Ceramah Master Cheng Yen: Merangkul Seluruh Alam Semesta dengan Cinta Kasih Universal

Insan Tzu Chi Indonesia menjalankan Empat Misi Tzu Chi dengan baik, bahkan mendapat dukungan dari pemerintah. Saat bencana terjadi, para relawan pun bergerak untuk memberikan bantuan. Setiap kali, melihat mereka mengirimkan barang bantuan dengan pesawat militer, saya merasa sangat tergugah dan bersyukur.

Saya bersyukur para murid saya sungguh-sungguh menjalankan tekad Guru. Mereka melakukan apa yang saya katakan dan ingin saya lakukan. Selain itu, mereka selalu bersumbangsih atas nama saya. Saya merasa bahwa ini merupakan jalinan jodoh baik yang sangat mendalam.

Di seluruh dunia, insan Tzu Chi banyak bersumbangsih, tetapi mereka selalu bersumbangsih atas nama saya. Sesungguhnya, setiap kali orang-orang mengucapkan terima kasih kepada saya, saya merasa bahwa setiap relawan patut menerimanya karena kalianlah yang mewakili saya menjalankan misi Tzu Chi dan terus memberi saya kekuatan.

Sesungguhnya, kita semua tidak memikirkan kepentingan pribadi. Kita tidak memikirkan kepentingan pribadi, hanya memikirkan kepentingan orang banyak. Karena itulah, tidak ada satu orang pun yang merasa dirinya paling berjasa. Jadi, saya sungguh sangat bersyukur. Dengan tidak merasa bahwa diri sendiri paling berjasa dan tidak melekat, barulah kita bisa melapangkan hati untuk merangkul seluruh alam semesta.


Di Indonesia, banyak relawan yang merupakan pengusaha besar. Namun, sesibuk apa pun, mereka bisa meluangkan waktu untuk bersumbangsih. Misi Tzu Chi-lah yang diutamakan. Saat Jakarta dilanda banjir dan Kali Angke meluap, Bapak Eka Tjipta Widjaja kembali ke Griya Jing Si bersama putranya, Bapak Franky O. Widjaja. Saya meminta Bapak Eka untuk memperhatikan dan membersihkan kali tersebut.

Pertama-tama, harus dilakukan pembersihan. Kedua, harus dilakukan pembasmian kuman penyakit. Ketiga, harus dilakukan pengobatan. Ketiga langkah ini harus segera dijalankan. Saya juga meminta Bapak Eka untuk mengajak pemerintah, tentara, polisi, dan warga untuk bersumbangsih bersama. Bapak Eka memberi teladan nyata dengan bersumbangsih secara langsung. Dia terjun ke lokasi untuk membersihkan lumpur dengan sekop. Untuk membersihkan Kali Angke dan menjaga kejernihan kali dari sumbernya, saya menyarankan untuk merelokasi warga yang tinggal di bantaran Kali Angke.

Sejak saat itu, Bapak Sugianto Kusuma sering kembali ke Griya Jing Si. Dia berulang kali berkata, “Tidak masalah, tidak masalah.”

“Asalkan saya merasa bahwa itu benar, maka saya akan melakukannya tanpa berpikir dua kali. Jika itu memang seharusnya dilakukan, maka lakukan saja,” ujar Sugianto Kusuma, relawan Tzu Chi.

“Jadi, setiap kali Master memberikan arahan, Anda selalu menjawab ‘tidak masalah’?”

“Ya. Ini karena saya merasa bahwa setiap tugas yang diberikan oleh Master pasti sesuatu yang mampu kita lakukan. Namun, suatu hari, Master berkata, ‘Apa pun tugas yang saya berikan, saya akan memikul setengah tanggung jawabnya.’ Inilah yang Master katakan. Mengapa demikian? Saat kita tidak menuntaskan tugas kita, Master pasti akan membantu kita menuntaskannya karena begitu berjanji pada orang lain, Tzu Chi tidak boleh mengingkari janji. Jadi, saya sangat terharu,” pungkas Sugianto Kusuma.

Dia sungguh mengagumkan. Baginya, semuanya tidak masalah. Dengan bersungguh hati mengatasi kesulitan dan berani memikul tanggung jawab, semuanya tidak masalah. Saya juga bersyukur kepada istrinya, Rebecca Halim. Mereka melatih diri bersama. Istrinya bukan hanya tidak merintanginya, tetapi juga memberinya dukungan. Pasangan suami istri ini bersumbangsih bersama di tengah masyarakat. Saya juga sangat bersyukur kepada besannya. Mereka juga mengesampingkan bisnis dan mengutamakan misi Tzu Chi.

Mereka memanfaatkan pengalaman mereka di bidang konstruksi untuk menjalankan proyek pembangunan demi misi Tzu Chi. Jadi, setiap orang bisa memiliki sandaran fisik dan batin dan Empat Badan Misi Tzu Chi dapat berdiri dalam satu kompleks. Ini sungguh tidak mudah. Saya sangat memuji mereka.


Saya juga sangat bersyukur kepada Bapak Mansjur Tandiono. Dia sangat berdedikasi. Sejak DAAI TV Indonesia mengudara, dia terus mengemban tanggung jawab dan tidak pernah berkata pada saya bahwa dia mengalami kesulitan. Meski demikian, kesulitan pasti ada. Bagaimana dia bersikap dan apa yang dia lakukan sehingga para staf kita di Indonesia dapat bergabung dengan kesatuan hati meski Tzu Chi merupakan organisasi Buddhis?

Jawabannya adalah cinta kasih yang sekaligus merupakan inti sari dari Empat Misi Tzu Chi. Cinta kasih ini adalah cinta kasih universal yang tidak membeda-bedakan. Karena itulah, saya sering berkata bahwa kita harus melapangkan hati hingga bisa merangkul seluruh alam semesta.  Agar hati kita bisa merangkul alam semesta, kita harus melenyapkan keakuan.

Dengan menyadari bahwa segala prinsip kebenaran pada hakikatnya kosong, berarti kita telah memahami kekosongan sejati dan eksistensi ajaib. Dengan melenyapkan keakuan, kita bisa mengembangkan kekuatan yang tidak terbatas dan tidak terbayangkan. Karena itulah, saya ingin menggalang hati. Saya berharap setiap orang dapat melihat penderitaan di dunia, membuka pintu hati, dan bersumbangsih di tengah masyarakat.

Saya juga ingin memberi tahu kalian bahwa jalinan jodoh antara guru dan murid sungguh tidak terbayangkan. Jalinan jodoh yang istimewa antara guru dan murid ini pasti telah terhimpun dari kehidupan ke kehidupan. Entah sudah berapa lama kita menjalin jodoh baik sehingga bisa langsung merasa dekat satu sama lain begitu bertemu. Selain itu, kalian juga menerapkan ajaran saya dalam jangka panjang, bahkan melakukan jauh lebih banyak dari yang saya harapkan.

Di dunia yang penuh dengan Lima Kekeruhan ini, kita harus menyatukan hati dan tekad untuk menyucikan hati manusia serta mewujudkan masyarakat yang harmonis dan negara yang tenteram. Saya sungguh sangat bersyukur kepada insan Tzu Chi Indonesia yang sungguh-sungguh menyerap ajaran saya ke dalam hati. Dengan berpegang teguh pada tekad dan prinsip kebenaran, jalan kita akan sangat lapang.


Mari kita bersama-sama membuka jalan dengan pengetahuan dan pandangan benar. Bersumbangsih secara nyata dengan pengetahuan dan pandangan benar, inilah yang paling diperlukan di dunia yang penuh kekeruhan ini. Baik menjalankan misi amal, kesehatan, pendidikan, budaya humanis, pelestarian lingkungan, maupun yang lainnya, semuanya termasuk mengemban misi bagi dunia.

 

Bersumbangsih dengan tekad Guru tanpa merasa bahwa diri sendiri berjasa

Bertekad memikul tanggung jawab dan bersumbangsih secara nyata

Merangkul seluruh alam semesta dengan cinta kasih universal

Meneruskan jalinan jodoh yang istimewa antara guru dan murid untuk selamanya

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 5 Oktober 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 7 Oktober 2018

Editor: Stefanny Doddy

Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -