Ceramah Master Cheng Yen: Meneladani Semangat Bodhisatwa

Bodhisatwa sekalian, untuk melatih diri harus melalui waktu yang sangat panjang dan memiliki tekad yang teguh. Saat Badan Amal “Ke Nan” Tzu Chi didirikan, saya sendiri menjalani kehidupan yang sulit. Saya dan beberapa murid saya terus mempertahankan prinsip hidup mandiri dengan usaha sendiri. Jadi, selama selang waktu itu sungguh penuh kesulitan. Namun, saya sangat beruntung karena terlahir di zaman seperti itu.

Di masa kecil saya, terjadi Perang Dunia Kedua sehingga saya memahami bahwa perang seperti itu sangat menakutkan. Saat bersembunyi dari serangan udara, rasanya sungguh sangat menakutkan. Saat kecil, saya pernah mengalami masa Perang Dunia Kedua dan juga pernah melihat banyak orang menerima tepung terigu, susu, dan lain-lain yang berasal dari bantuan orang asing. Itu merupakan kenangan saya di masa kecil dan masa muda.


Setelah itu, setelah jalinan jodoh matang, saya memiliki kesempatan untuk melatih diri dan menjadi bhiksuni. Saya pernah melewati kehidupan yang sangat sulit, juga pernah melewati masa kesendirian yang sangat panjang. Namun, saat mengenang kembali masa-masa itu, saya merasa sangat rela, damai, dan bebas. Masa-masa seperti itu sungguh indah. Namun, saya sudah tidak bisa kembali ke masa lalu. Setelah itu, saya pun mulai perlahan-lahan terjun ke masyarakat.

Banyak faktor yang menyebabkan saya harus meninggalkan tempat pelatihan yang tenang dan terjun ke masyarakat. Setelah terjun ke masyarakat, saya perlahan-lahan memahami kehidupan lewat berbagai jalinan jodoh yang ditemui. Saya berpikir, “Jika ada sebuah organisasi dengan banyak anggota, maka akan ada banyak tangan dan mata yang tak terhitung untuk melihat sudut yang gelap dan menjangkau makhluk yang menderita.” Dengan demikian, kita bisa segera mengulurkan tangan untuk menolong lebih banyak orang. Itulah pemikiran pertama saya. Ini didasari cinta kasih.


Namun, sangat tidak berdaya, saya hanya bisa memendam cinta kasih ini di dalam hati. Kemudian, perlahan-lahan ada banyak faktor yang membuat saya memutuskan untuk tinggal di Hualien. Tentu saja, itu berhubungan dengan perbincangan saya dengan biarawati Katolik. Kami membahas tentang kelebihan dan kekurangan agama masing-masing. Jadi, saya merasa bahwa ajaran Buddha juga memiliki kelebihan.

Dharma harus disebarkan ke seluruh dunia dan diterapkan dalam keseharian agar setiap orang menjadi Bodhisatwa dunia. Dengan mempraktikkan Dharma dalam keseharian, kita bisa menyucikan hati manusia dan juga membangkitkan cinta kasih banyak orang. Saya sangat bersyukur, sejak Badan Amal “Ke Nan” Tzu Chi berdiri, para ibu rumah tangga setiap hari menghemat 50 sen dari uang belanja sayur.


Kita semua sudah tahu kisah celengan bambu. Perlahan-lahan, kita menjalankannya hingga sekarang. Di zaman sekarang teknologi sudah maju. Video dapat disiarkan dengan cepat. Saya pun memanfaatkan waktu untuk terus menyebarkan semangat cinta kasih. Di mana ada Bodhisatwa melakukan kebajikan, saya setiap hari akan menceritakannya lewat program Lentera Kehidupan. Program-program Da Ai TV juga meliput dan menyiarkan jejak insan Tzu Chi di seluruh dunia. Mereka melihat penderitaan di dunia serta berusaha memahami nilai-nilai yang membangkitkan cinta kasih. Program kita selalu menyiarkan kebenaran dan membimbing ke arah yang benar. Itulah alasan saya mendirikan stasiun Da Ai TV.

Da Ai TV selalu  menyiarkan kebenaran dan membimbing ke arah yang benar. Jadi, semua berita yang kita siarkan pasti sesuai dengan kenyataan. Program-program yang diproduksi juga berisi kisah nyata. Tempat yang tidak bisa saya jangkau, Da Ai TV membantu saya menjangkaunya. Para relawan dokumentasi juga membantu untuk merekam kegiatan di daerah masing-masing. Kemudian, divisi berita Da Ai TV akan mengadakan liputan dan wawancara lebih jauh. Inilah mengapa Tzu Chi memiliki empat misi.


Kita mulai dari misi amal karena saya melihat banyak orang yang hidup menderita. Ada yang karena miskin sehingga sakit, ada yang sakit sehingga jatuh miskin. Saya berharap untuk menghimpun banyak orang untuk menjadi bagian dari Bodhisatwa seribu tangan yang dapat melihat penderitaan di dunia dan membantu dengan penuh welas asih.

Sejak misi amal dijalankan, saya sangat bersyukur bahwa sekarang kita memiliki relawan di banyak negara. Jadi, kita bisa melakukan banyak hal untuk menolong orang dengan cinta kasih. Bodhisatwa relawan selalu memakai uang sendiri untuk melakukan kebajikan di dunia. Mereka tidak mengklaim biaya transportasi, selalu memakai uang sendiri. Seperti itulah sumbangsih mereka. Jadi, sumbangan untuk Tzu Chi sepenuhnya dipakai untuk mendukung Empat Misi Tzu Chi dan Delapan Jejak Dharma.


Kita juga bisa melakukan daur ulang. Akibat perubahan iklim, seluruh dunia tengah terancam. Saya berharap semua orang mengulurkan tangan untuk melakukan daur ulang. tangan untuk melakukan daur ulang. Saya yakin kalian semua sudah pernah mendengarnya. Karbon dioksida yang kita hasilkan akan menyebabkan pencemaran udara di bumi ini. Jadi, perubahan iklim disebabkan oleh ulah manusia. Sekarang kita seharusnya segera menebusnya. Jika orang-orang bisa kembali menjalani kehidupan yang sederhana, saya yakin temperatur bumi ini akan mulai menurun.

Jika ingin bumi ini aman dan tenteram, kita harus menyucikan hati manusia terlebih dahulu. Semoga semua orang meredam keinginan dan memberi cinta kasih kepada orang yang membutuhkan. orang yang membutuhkan. Semoga semua orang bisa mempraktikkannya secara nyata.  

Mempertahankan tekad untuk mengatasi segala kesulitan

Terjun ke masyarakat untuk melenyapkan penderitaan

Meneladani Avalokitesvara untuk menolong sesama

Menyebarkan cinta kasih lewat Empat Misi Tzu Chi dan Delapan Jejak Dharma

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 mei 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 12 mei 2018

Editor: Metta Wulandari

Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -