Ceramah Master Cheng Yen: Mempelajari Dharma di Dunia


Banyak bencana yang terjadi di seluruh dunia. Sesungguhnya, ketidakselarasan empat unsur alam dan penyebaran pandemi merupakan peringatan dari alam. Saat menarik dan mengembuskan napas, saya juga harus menguras tenaga. Saya harus berjuang untuk menggenggam setiap detik yang ada.

Melihat bencana di seluruh dunia semakin kerap terjadi, saya pun teringat akan perumpamaan Buddha bahwa dunia ini bagai rumah yang terbakar dan anak-anak di dalam rumah yang terbakar itu masih bermain-main dan tidak menyadari kebakaran itu. Meski sudah melihat kobaran api, mereka mengira bahwa itu adalah mainan. Anak-anak itu diliputi ketidaktahuan.

Begitu pula dengan manusia di dunia ini. Banyak orang yang tersesat, keras kepala, dan sulit dibimbing. Setelah mencapai kebuddhaan,Buddha memiliki sepuluh gelar. Di antara Sepuluh Gelar Buddha, salah satunya adalah "Penakluk". Semua makhluk bagaikan binatang buas yang sangat sulit dibimbing. Karena itu, Buddha datang ke dunia ini dengan ikrar agung untuk membimbing semua makhluk.

Namun, apakah semua makhluk bisa mendengar Dharma? Buddha membabarkan Dharma selama 49 tahun. Saat itu, populasi manusia tidaklah banyak dan akses transportasi tidak memadai. Pada zaman itu, menyebarkan Dharma sangatlah sulit. Namun, Dharma akan selamanya ada di dunia ini asalkan ada yang berniat untuk mewariskannya.
 

Kita bisa melihat beberapa Bodhisatwa di Afrika Selatan. Mereka adalah murid saya yang baik. Saya sering berkata bahwa mereka adalah tim internasional kita. Mereka memiliki semangat saya dan citra Tzu Chi. Relawan Pan Ming-shui, Ai-bao, dan beberapa pengusaha Taiwan telah menjalankan Tzu Chi di sana dan menginspirasi relawan lokal. Para relawan lokal kekurangan secara materi, tetapi memiliki batin yang kaya. Mereka hidup dalam keterbatasan, tetapi batin mereka sangat kaya karena tidak memiliki pamrih dan telah memahami Dharma.

Orang yang tidak memiliki pamrih akan memiliki karakter yang mulia. Jadi, meski kekurangan secara materi, tetapi dengan menyerap Dharma ke dalam hati, mereka memiliki batin yang kaya. Meski hidup kekurangan, mereka juga dapat menolong sesame dengan memanfaatkan sumber daya setempat. Karena itulah, saya sangat mengasihi mereka.

Mengapa saya sangat mengasihi mereka? Pertama, karena mereka hidup kekurangan. Saya memang selalu memperhatikan dan mengasihi orang-orang yang kekurangan dan menderita. Kedua, karena mereka memahami ajaran saya dan penuh tata krama. Mereka menampilkan tata krama dalam keseharian. Jadi, saya sangat mengasihi mereka. Mereka menyerap ajaran saya ke dalam hati dan mempraktikkannya dalam keseharian. Mereka sangat patuh. Karena itulah saya mengasihi mereka.
 

Ketiga, karena mereka bersumbangsih tanpa pamrih dan selalu berpegang pada Dharma. Bagaimana bisa saya tidak mengasihi dan menyayangi mereka? Ini sungguh tidak mudah. Mereka memandang penting Dharma. Waktu terus berlalu. Sudah lebih dari 20 tahun Tzu Chi dijalankan di Afrika Selatan dan sebagian relawan di sana sudah lanjut usia.

Salah satunya adalah Ci Yu. Meski jatuh sakit, dia juga keluar bersumbangsih dengan meminta orang lain memapahnya. Dia hidup sebatang kara. Beruntung, ada saudara se-Dharma yang mendampinginya. Mereka memperhatikannya saat dia sakit. Saat dia meninggal dunia, juga ada banyak relawan yang mendampinginya.

Demikianlah saudara se-Dharma. Bagaimana bisa saya tidak menyayangi mereka? Namun, banyak relawan yang sudah berusia lanjut. Saya sangat berharap mereka dapat menginspirasi lebih banyak relawan muda. Kehidupan ini terbatas. Hanya jiwa kebijaksanaan yang akan bertahan selamanya.


Kita harus mewariskan jiwa kebijaksanaan ini. Ci Yu telah meninggal dunia. Namun, dia telah memberikan teladan. Banyak orang yang hormat dan kagum padanya serta tersentuh olehnya. Jadi, semangat Tzu Chi dapat terus diwariskan di Afrika Selatan. Mereka sangat tekun melatih diri.

Relawan di sana tidaklah banyak dan kantor di sana juga tidak besar, tetapi mereka bisa saling berbagi Dharma, saling mendukung, dan menyebarkan Dharma. Sungguh, bagaimana mungkin saya tidak mengasihi mereka? Mereka berdamai dengan kemiskinan dan menyelami Dharma dengan penuh sukacita. Ini sungguh tidak mudah. Ini berkat kekuatan cinta kasih.

Kehidupan di dunia ini bagaikan sebuah mimpi atau sandiwara. Kita harus bersungguh-sungguh memanfaatkan kehidupan ini. Meski waktu terus berlalu dan tidak menunggu siapa pun, tetapi kita dapat mempelajari Dharma yang terdapat di sekeliling kita.

Berdamai dengan kemiskinan dan tekun mempelajari Dharma
Menampilkan tata krama dalam keseharian dan bersumbangsih tanpa pamrih
Mempelajari Dharma yang terdapat di sekeliling kita
Membangkitkan Bodhicitta dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 Mei 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 15 Mei 2021
Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -