Ceramah Master Cheng Yen: Meneruskan Ajaran Benar di Dunia

“Saat itu, karena beban utang, dia terkena stroke sampai empat kali, tetapi masih tetap berdagang,” kata Cheng Pei-rong, istri Xue Chang-hong, relawan Tzu Chi.

“Begitu membuka mata di pagi hari, saya harus memikirkan utang hari itu. Istri saya berkata, ‘Dari mana kita mencari uang untuk hari ini’? Saat itu kondisinya sulit sekali, bisa terlihat pada wajah saya,” kata Xue Chang-hong, relawan Tzu Chi.

“Saya sering bilang, dahulu selalu mengejar uang, kini harus lari juga karena uang,” kata Cheng Pei-rong, istri Xue Chang-hong.

“Dahulu saya selalu sibuk mencari uang. Yang saya peduli hanyalah kondisi ekonomi. Tiada yang tahu penderitaan di hati saya. Kini utang saya sudah lunas. Kini saya mengerjakan hobi saya di Tzu Chi demi menjaga bumi untuk anak cucu kita. Saya melakukan ini dengan santai. Saya tidak perlu khawatir memikirkan tagihan dan uang atau mau makan apa nanti malam,” kata Xue Chang-hong.

“Kini kami tidak lagi khawatir akan hal-hal itu. Lagi pula, kini kami juga bervegetaris, tidak membeli ikan atau daging. Kami lebih sederhana. Saya bilang kepada istri saya, ‘anggap saja di kehidupan lalu kita berutang’. Saya berpikir, tak apa, karena sudah berutang, saya berusaha membayarnya sampai lunas. Jangan sampai utang ini terbawa lagi ke kehidupan mendatang," tutupnya.

Kehidupan penuh penderitaan. Manusia kerap bersikap perhitungan atas hal-hal duniawi, sungguh menderita. Kita yang mendengar saja sudah merasa menderita. Penderitaan ini pun sulit terurai. Kita kerap merasa lelah dan kesulitan. Penderitaan di dunia terletak pada noda batin yang tak kunjung terurai. Ia bukan hanya ada pada kehidupan sekarang, melainkan juga terbawa ke kehidupan mendatang. Inilah penderitaan. Jadi, Buddha mengajarkan tentang penderitaan. Kita harus tahu bahwa penderitaan memiliki sebab.


Sebab ini terus terakumulasi seiring kita menghadapi berbagai hal di dunia dengan sikap penuh perhitungan. Akumulasi sebab ini membawa buah penderitaan. Setelah mendengar Dharma, kita memahami penderitaan. Sebab dari penderitaan ini ialah akumulasi berbagai noda batin yang membelenggu saat kita menghadapi orang, masalah, dan hal. Kita harus menghentikannya. Bagaimana kita menghentikan jalinan jodoh buruk yang terjalin di masa lalu? Pada kehidupan ini, kita harus menyelesaikannya.

Kita sudah mendengar ajaran Buddha yang begitu menakjubkan. Sebab masa lalu, kondisi masa kini, dan akibat masa depan tak lepas dari hukum sebab-akibat. Ini sudah dibabarkan dengan begitu jelas. Namun, kita masih tidak menerimanya dan tidak mau menghentikan noda batin kita. Bayangkan, bukankah sama saja? Kita tetap menderita dan terus mengakumulasi sebab penderitaan hingga belenggu noda batin semakin banyak.

Di kehidupan mendatang, akumulasi ini terus berlanjut sehingga kita tetap terbelenggu dan menderita. Begitulah makhluk awam. Setelah mendengar Dharma, kita tahu tentang penderitaan yang disebabkan oleh akumulasi dari berbagai faktor. Berbagai sebab yang terakumulasi dari masa lalu membuat kita menderita pada kehidupan ini.

Kini kita berjodoh untuk mendengar ajaran Buddha. Kita harus berusaha menyelesaikan jalinan jodoh buruk masa lalu agar tidak berlanjut ke kehidupan mendatang. Lihatlah Mahabhiksu Wu Da. Meski telah melatih diri selama 10 kehidupan, tetap tak dapat menghindar dari hukum sebab-akibat. Buah karma tetap harus diterima. Kini, setelah memahami ajaran Buddha, kita harus ikhlas menerima buah karma agar tidak berlanjut ke kehidupan mendatang. Semua harus mendengar hal ini dengan jelas. Semua ini adalah Dharma.


Semoga kita selalu berada dalam Dharma. Sutra Bunga Teratai berisi Dharma yang harus dipraktikkan di dunia. Dalam kehidupan di dunia ini, kita harus mempraktikkan Dharma. Satu Dharma dapat kita terapkan dalam berbagai hal dan kondisi. Jangan kita hanya banyak mendengar, tetapi tidak memahami satu pun. Jika begitu, selamanya kita akan terbelenggu. Kita harus benar-benar bersungguh hati.

Dharma harus kita praktikkan secara nyata. Dharma ini sangat langka. Sutra Bunga Teratai adalah Dharma yang terunggul dan paling berharga di dunia ini. Kita harus menggunakannya. Dharma ini sangat penting. Semoga setiap orang dapat mendengar dan mengingatnya. Inilah yang disebut mengukirnya di dalam hati. Kita harus senantiasa menggunakan Dharma.

Kesungguhan yang mendalam dan keyakinan sangatlah penting. Dharma yang kita dengar harus masuk ke lubuk hati terdalam agar selalu kita ingat dan dapat kita praktikkan. Saat mendengar satu kalimat atau sebait Sutra, kita harus bersukacita, menyelami, dan meyakininya dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian, kita akan dipenuhi rasa sukacita dalam Dharma setiap hari.

Saat mendengar pembabaran Sutra, kita turut bersukacita. Kita juga harus mendorong orang-orang untuk mendengar Dharma dan mempraktikkannya dalam keseharian. Saat bertemu orang atau bekerja, kita dapat membabarkan Dharma bagi orang lain. Dalam berbagai kondisi, kita membabarkan Dharma sesuai kesempatan. Kita berbagi tentang apa yang kita dengar. Sambil bekerja, kita bisa berbagi perasaan, keyakinan, dan pemahaman kita tentang Dharma yang kita pelajari. Kita membabarkan Dharma sambil bekerja.

 

Setelah mendengar Dharma, kita mempraktikkannya. Jika mempraktikkannya, berarti kita mengembangkan pahala. Kita melatih diri ke dalam dan praktik ke luar. Kita menyerap ajaran Buddha ke dalam hati dan mempraktikkannya dalam keseharian saat menghadapi orang dan masalah. Inilah pahala. Kita giat melatih diri ke dalam dan mengembangkan kebajikan ke luar. Inilah pahala.

Pahala ini akan terpupuk dari kehidupan ke kehidupan. Jika kita dapat menyerap Dharma ke dalam hati dan menjalankannya tanpa menyimpang selama kita hidup di kehidupan sekarang, maka di kehidupan mendatang, kita akan tetap bertemu Dharma yang benar dan bisa melanjutkan pelatihan diri kita. Jika kita bisa menjalankan ini dari kehidupan ke kehidupan, itulah pahala yang tak terhingga.

Saudara sekalian, saat mendengar Dharma, kita harus memiliki kesungguhan, keyakinan, dan pemahaman mendalam. Kita harus menyerap dan mengukir Dharma ini di lubuk hati kita. Dalam mendengar Dharma, kita harus bersukacita dan tulus. Kita juga harus bersungguh hati. Dengan begitu, pahala menjadi tak terhingga.

Mendengar Dharma dengan sukacita juga menciptakan berkah yang besar. Terlebih lagi, kita melatih diri. Kita harus sepenuh hati mendengar Dharma dan menyerap ajaran Mahayana ini ke dalam hati. Bolehkah kita membiarkan pikiran kita kacau? Jika pikiran kacau dan buyar, sulit bagi kita untuk mengikis karma buruk. Jadi, harap semua selalu bersungguh hati.

Sikap perhitungan dan tamak membawa penderitaan
Sulit mengikis karma buruk dengan pikiran kacau
Menyerap Dharma ke dalam hati dengan penuh sukacita
Meneruskan ajaran benar di dunia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 05 Oktober 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 07 Oktober 2019
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -