Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Cinta Kasih untuk Membentangkan Jalan

Kemarin saya tiba di Aula Jing Si Hualien dan melihat pertunjukan yang dibawakan oleh pimpinan empat badan misi Tzu Chi, termasuk para dokter dan perawat berprestasi serta para kepala departemen dari empat badan misi Tzu Chi.

Banyak dari mereka yang masuk TK Tzu Chi saat berusia lima tahun. Orang tua menyekolahkan mereka hingga lulus dari SMP, SMA, bahkan Universitas Tzu Chi atau Universitas Sains dan Teknologi Tzu Chi. Lebih dari dua ribu orang alumni Tzu Chi kini melayani di badan misi Tzu Chi. Mereka telah bertumbuh, berkeluarga, dan mengukir berbagai prestasi. Melihat mereka berdiri di atas panggung, saya sangat terharu. Melihat mereka dari lantai atas, saya merasa kita harus menggenggam waktu yang ada saat ini.

Setengah abad lalu, dengan sebuah niat, saya mendirikan Badan Amal Tzu Chi. Jalan yang dilalui sungguh berliku-liku. Karena itu, kini saya terus mengingatkan agar kita membentangkan jalan yang rata. Atas perjalanan panjang ini, saya berterima kasih kepada para anggota komite dan Tzu Cheng yang telah membentangkan jalan dengan kekuatan yang dihimpun sedikit demi sedikit. Mereka terus membimbing relawan baru dan menjadi teladan bagi yang lebih muda. Barisan ini terus bertambah panjang dan bertahan hingga lebih dari setengah abad. Kita memulai dari misi amal dan kini jejak misi Tzu Chi telah ada di seratus negara.

 

Misi kesehatan Tzu Chi juga sudah berjalan selama 33 tahun dihitung sejak berdirinya RS Tzu Chi Hualien. Lihatlah Prof. Yang. Pada usia 60 tahun, beliau pensiun dari Universitas Nasional Taiwan dan mulai membantu di Tzu Chi. Saat itu, dr. Yang Sze-piao, dr. Tu Shih-mien, dan dr. Tseng Wen-ping yang merupakan kepala dan wakil kepala RS Univ. Nasional Taiwan bergabung dengan Tzu Chi dan membantu perencanaan rumah sakit, termasuk memilih desain dan arsitek. Mereka terus mendampingi saya.

Kini Prof. Yang berusia 100 tahun. Dua hari lalu, beliau juga datang. Beliau terus berkata bahwa beliau tidak melihat saya. Sesungguhnya, saya berada di lantai atas dan terus melambaikan tangan kepadanya. Hingga saat dia akan pergi dan saya akan turun, di lobi Aula Jing Si, kami berpapasan.

Saat ini, beliau berusia 100 tahun dan saya 80-an tahun. Jarak usia kami tidak pernah berubah. Saat beliau semakin tua, saya tidak mungkin semakin muda. Begitulah jalannya waktu. Saat Anda menua setahun, saya juga harus menua setahun. Demikianlah kehidupan. Terhadap setiap orang di masa lalu, saya sangat berterima kasih. Jadi, kita semua harus menggenggam waktu yang ada dalam kehidupan kita.

Kita juga melihat peringatan 30 tahun misi pendidikan Tzu Chi. Sesungguhnya, Konfusius berkata, "Pada usia 15 tahun, saya menetapkan tekad untuk belajar.” Mulai usia 15 tahun, manusia seharusnya  sudah dapat memahami dengan jelas berbagai hal yang terjadi di sekitarnya. Inilah saatnya manusia mulai terjun ke tengah masyarakat. Pada usia 30 tahun,  manusia sudah bisa berdikari.

 

“Sejak SMP hingga lulus dari fakultas kedokteran, saya bersyukur selama 12 tahun ini, Tzu Chi mengajarkan hal terpenting kepada saya. Tzu Chi membimbing saya untuk membantu orang lain, mendampingi para lansia di desa, dan mengunjungi panti jompo untuk membawa kebahagiaan bagi mereka, juga memberi kekuatan bagi diri sendiri untuk terus melangkah maju,” kata Chen Bo-wei Alumni Universitas Tzu Chi.

Kita juga melihat para murid mengungkapkan rasa syukur.

“Di masa kuliah saya, ayah asuh Tzu Chi saya melakukan suatu hal yang membuat saya sangat terharu. Saat itu saya tidak tahu kakek saya sakit parah dan dirawat di rumah sakit. Setelah Papa Min-lang tahu, beliau sering menjenguk Kakek di RS. Saat Kakek meninggal dunia, beliau membantu kami untuk mencari rumah duka. Karena itu, saya merasa cinta kasih Papa sangat tanpa pamrih,” kata Zhou Yang-zhu Alumni Universitas Tzu Chi.

“Saya tidak punya anak, tetapi sangat ingin punya anak. Di Tzu Chi, Master memberi saya delapan orang anak yang sangat perhatian. Menjelang kepergian suami saya, delapan anak ini mendampingi di sisi saya. Saat upacara perkabungan, mereka meminta agar diizinkan mengenakan pakaian berkabung, menjalankan upacara, dan mengumpulkan abu kremasi suami saya. Saat itu, mereka datang mendampingi saya setiap bulan. Sumbangsih tanpa pamrih dari suami saya sungguh mendapat balasan cinta kasih yang penuh,” kata Chen Chun-mei relawan Tzu Chi.

 

Relawan Zheng juga tidak punya anak. Namun, delapan mahasiswa Universitas Tzu Chi turut mengenakan pakaian berkabung untuknya. Semua jalinan kasih ini terpupuk seiring waktu. Jadi, kita sungguh harus menghargai waktu. Kita harus memiliki cinta kasih berkesadaran. Cinta kasih tidak harus semata-mata ditujukan kepada anak sendiri atau keluarga sendiri.

Seluruh dunia adalah satu keluarga besar. Seluruh anak muda adalah anak cucu kita. Ini sungguh luar biasa. Inilah momen-momen berharga yang tak habis diceritakan dalam kehidupan insan Tzu Chi. Meski kini saya harus mengerahkan banyak energi untuk berbicara, tetapi sepertinya saya malah  semakin banyak berbicara karena  banyak kisah tentang orang-orang di masa lalu yang tak habis saya bagikan.

Bodhisatwa sekalian, tolong wakili saya untuk menghargai orang-orang yang membimbing kalian, orang-orang yang berjalan bersama kalian, dan orang-orang yang membentangkan jalan bersama kalian. Saya berharap kalian semua bersyukur dan hormat terhadap setiap orang. Kita berjalan bersama di jalan ini. Kini kita telah memperoleh pencapaian dalam misi pendidikan, kesehatan, dan budaya humanis.

Melihat semua orang membangkitkan cinta kasih, mengerahkan kekuatan untuk bersumbangsih di masyarakat; melihat pencapaian anak-anak, dan bagaimana kalian mewariskan Tzu Chi dari generasi ke generasi, saya sungguh terhibur. Terima kasih atas himpunan kekuatan cinta kasih kalian.

Menghimpun kekuatan untuk membentangkan jalan yang rata
Dokter berusia 100 tahun tetap teguh dalam pengabdian
Misi pendidikan Tzu Chi menginjak usia ke-30 tahun
Seluruh dunia adalah satu keluarga

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 September 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 2 Oktober 2019
Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -