Ceramah Master Cheng Yen: Menggalang Bodhisatwa Dunia untuk Bersama-sama Berbuat Baik

Kita harus selalu mawas diri dan tulus. Berhubung telah terlahir di dunia, kita harus menjaga dunia ini. Buddha datang ke dunia demi semua makhluk yang menderita. Beliau berusaha untuk mengingatkan semua makhluk untuk mengantisipasi penderitaan.

Pandemi kali ini terus meluas. Hati manusia terus diliputi kecemasan dan tidak tenang. Dunia usaha dan industri mengalami dampak sangat besar. Berbagai kondisi pun berubah. Karena itu, hati manusia diliputi kecemasan. Ini akan menimbulkan ketidakstabilan dalam masyarakat. Ini sungguh mengkhawatirkan. Inilah yang terjadi di dunia saat ini. Jadi, kita harus menghargai ketenteraman yang merupakan berkah. Kita harus bersyukur atas berkah yang kita miliki.

Saat berada dalam kondisi tenteram, kita harus selalu meningkatkan kewaspadaan, mawas diri dan tulus, menenangkan hati, memperhatikan orang-orang yang menderita, serta lebih banyak menciptakan berkah di dunia. Inilah kekayaan terbesar.

“Lihatlah tulisan yang ini,” kata You Gan-zi relawan Tzu Chi.

“Ditempel di sini untuk mengingatkan diri sendiri?” tanya salah seorang relawan.

“Benar, saya bisa melihatnya setiap kali duduk di sini. Sungguh, tekun dan rajin pangkal kaya. Saya melihatnya untuk menyemangati diri sendiri. Kita berusaha semaksimal mungkin. Jangan terlalu banyak berpikir. Jangan pula mengumbar banyak keinginan. Kita hendaknya menghemat uang,” lanjut You Gan-zi.

“Jika sudah lama menabung, uang akan terkumpul. Jika tidak butuh, jangan sembarang dihamburkan. Sungguh, lihat keadaan saya. Meski menyumbangkan uang, saya juga tidak lebih kekurangan dari orang lain. Saya tidak kaya, tetapi juga tidak kekurangan. Saya kaya batin meski tidak kaya materi. Saya sangat puas dan bahagia,” pungkas You Gan-zi.

 

Dahulu saya sering mengatakan bahwa dengan mengecilkan keinginan, kita tidak kekurangan. Dengan mengurangi konsumsi, dengan sendirinya kita tidak akan kekurangan sumber daya. Dengan menghargai sumber daya alam, kita tak akan sembarangan membuang barang dan membeli barang baru. Sembarang membuang barang akan membawa masalah lingkungan.

Barang-barang yang dibuang, jika tidak dikumpulkan, dipilah, dan didaur ulang kembali, maka sumber daya alam akan terus terkuras. Setelah digantikan dengan yang baru, barang lama akan dibuang. Berapa luas lahan di Bumi ini yang dapat digunakan untuk menumpuk sampah? Apakah kita harus membakar sampah-sampah itu? Ini juga akan menimbulkan polusi udara. Pencemaran udara ini dapat meningkatkan suhu Bumi. Jadi, ketidakselarasan unsur angin, air, dan tanah sungguh membuat kita khawatir.

Membahas tentang tanah, pada 11 Maret 10 tahun lalu, bagian timur laut Jepang dilanda gempa bumi yang sangat besar. Tahun ini tepat 10 tahun bencana tersebut. Gempa yang terjadi beberapa hari lalu, menurut para ahli adalah susulan dari gempa besar itu. Gempa susulan juga diperkirakan akan terus terjadi. Inilah ketidakselarasan unsur tanah, air, api, dan angin.

 

Bukan hanya cuaca dan iklim yang berubah, lempeng tektonik tanah juga tengah bergerak. Lempeng tektonik saling bertabrakan dan bergesekan. Inilah berbagai fenomena yang terus berposes di dunia ini. Kita tidak melihat atau merasakan proses ini, tetapi sesungguhnya proses ini terus berjalan. Begitu pula manusia, tumbuh dari masa kecil, masa remaja, hingga masa tua. Manusia mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati.

Kita melihat Zi-yao, seorang anggota komite Tzu Chi di Kaohsiung. Beliau sudah bergabung dengan Tzu Chi selama 41 tahun dan telah dilantik selama 35 tahun. Beliau sangat senior dan sangat berdedikasi. Kita percaya beliau telah menciptakan tidak sedikit berkah dan menjalin tidak sedikit jodoh baik. Beliau pergi dengan damai.

Saat beliau kembali nanti, semua orang akan menyukainya. Pikiran baiknya tidak akan menyimpang. Beliau akan meneruskannya. Selalu ada saya dalam pikirannya. Beliau selalu mengasihi dan mengingat saya. Beliau pergi membawa jalinan jodoh untuk menciptakan berkah. Kelak, beliau tetap akan berada di jalan Tzu Chi. Inilah kelahiran kembali yang terus berlanjut.

 

Dengan jalinan jodoh ini, kita saling membimbing. Yang terpenting, kita membimbing orang ke Jalan Bodhisatwa dengan pengetahuan, pandangan, perbuatan, dan jalan yang benar. Jadi, kepergian Zi-yao adalah berkah. Kita juga harus mendoakannya.

Kelahiran dan kematian adalah sesuatu yang alami. Berhubung telah terlahir di dunia ini, kita harus ingat untuk sungguh-sungguh menciptakan berkah bagi dunia. Batin kita hendaknya tetap damai dan tidak perlu mengkhawatirkan apa yang akan terjadi. Meski saat ini kita menderita penyakit atau mengalami sesuatu yang tak sesuai harapan, kita hendaknya berpikir, "Wah, beruntung saya sudah bergabung dengan Tzu Chi. Saya telah bertemu ajaran Buddha dan memiliki arah. Menghadapi kesulitan ini, batin saya tidak kacau."

Seiring berjalannya waktu, dalam setiap detik yang berlalu, kita hendaknya bersyukur. Hati kita hendaknya tetap damai. Kehidupan adalah sebuah siklus. Seiring berjalannya waktu, kita harus berjalan selangkah demi selangkah di arah yang benar. Kita tidak meninggalkan Jalan Bodhisatwa. Jika sebaliknya, kita hanya akan memupuk karma buruk kolektif. Bayangkan, dari 7 miliar lebih populasi manusia di dunia, yang telah masuk ke jalan Tzu Chi jumlahnya sungguh sedikit.

 

Jadi, saya berpesan kepada kalian semua bahwa kita harus giat menggalang Bodhisatwa dunia dengan harapan jumlah Bodhisatwa dapat bertambah sehingga Dharma Tzu Chi dapat terus berlanjut. Saya berharap sebutir benih dapat tumbuh menjadi sebatang pohon dan sebatang pohon ini dapat menghasilkan benih yang tak terhingga jumlahnya.

Sebutir benih ini tumbuh menjadi tak terhingga dari generasi ke generasi. Kelak, kita juga akan menjadi penerus Tzu Chi di kehidupan mendatang. Kita akan menjadi buah yang tumbuh dari pohon Bodhi ini.

Pohon Bodhi ini akan berlanjut dari generasi ke generasi sehingga pada masa kemunduran Dharma kelak, Jalan Bodhisatwa ini dapat tetap ada. Ini membutuhkan usaha kita semua. Yang terpenting, kita harus mawas diri dan tulus. Kita berdoa semoga pandemi ini cepat berlalu, empat unsur selaras, dan hati manusia tersucikan. Inilah tujuan kita bersama.

Memantapkan niat baik untuk menghibur orang yang menderita
Melindungi Bumi dan menghargai sumber daya alam
Mengurangi keinginan dan giat bekerja membawa kekayaan
Menggalang Bodhisatwa dunia untuk bersama-sama berbuat baik

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Maret 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 26 Maret 2021
Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -