bisa bantu saya serahkan donasi ini padanya.”

Suami saya lalu membawa pulang 60 ringgit itu kepada saya dan berkata, “Saya bilang padanya Tzu Chi tidak baik. Namun, dia malah ingin berdana dan meminta saya menyerahkan 60 ringgit ini padamu.”

Saya lalu berkata padanya, “Sesungguhnya, saya juga berdana atas namamu setiap bulan. Saya berdana atas namamu sebesar 5 ringgit per bulan.” 

Tahun ini dia berkata pada saya, “Kamu tak perlu berdonasi atas nama saya lagi. Saya akan berdana sendiri sebesar 10 ringgit per bulan.”

Bodhisatwa sekalian, kalian harus sangat bersungguh hati menciptakan keharmonisan di rumah agar keluarga kalian merasa gembira ketika mendengar Tzu Chi. Jangan mengikuti kegiatan Tzu Chi hingga membuat keluarga kalian tidak gembira. Ini juga tidak benar. Dalam menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus menjalankan Enam Paramita dan puluhan ribu praktik. Di dalam Enam paramita saja terkandung puluhan juta Dharma. Saat terjun ke tengah masyarakat, kita harus mengembangkan metode terampil untuk membimbing sesuai kemampuan masing-masing pendengar.

Selain masyarakat, kalian juga harus menginspirasi keluarga. Semua orang tua menyayangi anak-anaknya. Apa yang harus kita lakukan agar mereka dapat menerima Tzu Chi dan mendukung kalian bergabung dengan Tzu Chi? Bagaimana cara kita untuk berbakti kepada orang tua? Bagaimana cara kita untuk berbakti kepada orang tua? Yang terpenting dalam berbakti adalah membimbing mereka untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Inilah cara kita untuk menumbuhkan akar kebajikan orang tua sekaligus membimbing mereka untuk mencapai pencerahan.

Kalian telah banyak bekerja untuk membimbing orang lain. Budi luhur orang tua yang melahirkan kita sangat besar bagaikan gunung. Bagaimana cara kita membalas budi luhur orang tua? Meski kalian memberi mereka makanan yang terlezat, pakaian yang terbaik, dan segala kenyamanan hidup, semua itu hanyalah kenikmatan duniawi. Apakah mereka puas dengan semua itu? Cara membalas budi yang terbaik adalah dengan berbagi Dharma. Dengan berbagi ajaran Buddha, mereka akan memperoleh pemahaman. Terhadap segala sesuatu di dunia, mereka dapat bersikap penuh pengertian dan merasa puas. Dengan berbagi Dharma, mereka dapat memperoleh sukacita dalam Dharma. Jika kalian dapat membimbing mereka untuk bergabung dengan Tzu Chi untuk mempratikkan Dharma secara nyata, maka mereka akan semakin bersukacita. Saat mereka dapat menjangkau orang lain untuk memberi bantuan tanpa ada kemelekatan, maka mereka akan merasakan sukacita dalam Dharma. Dibandingkan dengan hadiah yang lain, ini merupakan hadiah yang terpenting.

Bodhisatwa sekalian, kalian harus bersungguh hati. Saya sangat gembira melihat kepulangan kalian kali ini. Saya sangat gembira melihat kepulangan kalian kali ini. Saya melihat ada seorang relawan yang masih menjalani cuci darah dan pulang ke sini dengan naik kursi roda. Ada pula dua relawan yang membutuhkan alat bantu jalan. Mereka semua bersatu hati dan tekad untuk menjalani pelantikan. Melihat mereka, saya sangat tersentuh. Saya juga mendoakan mereka.

Saudara sekalian, kesehatan adalah aset terbesar. Tekad kalian merupakan permata yang terbesar.

Saya berharap setiap orang dari kalian memiliki permata Dharma di dalam hati dan dapat mengembangkan berbagai metode terampil untuk membimbing sesama. Meski dikatakan metode terampil, tetapi ia berperan penting. Saat terjun ke tengah masyarakat, meski mengembangkan metode terampil, tetapi jika tidak mempraktikkan Enam Paramita, bagaimana kita bisa menemukan permata Dharma? Buddha datang ke dunia dan membentangkan jalan untuk kita tapaki. Saya berharap setiap orang dapat turut menyebarkan ajaran Buddha. Buddha telah membentangkan jalan untuk kita dan sekarang saatnya bagi kita untuk membentangkan jalan bagi lebih banyak orang. Inilah misi seorang pewaris Dharma.Saya sangat gembira melihat kalian kembali untuk dilantik. Dimulai dari sekarang kalian harus membentangkan jalan dan menginspirasi lebih banyak orang untuk menapaki Jalan Bodhisatwa Tzu Chi.  Bisakah? “Bisa,” jawab para relawan serempak.

Kita juga mendengar tadi seorang relawan berbagi tentang Myanmar. Di tahun 2008, Myanmar mengalami kerusakan akibat terjangan topan Nargis. Demi membantu Myanmar, kita tidak bisa langsung berangkat dari Taiwan. Terlebih dahulu kita harus pergi ke Malaysia, baru dapat masuk ke Myanmar. Dengan penuh ketulusan, relawan kita berangkat untuk menyalurkan bantuan. Relawan Tzu Chi di seluruh dunia sama-sama mengembangkan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan hati. Insan Tzu Chi mengasihi semua makhluk dan bersumbangsih dengan hati paling tulus.  Inilah kesamaan insan Tzu Chi di seluruh dunia. Relawan Tzu Chi Malaysia pun bersedia memikul tanggung jawab untuk menyalurkan bantuan ke Myanmar.

Di Myanmar, mereka membagikan bantuan berupa bibit padi. Saya sangat bersyukur karena mereka juga membawa Dharma ke sana. Relawan kita mencetak Kata Renungan Jing Si dalam kertas kecil dan membawanya ke sana. Mereka berbagi Kata Renungan Jing Si dengan orang-orang di Myanmar. Mereka membawa Dharma dan membentangkan jalan di sana. Dharma yang dimaksud adalah ajaran Jing Si. Jalan yang dimaksud adalah mazhab Tzu Chi. Jadi, warga setempat dapat mendalami Dharma dan menapaki Jalan Tzu Chi.

Kita dapat melihat Bapak U Thein Tun yang hidupnya telah berubah. Kita memberinya bantuan berupa beberapa karung bibit padi. Kini hidupnya telah berubah. Dia tahu bagaimana cara membalas budi. Hanya dengan memberinya bibit padi, dia dapat mengubah hidupnya. Kini seluruh warga di desa itu telah terinspirasi olehnya. Inilah contoh yang terbaik. Bayangkan, upaya kita membantu U Thein Tun sungguh pantas. Keberhasilannya juga merupakan keberhasilan kita. Jalinan berkah dan ladang berkah di Myanmar sangat besar. Jika kita dapat bersungguh hati untuk menggarap ladang berkah dan memberi bantuan, maka saat warga setempat terbebas dari penderitaan, kita juga akan merasakan sukacita. Benar tidak? “Benar,” jawab para relawan kompak.

Saat Buddha datang ke dunia, ajaran pertama yang Beliau babarkan adalah tentang Empat Kebenaran Mulia. Penderitaan berasal dari akumulasi kegelapan dan noda batin. Untuk melenyapkan penderitaan, kita harus melatih diri dan menapaki jalan kebenaran. Jalan yang harus kita tapaki adalah Jalan Bodhisatwa. Jalan Bodhisatwa adalah semangat dari Sutra Bunga Teratai. Bahkan sebelum parinirvana, Buddha tetap mengingatkan kita tentang penderitaan di dunia. Untuk melenyapkan penderitaan, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Saya sangat bersyukur meski di dalam pelatihan ini para relawan dari enam negara berbicara dalam bahasa yang berbeda-beda, tetapi kalian semua memiliki kesatuan hati. Kalian tahu jelas tentang hati Buddha dan tekad Guru. Kalian tahu jelas tentang hati Buddha dan tekad Guru. Saya sangat berterima kasih. Saya juga mendoakan kalian semua. Semoga kalian dapat menapaki Jalan Bodhisatwa dengan langkah yang mantap. Kalian harus melangkah dengan mantap dan jauh. Bisakah? (“Bisa,” jawab para relawan) Baik. Saya mendoakan kalian semua. 

Wujud bakti yang sesungguhnya adalah dengan berbagi Dharma

Terus membentangkan jalan untuk membimbing lebih banyak makhluk

Mempraktikkan ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi

Menapaki Jalan Bodhisatwa untuk melenyapkan penderitaan

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 23 November 2015

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 November 2015

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 November 2015
Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -