Ceramah Master Cheng Yen: Membimbing Semua Makhluk dengan Welas Asih dan Kebijaksanaan

“Sekarang saya cuci darah di Tzu Chi. Sudah dua tahun saya menjalani cuci darah. Kira-kira setelah setengah tahun saya menjalani cuci darah, suami saya terkena kanker limfoma dan menantu saya meninggal dunia. Sekarang putri saya terkena kanker leher rahim. Apa boleh buat. Sudah seperti ini, saya tetap harus optimis. Sekarang saya sudah berpikiran terbuka. Saya juga harus membalas budi Tzu Chi karena telah membantu saya menjalani cuci darah secara gratis. Jika saya membutuhkan sesuatu, mereka juga membantu saya. Saya tidak diam di rumah terus. Saya bisa jalan-jalan ke luar dan melihat ada orang yang lebih menderita daripada saya,” ujar Lin Li-yun, Pasien cuci darah.

“Dia juga ikut para perawat pergi melakukan kunjungan kasih dan memberi perhatian pada pasien cuci darah lainnya. Dia tidak merasa dirinya menderita karena dia melihat ada orang yang lebih menderita daripada dia. Jadi, dia bersedia bersumbangsih,” jelas Foong Yit Ming, Perawat pusat cuci darah Tzu Chi di Butterworth.


Di masyarakat sekarang masih banyak orang yang kekurangan semangat dan pemahaman tentang prinsip kebenaran sehingga berpikiran tidak terbuka. Jadi, rintangan noda batin sangat banyak.

“Anak-anak masih bisa menjalani hidup, tetapi saya malah menderita depresi. Saya sudah periksa ke dokter dan minum obat,” kata Evelyn yang seorang diri menghidupi tiga anak.

“Kami berharap kamu bisa merencanakan masa depan dengan baik, jangan membuat kami khawatir,” kata Wu Hui-lan, Relawan Tzu Chi.

“Teruslah melangkah maju dengan semangat cinta kasih seorang ibu yang mulia. Dengan begitu, kamu pasti bisa mengatasi kesulitan. Jangan lupa, kami juga akan selalu mendampingimu,” tutur Hermana Cecilia, Relawan Tzu Chi.


Banyak orang di masyarakat menderita akibat rintangan kebodohan. Jadi, Bodhisatwa menjangkau mereka yang menderita. Contohnya, misi seorang dokter adalah memahami secara mendalam penyakit fisik serta batin dan berbagai hal yang harus dihadapi pasien. Jadi, dia harus bersungguh hati untuk menyelamatkan nyawa orang lain. Sama halnya, makhluk hidup memiliki banyak ketidaktahuan. Makhluk hidup banyak menghadapi banyak rintangan fisik dan batin dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, dibutuhkan Dharma.

Ajaran Buddha harus diteruskan. Untuk meneruskan Dharma, kita harus mengandalkan Sangha untuk memahami, menyelami maknanya yang tanpa batas, dan memahami bagaimana Buddha mencapai pencerahan dan menyatu dengan alam semesta. Kita harus bersungguh hati barulah bisa menyebarkan Dharma di tengah masyarakat. Kita harus melatih diri dan mempraktikkannya secara nyata di tengah masyarakat.


Jika jalinan jodoh sudah matang, barulah kita bisa membimbing semua makhluk. Untuk mencapai kebuddhaan, Bodhisatwa harus membimbing semua makhluk dengan mempraktikkan Enam Paramita. Jalan ini harus dipraktikkan dengan teguh, tidak hanya dalam kehidupan ini saja, melainkan dari kehidupan ke kehidupan. Bodhisatwa berikrar untuk menyelamatkan semua makhluk yang tak terbatas. Kapankah penderitaan semua makhluk berakhir?

Bodhisatwa selamanya harus memanfaatkan jalinan jodoh dengan makhluk hidup untuk terus berlatih di Jalan Bodhisatwa. Demikianlah Bodhisatwa melakukan praktik nyata menolong makhluk hidup. Untuk itu, dibutuhkan kebijaksanaan. Untuk dapat terus-menerus menolong semua makhluk dalam jangka panjang, kita harus meneruskan jalinan jodoh. Berhubung semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan, maka semua orang adalah setara.


Jika pada kehidupan ini mereka sulit dibimbing, setidaknya kita menjalin jodoh baik dengan mereka. Contohnya, di Serbia, pengungsi dan relawan bukanlah berasal dari negara itu. Jalinan jodoh mempertemukan pengungsi dan relawan di Serbia. Mulanya mereka tidak saling memahami. Relawan kita berikrar untuk mendedikasikan diri untuk membantu mereka. Para relawan dari negara yang berbeda-beda harus menyesuaikan diri agar dapat bekerja sama dengan penuh budaya humanis untuk menolong pengungsi dari negara yang berbeda-beda pula.

Para Bodhisatwa ini membangkitkan kebijaksanaan dan menggunakan welas asih untuk membantu para pengungsi tanpa pamrih agar kerisauan mereka menjadi senyuman. Beginilah para relawan kita di Eropa bersumbangsih dengan segenap hati dan tenaga.

Tahun lalu, pada bencana gempa bumi di Meksiko, relawan kita dari beberapa negara pergi memberikan perhatian. Yang paling penting adalah bisa menenangkan hati warga dan mengembangkan cinta kasih mereka. Mereka membangun ikrar dan tekad untuk menjalankan misi Tzu Chi di Meksiko.


Untuk berlatih di Jalan Bodhisatwa, kita harus berikrar untuk membimbing semua makhluk. Setelah menolong mereka dari penderitaan, kita juga berbagi Dharma kepada mereka. Kita harus membuat mereka merasa tenang dan nyaman serta berikrar untuk turut membimbing makhluk hidup. Bodhisatwa memperpanjang dan memperluas cinta kasih dengan membangun ikrar agung berlandaskan kebijaksanaan dan welas asih.

Berlandaskan welas asih, Bodhisatwa mengembangkan ikrar agung. Jadi, jalinan kasih Bodhisatwa bukan hanya sampai kehidupan ini saja. Kita memperpanjang jalinan kasih dari masa lampau, masa kini, hingga masa mendatang. Untuk memperpanjang jalinan kasih, kita semua harus saling menginspirasi. Kita harus membangun ikrar agung berlandaskan cinta kasih yang tidak mementingkan jalinan jodoh dan welas asih yang merasa senasib sepenanggungan.

Bodhisatwa sekalian, asalkan kita berikrar, semuanya adalah Bodhisatwa di dunia. Nutrisi bagi Bodhisatwa ada di tengah masyarakat. Masyarakat membutuhkan bantuan, bimbingan batin, dan lain-lain. Mereka membutuhkan bantuan Bodhisatwa. Baik bantuan berupa kata-kata dukungan maupun bantuan berupa tenaga, semua itu dapat membantu makhluk hidup. Semua makhluk diliputi banyak penderitaan, maka kita harus senantiasa bersungguh hati.

Semua makhluk dipenuhi penderitaan akibat noda batin

Bodhisatwa melatih diri di tengah masyarakat

Membimbing semua makhluk dengan welas asih dan kebijaksanaan

Memperpanjang jalinan kasih

untuk menolong makhluk hidup

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 April 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 17 April 2018

Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -