Ceramah Master Cheng Yen: Menjalankan Ikrar dan Meneladan Hati Buddha


“Upacara pemandian rupang Buddha dalam rangka 55 tahun Tzu Chi.”

Buddha datang ke dunia ini dan mendedikasikan kehidupan-Nya demi satu tujuan mulia, yakni mengajari dan membimbing semua makhluk. Setiap orang hendaknya memiliki pemikiran dan arah tujuan seperti ini. Kita harus membawa manfaat bagi dunia dan melatih diri dengan tekun.

Setelah menerima ajaran Buddha, kita harus mempraktikkannya dan memahami semua kebenaran yang terkandung dalam segala sesuatu di alam semesta ini. Kita harus memahami hukum alam dan mempelajarinya. Saat arah kita benar dan jalan kita jelas, dengan menelusuri jalan ini, kita tidak akan menyimpang.

Prinsip kebenaran selalu sama. Asalkan kita bersungguh hati menapaki jalan ini, kita akan melihat pemandangan yang sama. Asalkan bersungguh hati, kita akan melihat pemandangan yang sama. Asalkan kita meneladan hati Buddha dan kembali pada sifat hakiki kita, kita akan melihat prinsip kebenaran yang sama. Dari dahulu hingga kini, prinsip kebenaran tidak berubah.

Jika dapat berpegang pada ajaran Buddha dan menjalankan kebenaran, kita semua akan memiliki kondisi batin yang sama. Kita harus tahu bahwa Buddha telah membuka Jalan Kebenaran. Buddha telah membuka jalan ini dan mempersiapkan segala kondisinya. Orang-orang yang berjalan di belakang-Nya cukup menjaga jalan tersebut. Segala kondisi telah dipersiapkan bagi kita di jalan ini. Kita tidak perlu mengubah jalan ini. Kita hanya perlu bersungguh hati menjaganya sambil melangkah maju.
 

Jalan ini sangatlah panjang. Kita tidak perlu menoleh, cukup menjaganya dan terus melangkah maju karena orang-orang yang berada di belakang kita juga akan menjaga jalan ini. Demikianlah Sutra Bunga Teratai. Jalan ini sangat lapang dan panjang. Kondisi di sepanjang jalan ini pun telah dipersiapkan dan terlihat jelas. Asalkan bersungguh hati, kita akan memiliki kondisi batin yang sama dan terus menapaki jalan ini.

Kita harus membimbing orang-orang dengan baik. Orang-orang yang berada di belakang harus mengikuti jejak Bodhisatwa di depan dengan baik. Kita harus memberikan teladan kepada orang-orang di belakang kita untuk terus melangkah maju. Dengan demikian, Jalan Kebenaran yang dibuka oleh Buddha ini dapat ditapaki hingga selamanya meski di tengah kegelapan malam.

Meski kegelapan malam ini berkepanjangan, asalkan ada orang yang berjalan di depan kita, maka akan ada jejak langkah dan cahaya. Dengan mengikuti orang di depan dengan erat, kita tidak akan takut gelap dan dapat melangkah maju. Sebagai orang yang ingin membimbing orang lain, jika kita tidak mengikuti orang di depan dengan erat atau orang di belakang kita tertinggal, apa yang akan terjadi? Jika kita menyimpang atau menyia-nyiakan waktu, orang-orang yang berusaha kita bombing akan tertinggal dan kehilangan arah. Jadi, untuk menjadi pembimbing, kita harus sangat bersungguh hati.
 

Kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu, menyimpang dari arah yang benar, serta tertinggal atau meninggalkan orang lain di jalan ini. Kita tetap harus mengikuti orang di depan kita dengan erat karena kita masih merupakan makhluk awam yang perlu mendalami Dharma dan membimbing sesama. Mereka yang terus mendalami Dharma dan membimbing sesama disebut Bodhisatwa, yaitu makhluk berkesadaran. Mereka disebut Bodhisatwa karena belum mencapai kebuddhaan.

Jadi, kita harus mendalami Dharma untuk mencapai pencerahan dan membimbing orang-orang di belakang kita dengan cinta kasih berkesadaran. Demikianlah Bodhisatwa, makhluk yang memiliki cinta kasih berkesadaran.

Jika kita bermalas-malasan dan tidak terus mendalami Dharma, membimbing orang akan terasa berat. Berhenti mendalami Dharma bagaikan memutuskan tali yang menarik kita dari atas sehingga sulit untuk menarik orang dari bawah. Memanjat tanpa tali yang menarik kita dari atas akan terasa sangat berat. Jadi, kita harus tekun dan bersemangat.

Demi membimbing semua makhluk, kita harus tekun dan bersemangat. Jadi, kita harus memiliki welas asih dan kelembutan. Bodhisatwa memiliki cinta kasih berkesadaran dan welas asih sehingga tidak tega melihat semua makhluk menderita. Jadi, kita tidak mengejar pembebasan diri sendiri dan selalu mengasihi orang di belakang kita agar dapat membimbing mereka. Karena itulah, Bodhisatwa juga disebut makhluk yang memiliki cinta kasih berkesadaran terhadap semua makhluk. Bodhisatwa harus tersadarkan dan terus mendalami Dharma dengan tekun. Karena itu, Bodhisatwa disebut makhluk berkesadaran.
 

Makhluk berkesadaran harus memiliki welas asih. Dengan welas asih, mereka dapat turut merasakan kepedihan dan penderitaan orang lain serta tidak tega melihat semua makhluk menderita. Jadi, mereka harus memiliki kelembutan dan cinta kasih. Bodhisatwa harus sangat lembut dan dapat memahami penderitaan semua makhluk. Berhubung memiliki welas asih, Bodhisatwa tidak tega untuk tidak membimbing makhluk lain. Karena itulah, Bodhisatwa terjun ke masyarakat untuk membimbing semua makhluk.

Jadi, Bodhisatwa harus terjun ke masyarakat agar bisa membimbing dan mendampingi semua makhluk di dunia yang penuh penderitaan ini. Inilah cinta kasih dan welas asih Bodhisatwa.

Bodhisatwa tetap berada di Dunia Saha ini untuk membimbing semua makhluk. Dengan penuh welas asih, Buddha Sakyamuni memilih Dunia Saha yang penuh penderitaan ini. Selain itu, juga ada Bodhisatwa yang bertekad untuk mendampingi Buddha Sakyamuni dalam membimbing semua makhluk di dunia ini. Jadi, kita hendaklah bersyukur kepada Buddha Sakyamuni dan para Bodhisatwa di dunia ini.

 Kembali pada sifat hakiki dan menapaki Jalan Kebenaran
Teguh menjalankan ikrar dan meneladan hati Buddha
Tekun mendalami Dharma dan membimbing sesama
Terjun ke tengah masyarakat dengan welas asih dan kelembutan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 09 Mei 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 11 Mei 2021
Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -