Ceramah Master Cheng Yen: Menempa Kebijaksanaan dan Menggali Mata Air Cinta Kasih


Pada tanggal 14 Agustus, Haiti diguncang gempa dahsyat. Kerusakan terlihat di mana-mana. Para korban gempa bumi sungguh menderita.

Insan Tzu Chi menyalurkan bantuan di sana secara bersinambung. Tim tanggap darurat Tzu Chi telah memberikan bantuan darurat ke sana dan kini, gelombang berikutnya akan pergi ke sana. Yang bersinambung bukan hanya tenaga manusia, tetapi juga barang bantuan.

Selain bahan pangan, kita juga terus mengirimkan perlengkapan P3K. Jadi, selain bahan pangan, kita juga menyediakan obat-obatan bagi korban luka-luka.

Penyaluran bantuan kali ini sungguh membutuhkan kerja keras karena bencana ini terjadi di tengah pandemi yang melanda seluruh dunia, yaitu pandemi Covid-19.

Beruntung, insan Tzu Chi Amerika Serikat sudah menerima vaksinasi beberapa waktu lalu. Jadi, mereka dapat pergi ke Haiti.

Ini adalah kunjungan saya ke Haiti yang ke-79. Barang bantuan kita ini adalah bantuan darurat. Para korban bencana sangat membutuhkannya. Lokasi bencana sangatlah luas. Di Les Cayes, Jeremie, dan berbagai wilayah terpencil lainnya, para korban bencana sulit untuk mendapat bantuan,” kata Chen Si Cheng relawan Tzu Chi.

“Saya merasa bahwa dapat datang ke sini dan bersumbangsih semampu saya bagi warga yang dilanda penderitaan, itu adalah hal yang paling bernilai dan bermakna dalam kehidupan saya,” pungkasnya.

Si Cheng telah berusia 70-an tahun. Belasan tahun lalu, kita memberikan bantuan di Haiti dalam jangka panjang. Dia bersumbangsih di sana dari awal hingga akhir. Karena itulah, dia berkunjung ke Haiti lebih dari 70 kali.


Pada tahun itu, dia bersumbangsih di sana selama berbulan-bulan. Dia sungguh merupakan Bodhisatwa dunia. Di Amerika Serikat, dia dapat hidup nyaman. Namun, dia memilih untuk bersumbangsih di Haiti meski harus tidur di atas tanah di lokasi bencana yang porak-poranda dan mengatasi berbagai kesulitan.

Di Haiti, kita juga membantu pembangunan kembali institut teknologi, sekolah dasar, dan sekolah menengah dari sebuah kongregasi. Di sana, insan Tzu Chi bersumbangsih dengan kesungguhan hati, cinta kasih, dan ketulusan tanpa memandang perbedaan agama. Inilah yang kita lakukan pada tahun itu.

Mengenang saat itu, sungguh banyak kisah yang bisa saya bagikan. Saya sangat bersyukur kali ini, insan Tzu Chi kembali memberikan bantuan di sana. Selain Si Cheng, juga ada Xing Min dan Fan Ting.

Singkat kata, relawan kita memberikan bantuan yang bersinambung.

Relawan kita juga mengadakan pelatihan di Haiti untuk menginspirasi relawan lokal. Saya berkata kepada mereka bahwa kita harus menginspirasi relawan lokal. Daripada menunggu relawan dari wilayah lain untuk memberikan bantuan, lebih baik kita menginspirasi relawan lokal. Saya berharap kelak, relawan Tzu Chi di Haiti akan semakin banyak.

Saat insan mulia bertambah, maka bencana akan berkurang dan semakin banyak orang menderita yang akan tertolong. Saat orang yang menderita berkurang, barulah masyarakat akan memiliki harapan. Sungguh, menginspirasi kekuatan cinta kasih bukanlah hal yang mustahil.

Lihatlah Pastor Zucchi. Beliau juga mengenakan seragam biru putih. Pada bulan Mei lalu, beliau juga memimpin warga setempat melakukan ritual namaskara. Meski menganut agama yang berbeda, beliau juga dapat melakukan ritual namaskara. Jadi, kita tidak memandang perbedaan agama.


Membebaskan semua makhluk dari penderitaan serta mewujudkan ketenteraman dan kedamaian bagi setiap orang, inilah misi yang harus dijalankan oleh kita sebagai Bodhisatwa dunia.

Jadi, kita semua tengah mempelajari praktik Bodhisatwa. Dalam mempelajarinya, kita harus melakukan tindakan nyata. Jika kita tidak melakukan tindakan nyata dan hanya berkata bahwa kita ingin mempelajarinya, kita tidak akan pernah memahaminya.

Contohnya seorang magang, saat diajarkan sesuatu oleh mentornya, dia hendaknya bisa memahami lebih banyak hal dari satu hal yang diajarkan tersebut.

Sang mentor mungkin berkata, "Sudut meja ini harus dirapikan seperti ini agar rata dan lurus. Saya akan bersungguh-sungguh mengajarimu dan kamu harus memperhatikannya. Setelah menguasai cara merapikan sudut meja ini, kamu bisa merapikan tiga sudut lainnya."

Jadi, jika kita bersungguh-sungguh dan fokus merapikan satu sudut meja, kita bisa merapikan tiga sudut lain dengan cara yang sama. Mempelajari praktik Bodhisatwa juga demikian.

“Selain lima ribu kantong bahan pangan, kami juga menyiapkan lima ribu karung beras yang masing-masing seberat 12,5 kilogram. Yang paling menantang ialah memuatkan semua barang bantuan ke dalam kantong agar bisa dibawa oleh penerima bantuan. Kantong barang bantuan ini dilengkapi tali agar warga dapat membawanya dengan satu tangan. Terakhir, kita memastikan bahwa setiap paket bantuan yang dibagikan cukup untuk kebutuhan 6-8 orang selama sebulan,” kata Dashka Bennett Wakil direktur Gigi Depot.

“Kalian sungguh menyentuh hati saya karena kalian bersedia meninggalkan rumah, negara, dan pekerjaan kalian demi datang ke sini untuk memberikan bantuan. Jadi, saya tentu harus berbuat lebih banyak,” pungkasnya


Dengan cinta kasih di dalam hati, kita menciptakan berkah bagi dunia karena tidak tega melihat makhluk lain menderita.

Sebagai Bodhisatwa dunia, kita harus memiliki kebijaksanaan agar bisa terjun ke tengah masyarakat tanpa terpengaruh oleh noda dan kegelapan batin orang lain. Untuk menjaga kemurnian hati dan mengerahkan kekuatan kita, kita membutuhkan kebijaksanaan.

Dengan membimbing orang menciptakan berkah, berarti kita memupuk berkah. Dengan menempa diri agar tidak terpengaruh oleh noda dan kegelapan batin saat terjun ke tengah masyarakat, berarti kita membina kebijaksanaan. Demikianlah yang relawan kita lakukan di Haiti.

Meski bisa hidup nyaman di rumah, mereka rela pergi ke Haiti untuk bersumbangsih. Mereka sangat bekerja keras di sana. Selain menolong orang yang membutuhkan, relawan kita juga membimbing warga setempat.

Hati relawan kita sangat damai dan tidak terpengaruh oleh orang lain. Mereka tetap bersumbangsih dengan cinta kasih dan kebijaksanaan. Kini relawan kita mengadakan pelatihan relawan bagi warga setempat. Kini jalinan jodoh sudah matang dan sudah waktunya bagi Haiti untuk memiliki relawan lokal. Dengan demikian, saya bisa merasa tenang.

Bodhisatwa sekalian, kekuatan cinta kasih harus terus dipupuk. Cinta kasih ini hendaklah bersinambung. Saya bersyukur kepada para relawan yang mendedikasikan diri di tempat yang jauh. Sungguh, banyak kisah yang tidak habis diceritakan.

Bodhisatwa sekalian, saya hanya berbagi tentang kondisi di Haiti dengan kalian. Ada banyak bencana yang terjadi di seluruh dunia. Bagaimana insan Tzu Chi menyalurkan bantuan? Insan Tzu Chi bersumbangsih dengan cinta kasih, welas asih, dan kebijaksanaan. Inilah yang hendaknya kita pelajari.
 
Semoga semua makhluk terbebas dari penderitaan
Menempa kebijaksanaan agar tidak terpengaruh oleh kondisi luar
Terjun ke tengah masyarakat tanpa terhalangi untuk menabur benih kebajikan
Menggali mata air cinta kasih di Haiti

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 07 September 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 09 September 2021
Keindahan sifat manusia terletak pada ketulusan hatinya; kemuliaan sifat manusia terletak pada kejujurannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -