Ceramah Master Cheng Yen: Menempa Diri dan Memikul Tanggung Jawab

Saya sangat gembira melihat upacara wisuda yang khidmat. Melihat upacara wisuda, saya teringat akan upacara wisuda angkatan pertama pada 27 tahun yang lalu. Saat itu, saya juga pergi ke Universitas Sains dan Teknologi Tzu Chi untuk mewisuda anak-anak kita. Waktu berlalu dengan sangat cepat. Saya sangat gembira melihat perkembangan misi pendidikan kita.

Pertama-tama, saya bersyukur kepada rektor dan para dosen kita yang sepenuh hati mendidik anak-anak dan memberi pendampingan dengan cinta kasih. Dari tahun ke tahun, anak-anak yang lulus telah mendedikasikan diri di tengah masyarakat. Saya sangat bersyukur kepada para dosen dan rektor kita yang telah membangun tradisi yang baik.

Saya juga bersyukur kepada setiap Ayah Tzu Cheng dan Ibu Yi De yang mengasihi anak-anak kita melebihi anak cucu sendiri. Cinta kasih yang tulus ini sangat jarang ditemui di dunia ini. Saya juga sangat bersyukur kepada para Ayah Tzu Cheng dan Ibu Yi De yang menggantikan saya memperhatikan, mengasihi, dan melindungi sekolah dan anak-anak kita. Sungguh, saya sangat bersyukur kepada para Ayah Tzu Cheng dan Ibu Yi De.


Para orang tua juga dipenuhi sukacita dan saya sangat bersyukur pada mereka. Para orang tua dipenuhi sukacita karena anak mereka telah lulus dan saya bersyukur pada mereka karena telah menyekolahkan  anak mereka di Hualien dengan tenang. Para orang tua dengan tenang membiarkan anak-anak meninggalkan kampung halaman untuk mendapat pendidikan yang menyeluruh.

Selain mewariskan pengetahuan pada mereka, yang terpenting, kita juga mengajari mereka nilai moralitas dan sikap disiplin agar tercipta keharmonisan di tengah masyarakat. Nilai moralitas sangatlah penting. Saya yakin kelak, setelah terjun ke masyarakat, anak-anak kita pasti bisa menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan orang-orang dengan gembira.

Rektor berkata pada anak-anak bahwa setelah lulus dan terjun ke masyarakat, mereka harus melakukan persiapan mental, mampu bersabar, dan jangan berkeluh kesah. Sesungguhnya, di tengah masyarakat, kita akan menemui berbagai godaan yang bisa membuat kita tersesat. Ini sering kali mengakibatkan kita terpaku pada kondisi diri sendiri dan tidak memikirkan kondisi orang lain. Kita akan merasa bahwa kita benar dan orang lain salah.


Semakin sering pikiran menyimpang muncul, kita akan semakin sering berkeluh kesah dan semakin menderita. Perlahan-lahan, kita pun jauh tersesat. Namun, kita juga melihat jawaban para Ibu Yi De. Benar, dalam melakukan segala sesuatu, harus dilandasi oleh rasa syukur dan cinta kasih. Inilah jawaban terbaik. Dalam hidup ini, kita harus senantiasa dipenuhi rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih.

“Dalam lagu “Jawaban”, ada lirik yang berbunyi, “Mengapa dalam kesesatan, timbul keinginan bertobat?” Para Ibu Yi De menjawab, “Manusia memang memiliki akar kebajikan; tahu bertobat karena cinta kasih.” Bagian ini yang paling menyentuh. Saya masih ingat lima tahun lalu, saya tidak bisa keluar dari trauma KDRT. Karena tumbuh besar di lingkungan yang rumit, saya tidak bisa merasakan kehangatan dan cinta kasih. Saya bersyukur lima tahun lalu, saya masuk ke Universitas Sains dan Teknologi Tzu Chi sehingga bisa memulai hidup baru. Saya sangat berterima kasih kepada Ayah Tzu Cheng dan Ibu Yi De yang mengasihi saya bagai keluarga sendiri. Cinta kasih mereka telah melengkapi kekurangan saya. Para Ayah Tzu Cheng dan Ibu Yi De, berkat kehangatan kalian, hidup saya bisa berubah dalam lima tahun ini. Saya sangat berterima kasih,” ujar Dong Zhuo-yu, wisudawati.


“Yang dipersembahkan oleh kami tadi mewakili perasaan kami saat ini. Saat ada yang jatuh sakit, yang paling menderita adalah orang tuanya. Terima kasih, Ayah dan Ibu. Maaf sudah membuat kalian khawatir. Saya memilih jurusan keperawatan karena sebelumnya, saat diopname, saya mendapat perawatan sepenuh hati dari perawat. Saya juga bergabung menjadi Tzu Ching dan berikrar bersama anggota Tzu Ching lainnya untuk membantu Kakek Guru mewariskan ajaran Jing Si dan memikul bakul beras bagi dunia. Saya juga berikrar untuk merawat pasien dengan penuh empati,” kata Dong Zhuo-yu, wisudawati.

Meski pernah jatuh sakit atau terjadi hal yang tidak diinginkan dalam keluarga kita, atau terjadi hal yang tidak diinginkan dalam keluarga kita, semua itu akan berlalu seiring waktu jika kita senantiasa bersyukur. Kita harus bersyukur atas segala rintangan di masa lalu dan bersyukur kepada orang tua yang mendampingi dan membesarkan kita.

Kita harus bersyukur atas budi luhur orang tua, guru, dan masyarakat. Kita harus selamanya mengingat tiga budi luhur ini. Selain rasa syukur, rasa hormat juga sangat penting. Kita harus menghormati setiap orang. Di mana pun kalian bekerja kelak, baik menjadi perawat maupun teknisi medis, yang kalian hadapi adalah pasien. Dalam menjalankan misi kesehatan, kalian harus menghormati pasien, aturan medis, dan lain-lain. Ini berarti menghormati profesi, misi, dan tempat kerja kalian.


Saat berinteraksi dengan rekan kerja, kita harus menggunakan rasa hormat dan syukur. Saat berinteraksi dengan pasien, kita harus menggunakan cinta kasih. Jadi, rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih adalah nilai-nilai terpenting yang harus kalian pegang saat terjun ke tengah masyarakat kelak.

Anak-anak sekalian, yang ingin saya sampaikan sangat banyak. Intinya, saya mendoakan kalian. Kalian harus mengingat tiga budi luhur, yakni budi luhur orang tua, guru, dan masyarakat. Kalian juga harus sering menghubungi para Ayah Tzu Cheng dan Ibu Yi De. Sering-seringlah berkunjung ke sini. Akan lebih baik lagi jika kalian bisa bergabung dengan badan misi Tzu Chi. Dengan demikian, kalian akan selamanya merasakan rasa syukur dan cinta kasih. Inilah jawaban terbaik untuk hidup ini.

Saya bersyukur kepada para Ayah Tzu Cheng dan Ibu Yi De yang telah mendampingi anak-anak dalam jangka panjang. Saya juga bersyukur kepada rektor dan para dosen yang telah membina anak-anak. Saya juga bersyukur kepada para orang tua. Selamat. Saya mendoakan kalian. Mari kita bersama-sama mendoakan anak-anak. Saya mendoakan kalian. Terima kasih.

Bersungguh hati mendampingi dan membina insan berbakat

Menempa diri dan memikul tanggung jawab

Rasa syukur dan cinta kasih sebagai jawaban

Membalas tiga budi luhur dan membawa manfaat bagi masyarakat
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -