Ceramah Master Cheng Yen: Mendengar Dharma untuk Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan

Di dalam hidup ini, kita tak bisa mengendalikan apakah kita akan lahir di tempat yang damai atau lahir di tempat yang terdapat banyak konflik. Belakangan ini banyak negara yang kesulitan menghadapi krisis pengungsi. Para pengungsi sungguh menderita. Ada perempuan yang melahirkan anak saat sedang mengungsi. Begitu terlahir ke dunia, bayi itu pun menjadi pengungsi. Pada kehidupan selanjutnya, entah kita akan terlahir di tempat yang damai atau di negara yang penuh pergolakan. Kita tidak tahu. Karena itu, kini kita harus sungguh-sungguh hidup sesuai dengan Dharma. Kita hendaknya menggunakan Dharma sebagai tolak ukur setiap langkah kita. Saat ingin mengambil sebuah langkah, apakah langkah kita ini menyimpang atau tidak? Jika menyimpang sedikit saja, maka kita akan melakukan banyak kesalahan. Kita harus bersungguh hati terhadap ini. Kita harus tekun mendengar ajaran Buddha, lalu menyerapnya ke dalam hati dan mempraktikkannya dalam keseharian.Kini saya sangat berharap setiap orang dapat mengikuti ceramah pagi. 

Selama 50 tahun Tzu Chi berdiri, pada 40 tahun pertama, kita selalu berjuang bagi semua makhluk. Belasan tahun belakangan ini saya baru merasa bahwa saya harus membabarkan Dharma. Karena itu, saya pun mulai membabarkan Dharma. Saya sudah memberikan ceramah selama bertahun-tahun.Kini saya tengah membabarkan Sutra Bunga Teratai. Saya juga berharap setiap orang dapat lebih berfokus mendengarnya. Jika sekarang kalian masih enggan mendengar Sutra Bunga Teratai maka sungguh disayangkan. Mungkin hakikat yang murni ini akan semakin tertutupi. Saya sudah membahas perumpamaan kereta lembu putih dan anak miskin di dalam Sutra itu. Kita harus memilih menjadi anak bapak tua yang memiliki harta berlimpah di dalam perumpamaan itu. Kita harus memilih kereta lembu dan bukan memilih kereta rusa ataupun kereta kambing. Jadi, kita harus memilih kereta lembu. Inilah perumpamaan yang ada di dalam Sutra. Saya berharap setiap orang dapat mengingatnya karena Sutra ini sangat panjang. Saat membabarkan Sutra ini, saya selalu mengulanginya sedikit karena saya berharap setiap orang dapat mengingatnya. Kita jangan hanya sekadar mendengarnya, tetapi harus menyerapnya ke dalam hati dan senantiasa mengingatnya. Sutra Bunga Teratai haruslah kita dalami dengan sungguh-sungguh. Sutra ini berbeda dari Sutra lainnya. Sutra ini mengajarkan kepada kita bagaimana menggunakan cara yang tepat untuk terjun ke tengah masyarakat. Inilah semangat Mahayana. Karena itu, kita harus sangat bersungguh hati. Setiap hari, saat mendengar Dharma, kita harus merasakan sukacita. Saat mendalami Dharma, kita merasakan sukacita. Setiap hari kita merasakan sukacita saat mendengar Dharma karena hati kita sudah masuk ke dalam Sutra.

Setelah menyelami Dharma, kita akan memperoleh kebijaksanaan seluas samudra. Apakah kalian merasakan sukacita? (Ya) Sukacita ini muncul karena kita telah menyerap Dharma ke dalam hati. Selanjutnya, kita juga harus memiliki keseimbangan batin. Dengan memiliki keseimbangan batin, maka kita mampu menjalankan semangat Jing Si. Jika tidak memiliki keseimbangan batin maka pikiran kita akan selalu kacau. Setelah mendengar Dharma, kita hendaknya dapat merelakan dan melenyapkan noda batin. Semua orang memiliki nafsu keinginan, yakni ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan. Kelima hal ini merupakan racun batin. Lima racun batin ini membuat orang mabuk dan bergelut dalam kegelapan batin. Lima racun batin ini terdiri atas ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan.Lima racun batin ini membuat hati kita tertutupi oleh kegelapan batin yang tebal. Kita harus dapat merelakan agar dapat melenyapkan racun dan kegelapan batin. Dengan demikian, barulah otak kita dapat berpikir jernih. Jadi, dengan mempraktikkan keseimbangan batin, barulah kita mampu menjalankan semangat Jing Si. Dengan ajaran Jing Si, kita mewariskan jiwa kebijaksanaan. Dengan melenyapkan pikiran keliru dan noda batin, maka kita dapat memiliki hati yang jernih untuk menerima Dharma dan membangkitkan jiwa kebijaksanaan.

Kehidupan kita bagaikan ikan di dalam akuarium yang bocor yang airnya keluar setetes demi setetes. Begitu pula dengan kehidupan kita. Satu hari yang berlalu bagaikan setetes air yang keluar dari akuarium. Kehidupan kita bersifat terbatas. Kita tidak tahu seberapa panjang usia kita. Karena itu, kita harus menggenggam momen saat ini untuk memperluas makna kehidupan dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita. Jadi, dengan ajaran Jing Si, kita mewariskan jiwa kebijaksanaan. Kehidupan tidak dapat dipertahankan selamanya, tetapi jiwa kebijaksanaan dapat diwariskan dari kehidupan ke kehidupan. Kini kita harus sungguh-sungguh membina jiwa kebijaksanaan dan lebih banyak menjalin jodoh baik. Kita hendaknya bertekad untuk datang kembali ke Dunia Saha ini dan bertekad untuk mewariskan Dharma hingga ke kehidupan mendatang. Inilah kekuatan tekad. Inilah jiwa kebijaksanaan. Jiwa kebijaksanaan ini bersifat abadi. Jiwa kebijaksanaan melingkupi kebenaran di seluruh alam semesta. Segala yang kita lihat, meliputi tanah, air, udara, dan lain-lain, merupakan sesuatu yang berwujud. Akan tetapi, semua itu mengandung kebenaran yang tak berwujud dan tak terlihat. Prinsip kebenaran ini bersifat abadi. Asalkan mengembangkan kebijaksanaan dan menyerap Dharma ke dalam hatimaka kita dapat selamanya memahami semua prinsip kebenaran ini. Dengan memiliki kebijaksanaan, kita dapat memahami kebenaran dengan mudah. Setelah noda batin dilenyapkan, kebijaksanaan kita akan bertumbuh. Karena itu, kita harus lebih banyak mendengar Dharma.

Jadi, dengan ajaran Jing Si, kita mewariskan jiwa kebijaksanaan. Melalui mazhab Tzu Chi, kita menciptakan berkah bagi dunia. Kini kita telah bergabung dengan mazhab Tzu Chi. Mazhab Tzu Chi adalah fungsi eksternal, sedangkan jiwa kebijaksanaan adalah potensi internal. Jiwa kebijaksanaan adalah semangat dalam batin kita. Dalam mempraktikkan mazhab Tzu Chi, kita harus bersatu hati dan bekerja sama. Kita harus menyatukan kekuatan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Kita juga harus menjadi teladan nyata lewat tindakan nyata dan ucapan. Jadi, setelah mendengar Dharma, kita harus kembali membabarkan dan mewariskannya. Ini semua membutuhkan kesungguhan hati kita. Inilah cara kita mewariskan ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi. Relawan Tzu Chi selalu mengembangkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin.Singkat kata, saya berharap setiap orang dapat giat mendengar dan menyelami Dharma. Semoga semua orang senantiasa bersungguh hati.

Mendalami Dharma dengan hati yang jernih dan penuh sukacita

Melatih keseimbangan batin untuk menjalankan semangat Jing Si

Mewariskan jiwa kebijaksanaan dengan ajaran Jing Si

Bersatu hati menjalankan mazhab Tzu Chi untuk menciptakan berkah bagi dunia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 Mei 2016 

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 17 Mei 2016

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -