Ceramah Master Cheng Yen: Mengukir Kitab Sejarah Tzu Chi

“Saya sungguh sangat bersyukur bisa bertemu dengan Master dalam kehidupan ini. Saya sangat bersyukur kepada Master. Ajaran Master sungguh telah membersihkan banyak noda batin saya. Selama saya menghirup keharuman Dharma, perubahan terbesar dalam diri saya ialah temperamen saya. Selain itu, saya sangat pemalu,” kata Chen Lai-shun relawan Tzu Chi.

Saya tahu bahwa saya harus belajar menjadi Bodhisatwa. Sebelumnya, meski mengikuti kegiatan Tzu Chi, saya tidak suka berbicara. Saat diminta untuk membantu sebagai relawan, saya akan melakukannya, lalu pergi. Kini saya baru mulai berinteraksi dengan orang lain dan menjangkau komunitas-komunitas lain untuk belajar bersama orang lain,” Imbuhnya.

Saya sangat gembira. Dengan tekun dan bersemangat, kita akan terus melangkah maju. Di Jalan Bodhisatwa, kita menciptakan berkah pada langkah pertama dan mengembangkan kebijaksanaan pada langkah berikutnya. Kita menciptakan berkah bagi dunia dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita. Kita memang menapaki Jalan Bodhisatwa untuk menjangkau makhluk yang menderita.

Di Tzu Chi, kita hanya berharap semua orang bersatu hati dan harmonis serta belajar saling mengasihi dan bergotong royong. Sesungguhnya, kita hendaknya menyadari berkah. Kita hidup di tempat dengan iklim yang bersahabat. Di sini, menyucikan hati manusia juga merupakan hal yang lazim.

“Saya memberikan buku Kata Renungan Jing Si untuk menjalin jodoh baik dengan orang lain. Jadi, saya selalu membeli 10 buku sekaligus. Jika habis, saya membelinya lagi. Saya telah memberikan lebih dari 100 buku. Suami saya yang membantu saya membelinya,” kata Yan A-chi relawan Tzu Chi.

“Saya berharap saya bisa mengerahkan kekuatan semampu saya untuk menyebarkan hal-hal yang bajik,” kata Lin Huo-mu suami Yan A-chi.

“Sejak menerima gaji pertama saya, saya sudah mulai berdonasi pada Tzu Chi. Selama 30 tahun ini, saya terus mengikuti langkah ibu saya. Saya merasa sangat bangga,” kata Lin Yi-min putra Yan A-chi.

 

Insan Tzu Chi bisa menginspirasi setiap anggota keluarganya untuk bergabung dengan Tzu Chi. Berapa banyak donatur yang kalian rekrut, sebanyak itulah hati yang kalian sucikan. Bukan hanya saya yang menyerukan untuk menyucikan hati manusia. Kalian juga menyucikan hati manusia. Kalian bahkan terjun secara langsung. Saya hanyalah kepala untaian tali pengikat bacang.

Kalian pasti sudah pernah mendengar tentang untaian tali pengikat bacang. Dalam sebuah organisasi, dibutuhkan adanya struktur, seperti untaian tali pengikat bacang ini. Kita tidak boleh berhenti menyucikan hati manusia karena iklim berubah dengan ekstrem. Jadi, kita harus menghormati kehidupan. Kita hendaknya bersyukur, menghormati, dan mengasihi kehidupan. Kita harus belajar untuk hidup harmonis tanpa pertikaian.

Di seluruh dunia, yang mengkhawatirkan saat ini ialah pertikaian. Karena itu, kita hendaknya menghindari pertikaian, menjaga kemurnian hati, dan menggarap ladang berkah. Saat pertikaian terjadi, kita hendaknya berusaha untuk menciptakan berkah bersama. Saya berharap iklim bisa bersahabat agar seluruh dunia dapat tenteram. Ini tak luput dari aktivitas manusia. Jadi, asalkan sesuatu itu benar, maka lakukan saja.

Bekerja sama dengan orang lain terkadang sangatlah sulit. Namun, dunia ini memang penuh kesulitan. Saat semua kesulitan teratasi dan semua orang bisa bersatu, maka semua orang adalah Bodhisatwa. Sebagai Bodhisatwa, kita harus bersungguh hati menjangkau semua makhluk yang menderita.

 

Kita hendaknya bersatu hati, menuju arah yang sama, menghindari pertikaian, dan bekerja sama dengan harmonis. Tentu saja, kita juga harus merekrut Bodhisatwa dunia. Dalam bab Guru Dharma dari Sutra Teratai, diketahui dengan jelas bahwa Buddha terus merekrut Bodhisatwa. Saat mengulas bab itu, bukankah saya terus berkata bahwa Buddha merekrut Bodhisatwa di dunia ini? Kini, kita harus meneladani semangat Bodhisatwa Sadaparibhuta.

Selama beberapa waktu, saya bersusah payah menyiapkan naskah ceramah pagi. Meski siang hari sangat sibuk, malam hari saya tetap harus menyiapkan materi ceramah untuk keesokan paginya. Dahulu, saya tidak perlu menyiapkan materi seperti ini karena tidak perlu menampilkan teks di layar. Demi membabarkan Sutra Bunga Teratai, saya harus bersungguh-sungguh karena Tzu Chi berawal dari membentangkan jalan sesuai isi Sutra.

Saya membimbing orang-orang menapaki Jalan Kebenaran dan bersumbangsih. Saya membentangkan jalan sesuai ajaran dalam Sutra, tetapi tidak terpaku pada kata demi kata. Saya terus membentangkan jalan ini hingga para relawan bergabung dan membentuk kelompok Bodhisatwa. Karena itulah, saya berkata bahwa Sutra menunjukkan jalan.

Kini kita telah menghubungkan jalan dengan prinsip kebenaran yang dilandasi oleh ajaran dalam Sutra. Jadi, Sutra menunjukkan jalan dan jalan harus dipraktikkan. Kita harus melanjutkan perjalanan kita. Ada banyak makhluk yang belum dibimbing. Kita hendaknya membimbing mereka. Kini, yang sedang dibimbing bisa membimbing yang belum dibimbing. Yang sudah dibimbing, sedang dibimbing, dan belum dibimbing, semuanya ada di sini.

Kita harus memperhatikan sikap kita saat berinteraksi dengan sesama relawan. Baik yang mendapat tugas ataupun tidak, semua relawan hendaknya mendapat informasi agar relawan yang ingin bersumbangsih memiliki kesempatan untuk bersumbangsih. Janganlah kita membatasi orang dengan berkata, “Kamu tidak boleh datang. Mengapa kamu datang hari ini? Kamu seharusnya tidak bertugas hari ini.” Akibatnya, mereka mungkin kecewa dan merasa terluka.


Kita melukai hati orang lain, tetapi tidak menyadarinya. Jadi, saat orang lain ingin bersumbangsih, kita hendaknya turut bergembira. Saat seseorang mendedikasikan dirinya, dia telah mengembangkan nilai kehidupannya dan tidak akan ada penyesalan dalam hidupnya. Inilah makna mendedikasikan diri bagi mereka.

Jadi, Bodhisatwa sekalian, kita sungguh harus meneladani semangat Bodhisatwa Sadaparibhuta. Saya bersusah payah menyelesaikan pembabaran bab ke-20 dari Sutra Teratai karena bab Bodhisatwa Sadaparibhuta ini merupakan bagian kedua Sutra Bunga Teratai. Sutra Bunga Teratai terbagi atas dua bagian. Bab Bodhisatwa Sadaparibhuta ini merupakan bab terpenting dalam bagian kedua Sutra Bunga Teratai. Isi Sutra yang ringan mengandung semangat yang kuat yang merupakan akar dari praktik Bodhisatwa. Jadi, kalian harus bersungguh hati.

Saya telah berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan pembabaran bab ini. Untuk menyelesaikan pembabaran bab ini, saya sangat bersusah payah. Pada siang hari, saya tetap menghadiri banyak rapat untuk membahas hal-hal yang terjadi di seluruh dunia. Pada pukul 6 malam, semua rapat berakhir. Tentu saja, saya juga memiliki sedikit waktu untuk diri sendiri. Pada pukul 7 malam, saya kembali bekerja. Waktu saya bisa tidur ialah setelah pukul 10 malam. Demikianlah keseharian saya. Saya bangun pada pukul 3 pagi dan kembali memulai hari baru.

Saya tidak pernah menyia-nyiakan satu detik pun dalam hidup saya untuk berbagi Dharma dengan orang-orang. Kalian hendaknya menyerap kata demi kata yang saya bagikan. Saya terus memberi tahu kalian bahwa saya bukan hanya membabarkan Dharma, tetapi juga berbagi tentang Tzu Chi dan kitab sejarah Tzu Chi.

Tekun dan bersemangat menjangkau semua makhluk yang menderita
Bertindak secara nyata untuk menyucikan hati manusia
Berdoa semoga kondisi iklim bersahabat
Bekerja sama dengan harmonis sebagai Bodhisatwa dunia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 Februari 2020
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 16 Februari 2020

The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -