Ceramah Master Cheng Yen: Menyebarkan Aliran Jernih di Dunia

“Saya masih ingat lebih dari 20 tahun yang lalu, saat saya baru mulai melakukan daur ulang, saya pertama kali menyetir mobil daur ulang karena diminta oleh seorang relawan senior untuk menjual semobil besi ke pengepul barang bekas. Saat itu, saya menjualnya ke pengepul di Zhonghe seperti saat saya ikut dengan relawan lain sebelumnya. Setelah saya pulang, saya ditegur keras oleh relawan senior tersebut. Berhubung harga barang bekas fluktuatif, setiap hari, harga di setiap pengepul terdapat sedikit perbedaan. Pada hari itu, harga besi di pengepul di Banqiao lebih tinggi 20 sen per kilogram,” tutur Weng Hui-an, Kepala pengemudi Pusat Misi Budaya Humanis Tzu Chi.

“Beliau dengan serius berkata pada saya bahwa jangan meremehkan 20 sen. Dengan muatan 1.500 kilogram, berarti penghasilan berkurang 300 dolar NT. Itu merupakan hasil kerja keras 30–40 relawan daur ulang dalam waktu yang lama. Hanya karena kelalaian saya, penghasilan berkurang 300 dolar NT. Beliau sangat menyayangkannya dan menyalahkan diri sendiri karena tidak berpesan pada saya terlebih dahulu,” sambungnya.

“Hari ini berkesempatan untuk berbagi di sini, saya ingin menyemangati rekan sekalian. Gaji yang kita terima berasal dari jerih payah para relawan daur ulang. Setiap sen mengandung makna yang mendalam. Mari kita menenangkan pikiran kita dan menunaikan kewajiban kita. Penuhilah tanggung jawab kita sebagai sekrup kecil untuk bersama-sama mendukung Da Ai TV agar dapat mengerahkan potensi kebajikan terbesar,” pungkasnya.


“Saya melakukan daur ulang dari 1993. Hingga kini, yakni 27 tahun kemudian, saya tidak pernah berhenti melakukan daur ulang. Awalnya, di Shezi, relawan daur ulang hanya saya seorang dan hanya ada satu mobil daur ulang. Pada tahun 1998, setelah dilantik oleh Master, saya mulai mengajak relawan komite bergabung dan menggalakkan daur ulang di komunitas. Kini, di antara relawan yang bergabung, sudah ada 3 orang yang memiliki mobil daur ulang,” kata Wu Xiu-jing, Pengemudi Pusat Misi Budaya Humanis Tzu Chi.

“Pada akhir tahun 2005, saya mulai bekerja di Da Ai TV. Saya lalu mengajak rekan-rekan pengemudi untuk melakukan daur ulang bersama saya pada waktu luang. Melakukan daur ulang juga membuat mereka dipenuhi sukacita. Saya merasa bahwa dengan melakukan daur ulang, kita dapat membuat Bumi lebih bersih dan udara lebih segar. Saya telah 15 tahun bergabung dengan Da Ai TV dan saya tahu bahwa penghasilan daur ulang digunakan untuk mendukung operasional Da Ai TV. Karena itu, kami akan lebih bekerja keras untuk melakukan daur ulang,” tambahnya.

Saya sangat tersentuh melihatnya. Para staf kita juga mendedikasikan diri seperti insan Tzu Chi. Mereka juga bersumbangsih dan menjalankan Tzu Chi seperti insan Tzu Chi. Mereka melakukannya dengan hati yang tulus. Bodhisatwa sekalian, saya merasa bahwa kehidupan saya sangat bernilai karena selama lebih dari 50 tahun ini, saya tidak pernah menyia-nyiakan satu hari pun.

Lima puluh lima tahun yang lalu, kita tidak memiliki apa-apa. Saat itu, Tzu Chi bernama Badan Amal "Ke Nan" Tzu Chi. Pada kondisi serba sulit saat itu, kita terus mengimbau orang-orang untuk menyisihkan 50 sen setiap hari. Pada masa-masa awal, Majalah Bulanan Tzu Chi hanya berupa lembaran kertas koran. Kita bisa melihat nama anggota komite kita dicetak di sana dengan puluhan daftar nama donaturnya beserta besarnya donasi mereka, baik 5, 10, maupun 15 dolar NT. Tidak ada satu donatur pun yang namanya terlewatkan ataupun donasinya tidak tercatat.


Saat itu, saya menulis artikel dan mengambil foto sendiri untuk Majalah Bulanan Tzu Chi. Saya juga pernah menjadi relawan dokumentasi. Sayalah yang mengambil foto ini. Setiap tahun, kita mengadakan dua kali survei menyeluruh bagi penerima bantuan kita yang sebagian merupakan korban bencana. Jadi, setiap setengah tahun sekali, kita akan mengunjungi setiap keluarga untuk melakukan survei dan mencari tahu kebutuhan mereka.

Saat itu, saya melakukan survei menyeluruh sedikitnya dua kali dalam setahun. Inilah yang saya lakukan dahulu. Kini sulit bagi saya untuk melakukannya. Namun, setiap murid saya sangat dekat dengan hati saya dan memiliki kelapangan hati. Selama beberapa hari ini, terlebih para Bodhisatwa daur ulang, meski hanya bisa melihat saya lewat layar, mereka sudah dipenuhi sukacita. Saya bersiteguh untuk berkunjung ke setiap ruangan agar mereka dapat melihat saya secara langsung.

Saya juga bersyukur atas kecanggihan teknologi sekarang. Saya sungguh sangat bersyukur. Singkat kata, dalam kunjungan ke sini kali ini, saya melihat bangunan baru kita. Saya yakin kelak, staf yang bekerja di bangunan tersebut akan selalu dipenuhi sukacita dalam Dharma dan kebahagiaan. Kalian yang bekerja di bangunan tersebut hendaknya memiliki tekad pelatihan dan merasakan suasana pelatihan. Saya menaruh harapan besar di sini dan berharap Bodhisatwa sekalian dapat menganggapnya sebagai rumah kedua.

Setiap hari, selain pulang ke rumah masing-masing, kalian juga kembali ke rumah bersama ini untuk melayani semua orang di seluruh dunia yang bagaikan anggota keluarga kita. Jadi, saya sungguh bersyukur. Saya berharap setiap hari, kalian dapat menggenggam setiap detik untuk mengikuti perkembangan di dunia. Dengan kesungguhan hati dan sumbangsih kalian, saya yakin kebijaksanaan Tzu Chi, silsilah Dharma Jing Si, dan semangat cinta kasih universal akan selamanya bertahan di sini.

Kehidupan tidaklah kekal. Setiap hari, saat memberikan ceramah, saya selalu menganggapnya sebagai ceramah terakhir saya. Karena itu, saya selalu berusaha sekuat tenaga untuk memberikan ceramah. Saya juga berusaha untuk melihat semampu saya karena kini penglihatan saya sudah kabur. Meski demikian, saya tetap berusaha.


Saya berharap semua orang dapat berbicara dengan kemurnian, mendengar dengan kesungguhan, dan melihat keindahan misi budaya humanis kita dengan ketulusan. Jika ada kekurangan, kita harus menggunakan ketulusan untuk menyempurnakan keindahannya. Ini dapat dilakukan oleh setiap orang.

Setiap hari, lewat siaran kita, kita menunjukkan kebajikan, keindahan, dan kekuatan cinta kasih universal pada orang-orang di seluruh dunia. Kita harus menyebarkan kebajikan dan pelajaran besar. Inilah harapan kita.

“Kami akan menyebarkan pelajaran besar untuk membawa manfaat bagi masyarakat dan melakukan kebajikan di dunia untuk mewujudkan keharmonisan. Kami akan menjadi mata dan telinga untuk menolong yang menderita, menjadi aliran jernih untuk menyucikan hati manusia, menjadi pilar untuk mewujudkan keharmonisan masyarakat, dan memberi pandangan benar bagi yang berpikiran keliru. Kami akan menjadi saksi sejarah zaman sekarang, menulis sejarah bagi umat manusia, meninggalkan jejak bagi mazhab Tzu Chi, dan menyebarkan kitab bagi silsilah Dharma Jing Si. Kami akan selamanya menjadi teladan budi pekerti dan mewariskan sejarah Tzu Chi hingga selamanya. Kami akan selamanya mengingat pesan Master dan mengikuti Master menjalankan ikrar.”

Melihat kalian begitu bersungguh hati, bekerja keras, dan tulus, saya yakin cinta kasih universal akan menyebar ke seluruh dunia. Saya merasa sangat tenang. Hati yang tenang berarti murni tanpa noda. Asalkan ada cinta kasih universal dan ketulusan, kita pasti bisa menyucikan hati manusia.

Bodhisatwa sekalian, tidak ada yang tidak bisa dilakukan di dunia ini. Asalkan ada cinta kasih universal,

saya yakin suatu hari nanti, hati semua orang akan tersucikan dan dunia akan terbebas dari bencana.

Menyucikan hati manusia dengan kebenaran, kebajikan, dan keindahan
Mewariskan sejarah Tzu Chi dan suasana pelatihan
Menyebarkan Dharma untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Semua Bodhisatwa dunia bagaikan satu keluarga

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 November 2020 
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 14 November 2020
Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -