Ceramah Master Cheng Yen: Membina Insan Berbakat bagi Dunia

“Suatu kebanggaan bagi saya bisa menjabat sebagai rektor Universitas Tzu Chi selama 160 bulan. Dalam 160 bulan terdapat sekitar 5.000 hari. Berapa jumlah detak jantung dalam 5.000 hari? Sekitar 500 juta. Bisa melepas jabatan saat jantung saya masih berdetak, saya sangat bersyukur,” kata Wang Ben-rong Rektor Universitas Tzu Chi.

Kita bisa melihat Rektor Wang Ben-rong yang sudah bergabung saat masih muda. Saya sangat bersyukur pada beliau. Saat saya membutuhkan, beliau membantu tanpa keraguan sedikit pun. Beliau direkrut oleh Kepala RS Tu Shih-mien. Awalnya, beliau mendedikasikan diri sebagai dokter dan akhirnya menjadi rektor universitas.

Beliau tidak pernah meninggalkan Tzu Chi. Beliau menjadi rektor selama 4 periode. Tentu saja, terdapat kesulitan demi kesulitan yang harus beliau atasi satu per satu. Setiap kali saya meminta beliau menerima suatu jabatan dan memimpin suatu departemen, beliau selalu menyanggupinya.

Kini beliau telah genap menjabat selama 4 periode. Kita juga melihat Rektor Liu Yi-jun yang dibina oleh beliau. Sejak lulus, Rektor Liu mengajar di Universitas Tzu Chi. Setelah bergabung, dia tidak pernah meninggalkan Tzu Chi. Demikianlah teladan yang diberikan Rektor Wang.

 

Rektor Liu juga sangat cekatan dan yang terpenting, memiliki hati yang murni dan tulus. Dia menjalankan misi dengan sepenuh hati dan tekad.

“Saya berharap kelak, saat membicarakan Universitas Tzu Chi, orang-orang bisa berkata bahwa ini adalah universitas global yang penuh profesionalisme dan semangat kerelawanan. Setelah lulus, mahasiswa-mahasiswi dari setiap fakultas di Universitas Tzu Chi akan memiliki semangat relawan Tzu Chi. Mereka dapat menggunakan keahlian mereka untuk mendukung misi amal, kesehatan, dan budaya humanis Tzu Chi,” kata Liu Yi-jun Rektor Universitas Tzu Chi.

Dia yang dibina oleh Rektor Wang pasti bisa mengemban tanggung jawab ini dan tidak akan mengecewakan beliau. Saya tentu juga sangat yakin padanya. Semoga di bawah bimbingan Rektor Liu, Universitas Tzu Chi terus berkembang.

Saat ini, Rektor Wang telah mengelola universitas kita hingga berada di peringkat ke-67 dalam Peringkat Dunia Universitas Berdampak. Ini berkat dedikasi Rektor Wang selama ini. Tentu saja, beberapa rektor lain sebelum Rektor Wang juga sangat bersungguh hati.

Universitas kita telah berdiri 25 tahun dan masih termasuk sangat muda untuk pencapaian saat ini. Rasa syukur saya tidak habis diungkapkan dengan kata-kata. Saya berharap Rektor Wang masih dapat bergabung dalam badan misi pendidikan Tzu Chi lain selain Universitas Tzu Chi. Saya berharap beliau dapat mendedikasikan diri secara meluas, memikul tanggung jawab saat dibutuhkan, dan selamanya tidak meninggalkan Tzu Chi.


Saya sungguh sangat bersyukur. Universitas Tzu Chi telah berdiri 25 tahun. Saya sangat bersyukur. Moto universitas kita ialah cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Di pintu masuk universitas kita, terdapat kata “cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin”. Inilah ajaran Buddha. Buddha mengajari kita untuk membina Empat Pikiran Tanpa Batas, yakni cinta kasih agung tanpa penyesalan, welas asih agung tanpa keluh kesah, sukacita agung tanpa kerisauan, dan keseimbangan batin agung tanpa pamrih. Inilah Empat Pikiran Tanpa Batas. Empat Pikiran Tanpa Batas kita terapkan dalam misi pendidikan dan telah dilakukan dengan baik.

Buddha datang ke dunia ini demi satu tujuan mulia, yaitu mengajari umat manusia. Kita menampilkan ajaran Buddha lewat misi pendidikan. Konfusius berkata bahwa prinsip kebenaran dipelajari dengan mengasah kecemerlangan dan keluhuran diri. Ini kita sebut kebijaksanaan. Selain itu, juga harus membimbing orang-orang hingga mencapai kebajikan tertinggi. Ini kita sebut cinta kasih dan welas asih.

Kita harus terjun ke tengah masyarakat dan mendampingi mereka hingga mencapai kebajikan tertinggi. Inilah cinta kasih dan welas asih. Jadi, mengasah kecemerlangan dan keluhuran ialah kebijaksanaan dan mencapai kebajikan tertinggi ialah cinta kasih dan welas asih. Bukankah ini selaras dengan Empat Pikiran Tanpa Batas yang Buddha ajarkan?


Benar, jalan ini merupakan inti semangat kemanusiaan. Saya berharap para relawan dan staf badan misi amal, kesehatan, dan budaya humanis mengakui misi pendidikan kita karena Empat Misi Tzu Chi merupakan satu kesatuan. Kita bisa melihat murid-murid kita bertumbuh. Kita bisa melihat murid-murid kedokteran yang kini telah menjadi dokter. Murid-murid lain pun telah menjadi perawat dan insan berbakat di berbagai bidang. Murid-murid internasional dari berbagai suku juga berinteraksi dengan harmonis dengan murid-murid setempat.

Kini saya berharap murid dari Afrika dapat membawa pulang nilai budaya humanis dalam pendidikan Tzu Chi untuk bersumbangsih di Afrika.

Saya masih ingat belasan tahun lalu, Lungelo Thabethe datang ke Taiwan dan naik ke atas panggung. Saat itu dia masih kecil. Kini dia telah tumbuh dewasa. Lihatlah, ini berkat akumulasi waktu. Penampilannya telah berubah. Dia telah tumbuh dewasa.

“Tzu Chi juga memiliki relawan lokal di sini. Mereka juga membantu merawat penderita AIDS. Berbagi pengetahuan dasar tentang pencegahan AIDS mungkin bermanfaat bagi para relawan dalam merawat penderita AIDS kelak,” Lungelo Thabethe Mahasiswi Universitas Tzu Chi.

Intinya, kita berpegang pada ajaran Buddha, yakni cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin.

Singkat kata, kita memberikan pendidikan cinta kasih universal yang akan bertahan selamanya. Saya berharap seluruh insan Tzu Chi dapat mendukung misi pendidikan kita menuju arah ini. Dengan pendidikan yang baik, kelak kita tidak akan kekurangan dokter, perawat, staf administrasi, ataupun insan berbakat lainnya dalam menjalankan misi bantuan internasional dan menyebarkan kekuatan cinta kasih.

Berpegang dan mempraktikkan ajaran Buddha
Membina insan berbakat dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin
Berpegang pada tekad guru dan tidak meninggalkan Tzu Chi
Empat badan misi Tzu Chi bersatu hati dan mewariskan cinta kasih hingga selamanya

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 5 Agustus 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 7 Agustus 2019
Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -