Ceramah Master Cheng Yen: Memahami Kebenaran dan Mewariskan Sutra Teratai


Saya sangat bersyukur. Hari ini, Tzu Chi genap berusia 55 tahun. Waktu terus terakumulasi dari bulan ke bulan dan tahun ke tahun. Sudah 55 tahun berlalu sejak Tzu Chi didirikan. Waktu yang berlalu tidak akan bisa kembali. Namun, seiring berlalunya waktu, kita juga memperoleh berbagai pencapaian.

Berbagai pencapaian ini bisa diperoleh berkat kesatuan hati semua orang. Kita memiliki arah tujuan yang sama dan menghimpun kekuatan bersama sehingga dapat mengatasi segala kesulitan serta mewujudkan tekad dan ikrar kita. Kita bisa melihat pagi-pagi, semua orang berkumpul dengan tenang di Pabrik Xieli. Semua orang sangat tertib dan tenang. Mereka berjalan maju selangkah demi selangkah dengan tenang. Dengan pohon di kedua sisi jalan, mereka melangkah maju dengan pelan, tulus, tertib, dan tenang.


Ini membuat saya teringat akan kondisi yang digambarkan dalam Sutra Bunga Teratai, yakni sekelompok petapa yang melatih diri di hutan. Semua orang sangat tenang dalam melakukan meditasi berjalan ataupun duduk. Mereka duduk di bawah pohon atau di atas batu dengan tenang dan hidup berdampingan dengan alam.

Setiap hari, dengan menenangkan pikiran, mereka bisa mendengar suara napas dari kejauhan, yakni suara napas bumi, pohon, rumput, dan langit. Mereka dapat mendengar suara napas alam. Selain itu, mereka juga mendengar kicauan burung. Inilah cara melatih diri yang dideskripsikan dalam Sutra Bunga Teratai.

Buddha mencapai pencerahan saat tengah memandang bintang di langit. Sebelum fajar menyingsing dan suasana sangat tenang, kondisi batin Buddha juga sangat tenang dan bebas dari pikiran pengganggu. Saat mata Buddha bersentuhan dengan bintang di langit, seketika itu juga batin-Nya menyatu dengan alam semesta sehingga menjadi sangat lapang dan dapat memahami semua kebenaran di dunia ini.


Kondisi batin seperti itu sulit untuk dideskripsikan. Tidak ada kata-kata untuk mendeskripsikannya. Dalam seketika, batin-Nya menyatu dengan alam semesta dan menjadi sangat lapang. Kondisi batin seperti itu sungguh sulit dipahami. Saat mencapai pencerahan, seketika itu juga Buddha memahami semua kebenaran alam semesta.

Setelah memahami semua kebenaran, Buddha juga memahami bahwa segala materi di dunia ini mengalami fase terbentuk, berlangsung, rusak, dan hancur. Buddha juga memahami bahwa kehidupan mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati serta pikiran mengalami fase timbul, berlangsung, berubah, dan lenyap. Pikiran setiap orang terus berubah-ubah seiring berlalunya detik dan menit.

Hari ini, kita bisa melihat para kepala rumah sakit dan ketua pelaksana Tzu Chi hadir di sini. Saya bersyukur pada mereka dengan tulus. Selama bertahun-tahun ini, berkat mereka, saya bisa merasa tenang. Lewat siaran Da Ai TV, saya selalu melihat pasien yang sakit kritis dan kekurangan mendapatkan perawatan dan penghiburan yang penuh cinta kasih di rumah sakit kita. Jadi, kita bukan hanya mengobati fisik, tetapi juga mengobati batin pasien dengan menghibur mereka agar mereka dapat tenang dan segera pulih.
 

Kita juga menyemangati mereka untuk menjalani fisioterapi dan memberikan harapan pada mereka. Para staf medis kita sungguh patut dipuji. Kalian merupakan permata bagi dunia ini. Orang yang dapat bersumbangsih bagi dunia adalah permata bagi dunia ini. Karena itu, saya bersyukur pada mereka. Rasa syukur saya tidak habis untuk diungkapkan.

Pagi ini, saat berjalan menuju ruang makan, saya melihat beberapa ketua pelaksana kita keluar dari dapur dengan mengenakan celemek. Mereka menunjukkan ketertiban di tengah orang-orang. Saat melihatnya, saya sangat tersentuh. Sarapan pagi ini adalah karya kalian. Melihat dedikasi kalian, saya sungguh sangat bersyukur dan tersentuh. Momen-momen yang menyentuh seperti ini terjadi berkali-kali dalam setahun.

Semua orang berkumpul bersama serta menunjukkan kesungguhan hati dan kerendahan hati mereka. Ini sungguh sangat menyentuh. Kisah tentang kebenaran, kebajikan, dan keindahan Bodhisatwa Tzu Chi sungguh tidak habis untuk diceritakan. Terima kasih. 

Batin Buddha menyatu dengan alam semesta
Melakukan meditasi berjalan dengan tulus dalam rangka ulang tahun Tzu Chi
Memahami kebenaran dan berjalan menuju kebajikan
Melindungi dunia dengan mewariskan Sutra Teratai

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 05 Mei 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 07 Mei 2021
Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -