Ceramah Master Cheng Yen: Mengembangkan Nilai Kehidupan

 

“Begitu gempa terjadi pada pukul 23.50 tanggal 6, kami langsung memanggil kembali para staf pusat operasi darurat pada pukul 12 malam. Pada pukul 00.10, UGD sudah mengaktifkan mekanisme penanganan korban massal. Sesungguhnya, semua itu merupakan bagian dari latihan tahunan kami untuk bersiap-siap menghadapi kondisi seperti ini,” ujar Lai Pei-fang, Kepala UGD Pusat Medis Tzu Chi Hualien.

“RS Tzu Chi Hualien merupakan monolit pelindung kehidupan, terlebih di saat bencana terjadi. Dengan bangunannya yang kukuh, kita bisa menyelamatkan kehidupan dengan tenang di dalamnya,” kata Lin Shinn-zong, Kepala Pusat Medis Tzu Chi Hualien.

Pascagempa di Hualien kali ini, kita bisa melihat staf misi kesehatan mengembangkan potensi besar. Mereka menggenggam setiap detik dan menit untuk menyelamatkan nyawa pasien. Jadi, selama beberapa hari ini, hati saya dipenuhi rasa syukur. Saya bersyukur atas sebersit niat yang timbul puluhan tahun lalu. Saat itu, Hualien sangat membutuhkan fasilitas kesehatan yang bisa memenuhi kebutuhan warga setempat. Untuk melindungi kehidupan, kesehatan, dan cinta kasih, fasilitas kesehatan sangat dibutuhkan.

Saat itu, meski kemampuan kita terbatas, tetapi setelah mengatasi berbagai rintangan, kita akhirnya membangun rumah sakit di Hualien. Melihat kondisi saat ini, saya teringat akan kejadian puluhan tahun lalu. Melihat warga kurang mampu tidak bisa berobat saat jatuh sakit, kita pun membuka sebuah klinik. Setelah membuka klinik, kita baru tahu bahwa rumah sakit sangat dibutuhkan.

Saya terus-menerus terkenang akan masa lalu. Saya telah tinggal di Hualien selama hampir 60 tahun, tetapi tidak pernah mengalami gempa bumi dengan frekuensi setinggi ini. Meski demikian, kita harus yakin terhadap Hualien. Sesungguhnya, gempa bumi bisa terjadi di mana saja. Kita hendaknya menghadapi gempa kali ini dengan hati penuh rasa syukur.

Banyak hal yang harus disyukuri. Saya sering berkata bahwa kita harus bersikap penuh pengertian. Kita harus pengertian dan selalu berpikiran positif. Meski diguncang gempa berkekuatan tinggi, tetapi sebagian besarbangunan di Hualien selamat. Jadi, kita harus memahami hal ini dan bersyukur atas keselamatan kita. Seluruh warga Hualien, termasuk kita, harus bersyukur dan bersikap pengertian.

Saya bersyukur kepada banyak orang. Pertama-tama, saya bersyukur kepada para tenaga medis yang segera bergerak. Sebelum guncangan gempa berlalu, kepala rumah sakit menghubungi saya dan berkata bahwa semua staf medis kita sedang menuju UGD. Saat gempa bumi terjadi, staf medis kita sangat mengkhawatirkan para pasien di UGD. Begitu ambulans tiba di rumah sakit, dokter kita langsung

memberikan pertolongan pertama saat pasien sedang didorong ke dalam. Mereka menggenggam setiap detik dan menit untuk menyelamatkan kehidupan. Inilah semangat menyelamatkan yang sesungguhnya.

Para tenaga medis kembali ke RS demi menyelamatkan kehidupan. Selain itu, juga banyak staf kita yang memberi penghiburan kepada korban gempa. Penilaian cedera, penghiburan, dan pelayanan medis lainnya dilakukan dengan cepat. Jadi, saya sangat bersyukur. Setiap kali melihat pemandangan seperti ini, hati saya selalu dipenuhi rasa syukur.

Saya juga bersyukur kepada insan Tzu Chi. Banyak relawan kita yang juga terkena dampak bencana. Perabot di rumah mereka mungkin juga berantakan akibat gempa dan cuaca sangat dingin, tetapi pikiran pertama mereka adalah segera menjangkau lokasi bencana untuk mencurahkan perhatian. Berhubung cuaca sangat dingin, para bhiksuni Griya Jing Si segera bergerak untuk menyiapkan teh jahe, sup hangat, dan lain-lain. Semuanya dilakukan dengan kesatuan hati.

Upaya penyelamatan dan penyaluran bantuan kali ini juga merupakan bahan pelajaran bagi kita. Saat nyawa seseorang berada dalam bahaya atau berada dalam kondisi darurat, apa yang harus kita lakukan? Ini sangatlah penting. Dokter dan perawat sekalian, kalian telah memberikan bantuan saat nyawa orang-orang berada dalam bahaya. Pada saat yang sama, kalian juga mengembangkan nilai hidup kalian. Ini sangat menyentuh. Janganlah kalian melupakan pengalaman ini.

Sungguh, bencana sangat menakutkan dan kita berharap bencana tidak terjadi. Namun, sesuai hukum alam, bencana akan terjadi saat empat unsur alam tidak selaras. Baik dalam ajaran Buddha maupun ilmu pengetahuan alam, gempa bumi adalah sesuatu yang alami. Empat unsur alam terdiri atas tanah, air, api, dan angin. Empat unsur alam adalah kebutuhan mutlak manusia. Hidup manusia bergantung pada bumi. Manusia juga membutuhkan air. Air merupakan sumber kehidupan manusia. Jadi, manusia tidak bisa hidup tanpa air. Manusia juga membutuhkan cahaya matahari dan udara. Inilah yang disebut empat unsur alam.

Jika salah satu unsur tidak selaras, maka akan terjadi bencana. Ketidakselarasan empat unsur alam telah menimbulkan berbagai bencana di berbagai negara. Inilah yang kita lihat dalam keseharian. Saya juga sering berkata kepada para relawan muda kita bahwa saat menyalurkan bantuan ke suatu negara, mereka hendaknya belajar dari budaya setempat dan pengalaman mereka.

Meski tidak berharap bencana terjadi, tetapi hidup di dunia ini, kita harus mengembangkan nilai hidup kita dengan bersumbangsih bagi orang-orang yang membutuhkan. Jika kita dapat menolong orang-orang yang membutuhkan, hidup kita baru benar-benar bermakna. Jadi, saat hidup tenteram, kita harus memiliki keyakinan. Kita juga harus tulus dalam menghargai dan menyelamatkan kehidupan serta menggenggam waktu untuk mengembangkan nilai kehidupan.


Ketidakselarasan empat unsur alam menimbulkan bencana

Menghimpun kekuatan untuk menyelamatkan kehidupan

Menjadi monolit penyelamat kehidupan di Hualien dan Taitung

Mengembangkan nilai dan memperkaya makna kehidupan

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 Februari 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 16 Februari 2018

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -