Ceramah Master Cheng Yen: Memikirkan Semua Makhluk Setiap Waktu


Dalam hidup ini, kita harus selalu menggenggam jalinan jodoh. Tahun lalu, semua orang merasakan dampak pandemi COVID-19. Setiap hari, saat menyaksikan berita internasional atau menerima informasi terkait pandemi ini, saya sangat khawatir. Namun, tahun lalu saya terus berkata bahwa kita harus menghargai berkah. Taiwan termasuk sangat beruntung karena setiap orang memupuk berkah. Inilah yang disebut berkah.

Setiap orang dipenuhi berkah. Saya sungguh sangat tersentuh. Di dalam hati, saya terus berkata pada diri sendiri bahwa tiada penyesalan dalam kehidupan saya ini karena saya bisa melihat banyak murid saya yang memiliki kesatuan hati.

Pergi ke mana pun, saya selalu mendengar murid-murid saya berkata bahwa mereka akan sepenuh hati mengemban misi demi ajaran Buddha dan semua makhluk dari kehidupan ke kehidupan. Bukankah ini menunjukkan kesatuan hati mereka?


Setelah saya ditahbiskan dan akan kembali ke Hualien, guru saya berpesan pada saya untuk berjuang demi ajaran Buddha dan semua makhluk. Saya menyatakan berguru pada beliau pada hari penahbisan saya. Beliau berkata, "Kita tidak punya cukup waktu. Berhubung kini kita adalah guru dan murid, saya berharap kelak kamu bisa berjuang demi ajaran Buddha dan semua makhluk."

Tiada penyesalan dalam kehidupan saya ini karena saya telah berjuang demi ajaran Buddha dan semua makhluk. Semua murid saya menyerap ajaran saya ke dalam hati, bahkan sungguh-sungguh mempraktikkannya. Saya bisa melihat semua itu. Ini membuat saya sangat tenang.

Sesuai hukum alam, waktu kita terbatas. Karena itu, kita harus menjalani kehidupan ini dengan pikiran terbuka. Kehidupan ini bagaikan satu kali perjalanan. Kita harus menjalani kehidupan ini dengan baik. Buddha memberi tahu kita bahwa kehidupan penuh dengan penderitaan. Apakah saya menderita? Saya tidak menderita, tetapi hati saya menderita karena mengkhawatirkan hal-hal yang terjadi di seluruh dunia.

Saat suatu negara dilanda bencana dan di sana terdapat insan Tzu Chi, saya juga mengkhawatirkan mereka. Bencana terjadi di seluruh penjuru dunia dan semuanya membuat saya khawatir. Jadi, saya mengkhawatirkan semua orang di seluruh dunia. Semua orang tahu bahwa sebagai umat Buddha, kita harus berjuang demi ajaran Buddha. Namun, mengenai "demi semua makhluk", siapa yang bisa menjaga semua makhluk di seluruh dunia? Karena itulah, saya ingin semua orang mengerahkan segenap hati dan tenaga untuk menginspirasi relawan baru.




Jangkaulah orang-orang yang membutuhkan untuk membuka simpul batin mereka serta sepenuh hati menghibur dan mendampingi mereka. Kita bisa melakukan hal-hal kecil seperti ini. Saya yakin tiada seorang pun yang akan berkata, "Saya tidak bisa melakukannya." Jika ada yang tidak bisa melakukannya, mereka hendaknya berintrospeksi diri. Bagi mereka yang bisa melakukannya, saya ingin berkata bahwa mereka bukan manusia biasa, melainkan Bodhisatwa.

Sebagai murid saya, kalian hendaknya memiliki arah yang sama dengan saya, yaitu berikrar menjadi Bodhisatwa. Kita harus memiliki semangat Bodhisatwa Avalokitesvara untuk menolong makhluk yang menderita dan ikrar Bodhisatwa Ksitigarbha untuk membimbing semua makhluk. Jadi, Bodhisatwa sekalian, bisakah kalian mempraktikkan semangat Bodhisatwa Avalokitesvara? (Bisa)

Di mana pun ada penderitaan dan kesulitan, kita pasti bisa memberikan bantuan ke sana karena kita menghimpun kekuatan banyak orang dan memiliki kesatuan hati. Jadi, kita bisa bersumbangsih. Kita juga harus meneladan Bodhisatwa Ksitigarbha yang berikrar untuk membimbing semua makhluk di neraka. Kita harus membimbing orang-orang melakukan perbuatan baik dan menghindari perbuatan jahat karena orang yang melakukan perbuatan jahat akan terlahir di alam neraka.

Saya berharap semua orang dapat bertekad dan berikrar untuk kembali ke alam manusia di kehidupan mendatang guna berbuat baik dan menyucikan hati manusia. Untuk menghapus kekeruhan di dunia ini, kita harus terus membentangkan Jalan Bodhisatwa hingga masa mendatang. Apakah kalian mengerti? (Mengerti)

Sungguh, kita harus sepenuh hati menapaki Jalan Bodhisatwa tanpa henti. Kita hendaknya tidak beristirahat.


Belakangan ini, saya juga berkata bahwa kita bukan melewati hari demi hari, melainkan melewati apa? (Detik demi detik) Benar, melewati detik demi detik. Kita harus menggenggam jalinan jodoh dan waktu untuk melakukan kebaikan agar kehidupan kita bernilai. Jadi, saya berharap Bodhisatwa sekalian jangan merasa bahwa diri sendiri sudah tua. Usia boleh bertambah, tetapi jangan merasa bahwa diri sendiri sudah tua. Jika kita berpikir demikian, akan timbul niat untuk pensiun.Tidak ada kata pensiun dalam menapaki Jalan Bodhisatwa. Jadi, kita harus membangun ladang pelatihan yang kukuh di dalam hati agar kita memiliki semangat dan tenaga untuk terus bersumbangsih sebagai bagian dari keluarga besar Tzu Chi. Semangat Tzu Chi harus terus diwariskan.

“Tahun 2005, saya mulai mengemban misi di posko daur ulang. Apa yang saya pelajari dari melakukan daur ulang? Ajaran Master. Saat bersumbangsih bersama para relawan daur ulang, saya juga belajar mengembangkan rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih. Saya sangat bersyukur kepada Master yang berbagi banyak Dharma dengan kami,” kata Liang Qiao relawan Tzu Chi yang dilantik tahun 1991.

“Di posko daur ulang, saya terus belajar dan berkembang. Saya juga menginspirasi banyak relawan di posko daur ulang untuk menjadi komite. Melihat mereka sanggup mengemban tanggung jawab, saya pun menyemangati mereka untuk mengikuti pelatihan relawan dan mereka menerimanya. Hingga kini, saya sudah menginspirasi 22 anggota komite dan belasan anggota Tzu Cheng,” pungkasnya.

“Saya sudah 35 tahun menjalankan Tzu Chi. Dengan hati penuh rasa syukur, saya mengemban misi Tzu Chi hingga kini. Saya bekerja keras merekrut donatur Tzu Chi. Saya juga mengajak orang kembali ke Griya Jing Si untuk mengikuti kebaktian Sutra Bhaisajyaguru setiap tanggal 24 penanggalan lunar. Semua orang dipenuhi sukacita karenanya. Demikianlah saya merekrut donatur baru. Saya juga menunjukkan buku tentang Tzu Chi pada orang yang saya temui untuk merekrut donatur Tzu Chi,” kata Li Mei-qing relawan Tzu Chi yang dilantik tahun 1987.

“Selain itu, saya juga mengadakan pertemuan untuk menginspirasi orang menjadi komite Tzu Chi. Awalnya, saya hanya berpikir untuk merekrut donatur. Kemudian, saya merasa bahwa saya juga harus menginspirasi orang menjadi komite Tzu Chi. Dengan demikian, pintu kebajikan Tzu Chi akan terus bertambah,” pungkasnya.


Bodhisatwa sekalian, kita berkumpul bersama di dunia ini dan bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia. Buddha memberi tahu kita bahwa hanya di dunia inilah kita bisa mempelajari Dharma, menapaki Jalan Bodhisatwa, dan mencapai kebuddhaan. Di luar alam manusia, tidak ada jalan menuju kebuddhaan. Berhubung kita mungkin belum bisa mencapai kebuddhaan di kehidupan sekarang, kita harus berikrar untuk menjadi Bodhisatwa.

Jadi, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan untuk melatih diri dan menolong makhluk yang menderita. Kita harus memiliki semangat Bodhisatwa Avalokitesvara dan ikrar Bodhisatwa Ksitigarbha. Saat ada makhluk yang menderita, Bodhisatwa Avalokitesvara akan menolongnya. Bodhisatwa Ksitigarbha berikrar untuk membimbing semua makhluk yang menderita. Beliau tidak tega melihat makhluk yang terlahir di alam neraka. Kita hendaknya menjadikan kedua Bodhisatwa ini sebagai teladan dalam kehidupan kita.
 
Memikirkan semua makhluk setiap waktu
Mendengar dan menyerap Dharma ke dalam hati serta memupuk berkah dan pahala
Mengakumulasi karma baik dan memberi penghiburan dengan cinta kasih
Menggenggam jalinan jodoh untuk menjalankan ikrar welas asih Bodhisatwa
 
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 April 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 17 April 2021
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -