Ceramah Master Cheng Yen: Merawat Pasien dengan Sepenuh Hati

Bersyukur, terharu, dan bahagia, itulah perasaan saya setiap kali berdiri di sini atau duduk di sini. Semua laporan yang saya dengar dan lihat merupakan cahaya harapan bagi kehidupan. Kalian semua telah menggunakan hidup kalian untuk menyelamatkan kehidupan orang lain serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Inilah yang membuat saya senang dan bahagia setiap kali datang ke sini. Yang terpenting, saya bisa merasa tenang.

Hari ini juga merupakan Hari Dokter. Para perawat pun mengungkapkan rasa terima kasih kepada para dokter. Saya merasa di antara para perawat dan dokter terdapat sikap saling bersyukur dan mengasihi. Tanpa cinta kasih, bagaimana mungkin ada rasa syukur? Karena di saat bersumbangsih, kalian bekerja sama dengan penuh cinta kasih, maka timbullah rasa syukur. Jadi, interaksi penuh syukur dan cinta kasih ini merupakan obat terbaik bagi batin manusia dan merupakan metode yang paling berkhasiat.

Singkat kata, saya sangat bersyukur, terutama saat melihat kalian berusaha dengan segenap kemampuan untuk melindungi kehidupan, menjaga kesehatan, dan melindungi cinta kasih. Saya sungguh bersyukur kita memiliki tekad yang sama untuk mengerahkan segenap kemampuan untuk menolong orang yang sakit dan lemah. Melihat semua ini, saya sangat bersyukur.

Tadi saya mendengar kisah seorang perempuan yang mengalami kekerasan oleh kekasihnya sehingga mengalami gangguan mental. Aroma tidak sedap pada tubuhnya sangat kuat, tetapi para pekerja sosial dan para perawat tetap merawatnya dengan baik. Mereka terus melakukan pendekatan agar ayah dari perempuan ini mau keluar, bukan untuk meminta uang, melainkan untuk meminta tanda tangan persetujuan perawatan di rumah sakit. Mereka menghadapi banyak kesulitan.

Kondisi masyarakat dan batin manusia saat ini sungguh penuh kesulitan. Kita hendak merawatnya, tetapi juga butuh persetujuan keluarganya. Prosedur yang ada cukup rumit. Namun, mereka terus berusaha dan tidak menyerah. Mereka semua sungguh bekerja keras. Akhirnya, perempuan muda ini berhasil diobati dan telah pulih. Ini tentu membutuhkan banyak usaha.

Begitu pula dengan bagian terapi rehabilitasi. Kita menyatukan pengobatan Tiongkok dan Barat serta kekuatan cinta kasih. Semua ini sungguh menggambarkan cinta kasih yang tidak habis diucapkan dengan kata-kata. Saya sungguh berterima kasih atas pendampingan kalian untuk pasien yang didasari oleh kasih sayang yang tulus. Dengan ketulusan cinta kasih ini, kalian bersumbangsih bagi para pasien. Karena itulah, tim medis kita memiliki kerja sama yang kuat dan solid.

Saya mendengar bahwa rumah sakit ini telah beroperasi selama 10 tahun. Terlebih lagi, banyak dari staf kita, baik dokter maupun perawat, yang telah bekerja di sini selama 10 tahun, bahkan lebih, karena sebelumnya mereka bekerja di Rumah Sakit Tzu Chi Hualien.

Sebagian staf telah bekerja selama  lebih dari 10 tahun, bahkan ada yang lebih dari 20 tahun. bahkan ada yang lebih dari 20 tahun. Kita dapat melihat mereka terus berdedikasi dengan sepenuh hati dan tekad di Tzu Chi. Mereka terus bekerja dengan hati yang damai tanpa terpengaruh oleh kondisi luar atau tergoda oleh tawaran yang menggiurkan. Mereka terus berdedikasi untuk melindungi kehidupan dengan satu tekad.

Semua orang bersama-sama bekerja untuk melindungi kesehatan masyarakat dan melindungi kehidupan umat manusia dan melindungi kehidupan umat manusia tanpa memandang apakah pasien memiliki uang atau tidak. Contohnya pasien lanjut usia ini. Dia mengalami sakit pada tulangnya.

dr. Wu Pei-qing, Dokter Departemen Pengobatan Tiongkok mengatakan, “Nenek ini mengalami patah tulang belakang. Awalnya, dia datang ke unit gawat darurat, kemudian dipindahkan ke bagian ortopedi. Setelah penanganan awal, dokter tulang memberitahukan kemungkinan terburuknya. Jika dalam dua minggu rasa sakitnya tidak berkurang, maka dia harus dioperasi. Saat baru datang, kalimat pertama yang dia ucapkan adalah, ‘Dokter, bisakah hentikan rasa sakit saya? Saya harus segera kembali ke posko daur ulang. Master Cheng Yen bilang sudah tiada waktu lagi.’ Saat itu saya sangat tersentuh. Dia adalah relawan daur ulang yang tulus. Harapan yang ada dalam benaknya hanyalah ingin segera kembali ke posko daur ulang. Saat kami bertanya kepada nenek itu, ‘Nek, kenapa tidak pakai pelindung punggung,’ nenek itu pun terdiam, lalu dengan suara lemah dia menjawab, lalu dengan suara lemah dia menjawab, ‘Harganya terlalu mahal, saya tidak sanggup membelinya.’ Lalu, saya melihat nenek itu meneteskan air mata, kemudian menceritakan kisah hidupnya. Ternyata, suami nenek ini meninggal di usia muda. Putra bungsunya juga meninggal tiga tahun yang lalu. Kini dia tinggal bersama putri bungsunya. Putri bungsunya berusia sekitar 60 tahun dan mengalami gangguan mental. Karena itu, nenek ini sangat khawatir jika dalam dua minggu sakitnya tidak membaik dan harus dioperasi. Dia khawatir jika dia harus dirawat di RS, tidak ada yang menjaga putrinya dan tidak ada yang menjaganya di rumah sakit.”

Ibu dan anak ini hanya hidup berdua. Bayangkan, bagaimana mereka menjalani hidup? Namun, yang membuat saya lebih sedih dan juga semakin terharu adalah kesungguhannya dalam melestarikan lingkungan. Dia hanya berharap sakitnya bisa sembuh agar dia bisa kembali melakukan daur ulang. Bayangkan, dia tidak merisaukan kondisi keluarga ataupun kesehatannya sendiri. Dia hanya berharap sakitnya segera hilang agar dapat kembali melakukan daur ulang. Semangat orang tua ini sungguh patut dipuji, terutama pada usianya yang sudah begitu lanjut.

Di masyarakat kita sekarang ini, isu tentang warga lansia sedang hangat. Belakangan ini saya juga sering bertanya, "Apa masalah yang ditimbulkan warga lansia?" Saya juga termasuk warga lansia. Apakah saya membawa masalah bagi kalian? Di mana letak permasalahannya? Ketahuilah bahwa tanpa orang-orang lanjut usia ini, tidak akan ada masyarakat seperti sekarang ini.

Lihatlah ke posko daur ulang Tzu Chi. Setiap warga lansia di sana tengah melindungi bumi. Semangat mereka yang tak pernah padam membuat saya sangat tersentuh. Jadi, saat mereka memperhatikan nenek ini, saya juga sangat bersyukur mereka menemukan pelindung punggung dan sudah mengantarkannya.

“Kami sudah memastikan bahwa pelindung ini dapat dipakai oleh nenek ini. Kami juga mengajari nenek ini cara mengenakannya dan bagaimana mengencangkan serta mengendurkannya agar bisa benar-benar bermanfaat. Kami juga mengajarkan cara menyesuaikan tali bahunya. Sesungguhnya, mengenakan dan melepas pelindung ini sendiri memang tidak mudah. Jadi, kami juga memastikan bahwa nenek sudah berkali-kali berlatih sehingga tidak ada masalah saat mengenakan dan melepasnya, baru kemudian kami pergi,” ujar dr. Wu Pei-qing.

Mereka bahkan mengunjungi nenek itu saat dia melakukan daur ulang untuk melihat apakah posisi duduknya benar. Kalian para dokter dan perawat sungguh penuh kesungguhan hati. Saya berterima kasih kepada kalian yang telah mewakili saya merawat para lansia yang tak bisa saya jangkau. Saya sungguh tersentuh dan sangat berterima kasih.

Jika kalian ada waktu saat libur, jangan lupa untuk berjalan-jalan sambil mengunjungi para lansia. Kegiatan ini juga menyehatkan dan penuh cinta kasih. Saya sangat bersyukur dan merasa tersentuh. Hari ini adalah Hari Dokter. Saya menyampaikan rasa hormat tertinggi bagi para dokter. Doa saya menyertai kalian para dokter Doa saya menyertai kalian para dokter dalam setiap sumbangsih kalian. 

Merawat pasien dengan sepenuh hati

Mengatasi segala kesulitan demi mengobati pasien

Memberi perhatian bagi lansia yang membutuhkan

Misi amal dan kesehatan dijalankan bersamaan

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 16 November 2015
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 November 2015
Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -