Ceramah Master Cheng Yen: Memanfaatkan Jalinan Jodoh untuk Melakukan Kebajikan

“Cinta kasih universal yang tulus barulah memiliki daya tarik. Dengan adanya daya tarik, orang-orang akan bersedia menyumbangkan uang dan tenaga dengan sukarela,” ucap Eka Tjipta Widjaja, Pendiri Grup Sinar Mas.

Di Indonesia, ada seorang senior yang sangat saya hormati, yaitu Bapak Eka Tjipta Widjaja. Meski beragama Kristen, beliau selalu mendukung Tzu Chi yang merupakan organisasi Buddhis. Tak hanya diri beliau sendiri yang mendukung Tzu Chi, beliau juga mewariskan nilai-nilai kebajikan kepada anak-anaknya. Beliau terus mendorong anaknya untuk aktif mendedikasikan diri di Tzu Chi guna menjadi penyelamat bagi orang kurang mampu di Indonesia.

“Semua orang di Grup Sinar Mas ikut melakukan kegiatan amal. Berhubung saya setuju dan senang untuk membantu warga kurang mampu di Indonesia, jika kami sendiri tidak mengerahkan tenaga, siapa lagi? Kami sendiri juga harus menjadi teladan dan ikut melakukannya. Jika semua orang melakukannya dengan senang hati, barulah kegiatan amal ini dapat dilakukan dengan baik,” ungkap Eka Tjipta Widjaja.


Kekuatan cinta kasih seperti ini telah menginspirasi para pengusaha di Indonesia. Banyak pengusaha berkumpul bersama untuk bersumbangsih dengan cinta kasih dan penuh kebanggaan bagi negara mereka. Bapak Eka Tjipta Widjaja benar-benar merupakan pilar penopang bagi negara. Beliau juga menjadi panutan bagi dunia. Beliau sangat berada, tetapi tidak sombong dan tetap dekat dengan masyarakat. Beliau memiliki karakter yang sangat baik. Beliau telah wafat. Orang-orang di Indonesia dan di negara-negara lain merasa kehilangan atas kepergiannya. Mereka datang ke upacara perkabungan untuk memberi hormat padanya. Tentu saja, insan Tzu Chi juga hadir dalam upacara tersebut karena beliau juga merupakan bagian dalam sejarah Tzu Chi dan memiliki pengaruh besar dalam misi Tzu Chi.

Beliau mulai mengenal Tzu Chi pada tahun 1996. Sejak tahun 1998, beliau memberi dukungan yang sangat besar. Pada tahun 2002, banjir besar melanda Jakarta. Beliau telah memberi dukungan penuh dalam bantuan pascabencana. Pada tahun itu beliau sudah berusia lebih dari 80 tahun. Saya masih meminta beliau, "Mohon Anda ikut serta untuk mendukung program bantuan karena Anda memiliki pengaruh yang besar." "Kita membutuhkan dukungan dari Pemerintah, tentara, dan polisi untuk menjalankan pembersihan Kali Angke." "Tzu Chi juga membutuhkan Anda untuk memimpin secara langsung dalam pembersihan tersebut." Tanpa ragu-ragu beliau berkata, "Baik, tidak ada masalah."


Sungguh, saat pembersihan Kali Angke, beliau memimpin secara langsung. Saya sangat berterima kasih kepadanya. Pada tahun itu, misi amal Tzu Chi di Indonesia memasuki lembaran baru yang bersejarah dan mengubah kehidupan banyak warga di Indonesia menjadi lebih baik. Tanpa beliau, Tzu Chi tidak dapat berdiri seperti sekarang dan tidak dapat mengembangkan  Empat Misi di sana.

Bapak Eka Tjipta Widjaja juga menjalin jodoh  yang sangat dalam dengan Stephen Huang. Berhubung Stephen Huang sering menjalankan misi Tzu Chi di seluruh dunia, saya pun memintanya untuk berinteraksi dengan Bapak Eka Tjipta Widjaja. Karena itu, dia telah menjalin jodoh baik dengan Bapak Eka Tjipta Widjaja. Bapak Eka Tjipta Widjaja sangat suka mendengar Stephen Huang berbagi Dharma dengan humor ringan. Ketika beliau meninggal dunia, Stephen Huang sedang berada di Rusia untuk memulai misi Tzu Chi di sana. Setelah mendapat berita ini, Stephen Huang berkata, "Paman Huang, sekarang saya berada di Rusia, tetapi saya akan pergi ke sisi Anda." Seperti inilah hubungan mereka.


Jalinan jodoh Bapak Eka Tjipta Widjaja dengan saya dan dukungannya terhadap misi Tzu Chi sungguh telah memengaruhi seluruh masyarakat Indonesia. Kemarin, diadakan upacara penghormatan terakhir. Dengan ketulusan, rasa terima kasih, dan rasa kehilangan, kita memberi hormat padanya. Kehidupannya sungguh sangat murni tanpa noda. Beliau menyelesaikan perjalanan hidupnya dengan tanpa kekurangan. Ini sungguh membuat kita merasa terhibur seraya turut mendoakannya. Beliau bisa seperti itu, ini sangat tak mudah.

Selain itu, relawan Tzu Chi di Afrika Selatan, Abegail Cetyiwe, juga meninggal pada hari yang sama. Saya juga sangat mengasihinya. Dia menderita penyakit kronis, tetapi dia tetap bersumbangsih dengan kondisi tubuhnya yang kurang baik. Dia tidak takut lelah dan pergi melintasi batas negara untuk menebarkan benih kebajikan. Sebelum meninggal, dia bermimpi saya memakaikan tasbih untuknya. Setelah bangun, dia merasa sangat senang dan berkata, "Saya sudah melihat Master." "Master datang untuk memakaikan tasbih pada saya." Beberapa hari itu, dia merasa sangat nyaman dan masih tetap menjalankan Tzu Chi hingga hari terakhir kehidupannya.


Jadi, baik miskin maupun kaya, cinta kasih di hati mereka tak ada bedanya. Namun, waktu tidak menunggu siapa pun. Hanya bersumbangsih dengan tulus, kita baru bisa mengukir sejarah yang abadi. Saya sangat berterima kasih. Saya juga ingin mendorong semua orang. Nilai kehidupan tidak terletak pada ketenaran ataupun keuntungan. Ketenaran dan keuntungan dalam hidup kita hanyalah bersifat sementara. Setelah seseorang meninggal, yang orang-orang ingat atau rindukan bukanlah seberapa kayanya dia atau seberapa tinggi pendidikannya. Bukan. Yang orang-orang ingat adalah keluhurannya. Kebajikan luhurlah yang membuat seseorang dapat menjadi pilar negara sehingga orang-orang merindukannya. Mereka meninggal tanpa adanya penyesalan.

Contohnya, relawan kita, Abegail Cetyiwe, meski menjalani kehidupan yang sulit, dia tetap bisa bersumbangsih. Ini seperti yang diajarkan dalam ajaran Buddha. Dia mengatasi segala kesulitan dan bersumbangsih dengan segenap jiwa demi semua makhluk. Dia sungguh telah melakukannya. Saya berharap semua orang dapat meneladani kedua orang ini dan menjadi penyelamat kehidupan orang lain. Kita semua dapat belajar untuk menjadi penyelamat bagi orang lain.   


Cinta kasih tidak membedakan miskin atau kaya

Bersumbangsih dengan tulus demi mengukir sejarah yang abadi

Nilai kehidupan bukan terletak pada ketenaran dan keuntungan

Manusia dikenang karena kebajikannya


Ceramah Master Cheng Yen tanggal 2 Februari 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 4 Februari 2019

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -