Ceramah Master Cheng Yen: Mengajak Orang-orang Menerapkan Pola Hidup Sederhana

Saat cuaca dingin, saya selalu teringat akan orang-orang yang kekurangan pakaian dan rumah orang-orang yang rusak sehingga tiupan angin masuk ke dalam rumah. Di musim dingin seperti ini, kita bisa membayangkan betapa menderitanya orang-orang yang kedinginan.

Saya sering kali merasa bahwa tidak ada seorang pun yang bisa terhindar dari penderitaan. Dengan adanya tubuh dan perasaan, kita bisa merasakan penderitaan. Namun, saat teringat akan penderitaan, saya juga teringat akan berkah.

Di seluruh dunia, orang yang menderita sangatlah banyak. Lihatlah orang-orang yang kekurangan kebutuhan sehari-hari, seperti makanan dan pakaian. Sebagian orang bahkan tidak memiliki tempat untuk berdiri. Penderitaan mereka sungguh tak terkira. Dibandingkan dengan mereka, kita sungguh sangat beruntung. Kita hendaknya menyadari berkah.

Bagaimana agar kita menyadari berkah?

Sesungguhnya, orang yang berpuas diri ialah orang yang paling dipenuhi berkah. Namun, dunia ini sungguh penuh penderitaan.

Selama dua hari ini, Filipina terkena dampak topan. Topan Kammuri berkekuatan sedang ini telah mendarat di Filipina. Semua orang yang menghirup udara yang sama dan hidup di kolong langit yang sama merupakan satu kesatuan. Warga Filipina sangat khawatir dan takut akan dampak topan. Selain itu, wilayah selatan Prancis juga dilanda banjir besar.


Belakangan ini, Eropa juga kerap dilanda bencana. Sebelum saya melakukan perjalanan, Australia sudah dilanda kebakaran hutan. Hingga kini, apakah api sudah padam? Belum.

Di Bumi yang tidak besar ini, kebakaran hutan kerap terjadi. Puluhan tahun yang lalu, saya berkata bahwa Tiga Bencana Besar dan Tiga Bencana kecil akan terjadi pada masa kekeruhan kalpa. Gempa bumi, banjir, kebakaran, dan topan akan terjadi silih berganti. Selain itu, juga terjadi kekeringan. Kini kita bisa melihat kekeringan di berbagai tempat. Di berbagai negara, rumput tidak bisa bertumbuh. Terik matahari dan tanah yang kering mengakibatkan banyak hewan ternak tidak bisa bertahan hidup, bahkan manusia pun sulit bertahan hidup.

“Saat saya pulang, ada seekor domba yang sudah mati. Kini saya hanya punya seekor domba anakan yang bertahan hidup dengan tepung jagung. Saya hanya bisa memberinya tepung jagung karena tidak punya uang untuk beli susu. Akibat kekeringan, kehidupan kami menjadi sangat susah,” kata warga Fort Worth.

“Saya tidak merasa bahwa orang-orang tahu betapa luasnya area Karoo. Namun, pada dasarnya, ia adalah seluruh wilayah tengah Afrika Selatan. Belakangan ini, sering ada orang karena putus asa. Ini memengaruhi istri dan anak mereka. Entah mereka bisa bertahan atau tidak,” jelas seorang pendeta.

Kini, di seluruh dunia ada banyak tempat yang dilanda bencana. Jadi, bisakah kita tidak menghargai berkah?

Setiap tetes air bagaikan emas. Kita hendaknya menghargai air.


Selain itu, juga ada masalah pemborosan makanan. Orang-orang memesan banyak makanan di restoran atau stan makanan, tetapi sering kali tidak menghabiskannya sehingga banyak makanan yang dibuang. Kita harus mengimbau orang-orang untuk menghargai makanan. Ini bermanfaat bagi kelestarian lingkungan.

Apa yang harus kita lakukan dengan sisa makanan yang begitu banyak? Pemborosan makanan juga bisa mengikis berkah kita. Dipandang dari hukum sebab akibat, kita harus menghindari perbuatan yang dapat mengikis berkah. Sungguh, kita harus tahu menghargai berkah.

Orang yang telah mendengar Dharma akan tahu menghargai berkah. Lihatlah di Griya Jing Si, tidak ada minyak yang tersisa saat orang-orang selesai makan. Usai makan, kita membilas piring dan mangkuk dengan air atau sup, lalu meminumnya. Lauk yang tersisa juga bersih karena kita mengambil lauk dengan sendok dan sumpit bersama. Jadi, orang yang makan belakangan juga bisa menikmati makanan yang sehat dan bersih.

Setiap keluarga hendaknya belajar menghargai makanan dan menjaga kebersihan makanan. Janganlah kita memasak terlalu banyak. Jika memasak terlalu banyak, janganlah kita membuang makanan. Jika bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa mengurangi banyak sisa makanan. Tentu saja, dengan menerapkan pola hidup sederhana, kita bisa mengurangi banyak sampah.

Mengenai masalah sampah, dalam rapat dengan staf kita kemarin, saya berkata bahwa tahun depan, kita memperingati tahun ke-30 kita memulai kegiatan daur ulang. Mulai sekarang, kita harus bersungguh-sungguh menyosialisasikan konsep daur ulang. Semoga setiap orang dapat berintrospeksi dan menyadari pentingnya daur ulang.


Setiap orang harus melakukan daur ulang secara nyata. Konsep daur ulang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di setiap keluarga dan komunitas. Asalkan kalian memiliki kesatuan hati, bisa memahami ucapan saya, dan menyosialisasikan konsep daur ulang saat berinteraksi dengan orang-orang, maka akan terhimpun kekuatan besar.

Saya berharap para insan Tzu Chi dapat mengemban misi pelestarian lingkungan.

Kita juga melihat di berbagai negara, terjadi banyak bencana besar akibat ketidakselarasan unsur air, api, dan angin. Kita bisa melihat kondisi kehidupan manusia dan hewan di wilayah yang kekeringan.

Kita sungguh harus mawas diri karena kita sudah tidak punya cukup waktu. Meski kita segera bertindak secara nyata, waktu kita tetap tidak cukup. Lalu, apakah kita akan menyerah karena tidak punya cukup waktu? Tidak. Sebaliknya, kita harus mempercepat langkah kita untuk mengimbau orang-orang berhenti memboroskan sumber daya alam. 

Hidup di kolong langit yang sama, semua orang merupakan satu kesatuan
Di wilayah yang dilanda kekeringan, manusia dan hewan sulit bertahan hidup
Mengajak orang-orang untuk menerapkan pola hidup sederhana
Setiap orang hendaknya berintrospeksi dan bermawas diri  

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 3 Desember 2019     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 5 Desember 2019
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -