Ceramah Master Cheng Yen: Meringankan Penderitaan dengan Welas Asih dan Kebijaksanaan

Bodhisatwa muncul untuk menolong semua makhluk yang menderita. Ada begitu banyak orang yang menderita di dunia. Bodhisatwa menggenggam waktu untuk mendedikasikan diri dan memberi pendampingan bagi orang yang membutuhkan. Bagi orang-orang yang putus asa, relawan kita mendampingi dan memberi semangat hingga mereka tersenyum kembali.

Sebenarnya, untuk membuka pintu hati orang tidaklah begitu mudah, apalagi orang yang menderita. Relawan Tzu Chi dari California Utara, Amerika Serikat kembali ke sini untuk melaporkan bantuan bencana yang mereka lakukan beberapa waktu lalu di California Utara. Mereka mendeskripsikan rasa takut para korban bencana. Semua milik mereka hilang dalam sekejap. Insan Tzu Chi mendampingi dan menghibur para korban bencana sehingga mereka bisa melepaskan emosi mereka.

 

Yang harus menangis dapat menangis. Yang harus tertawa dapat tertawa. Setelah berpikiran terbuka, mereka dapat memulai hidup baru lagi. Seperti inilah Bodhisatwa muncul untuk menolong semua makhluk yang menderita. Waktu tidak akan menunggu siapa pun. Ketika bencana terjadi, begitu waktu berlalu, kita mungkin sudah tidak memiliki jalinan jodoh untuk berinteraksi dengan para korban bencana; kita tidak tahu tentang penderitaan fisik dan batin mereka serta bagaimana mereka melewati kehidupan di masa depan.

Jika insan Tzu Chi melewatkan jalinan jodoh ini, mungkin selamanya tidak akan bertemu dengan mereka. Jadi, insan Tzu Chi harus segera menggenggam waktu untuk menghibur para korban bencana agar mereka dapat mengubah pola pikir.

Setelah mendengar laporan relawan Tzu Chi, saya sangat memuji mereka. Saya juga mendengar laporan tentang bencana di Filipina. Akibat depresi tropis, 2 pulau di Filipina mengalami bencana besar yang serius. Tanah longsor telah menyebabkan banyak orang terkena dampak bencana. Insan Tzu Chi di Filipina juga segera bergerak untuk melakukan survei pascabencana. Mereka membagi diri ke dalam 2 kelompok untuk pergi bersumbangsih di kedua pulau itu. Mereka pergi melakukan survei pascabencana dengan perahu.

 

Saat pergi ke sana untuk yang kedua kalinya, banjirnya sudah perlahan-lahan surut, tetapi tanahnya masih belum kering. Mereka harus berjalan sangat jauh dengan melewati jalan yang becek untuk melakukan survei pascabencana dengan saksama. Bagaimana mereka melakukan pembagian barang bantuan di jalan pegunungan yang begitu tidak praktis? Mereka memutuskan untuk memberikan bantuan berupa kupon agar para korban bencana lebih mudah mendapatkan barang yang mereka butuhkan.

Bagaimana menukarkan kupon tersebut dengan uang tunai? Tentu saja, di desa dan kota kecil seperti itu, bagaimana mungkin lebih dari seribu keluarga menguangkan kupon itu sekaligus? Jadi, bank setempat perlu menyiapkan dana dari provinsi atau kabupaten untuk desa-desa itu. Ini sangat tidak mudah.

Beruntung, di masa lalu Tzu Chi terus tiada henti memberikan bantuan bencana, maka pihak bank sangat percaya pada Tzu Chi. Warga setempat juga sangat membantu. Jadi, dalam beberapa hari itu, warga setempat dan relawan Tzu Chi bekerja sama dalam memberikan bantuan secara bergantian satu kelompok demi satu kelompok. Di sana ada banyak kisah yang sangat menyentuh.

 

Kita juga bisa melihat sebuah negara yang sangat indah, yaitu Rusia. Rusia juga merupakan salah satu negara yang kuat. Namun, di sana juga ada banyak orang yang menderita. Di dalam masyarakat sana terdapat banyak keluarga orang tua tunggal yang sangat kesulitan untuk membesarkan anak-anak mereka. Saya juga mendengar ada orang yang mengalami tuli dan buta. Anak-anak yang seperti itu, kabarnya tidak sedikit. Kehidupan seperti apa yang mereka jalani? Kehidupan mereka benar-benar sulit.

Kita bisa mendengar banyak kisah yang berbeda. Jika berpikir kembali tentang kehidupan kita sendiri, kita akan merasa sangat memiliki berkah. Bagi saya, melihat kehidupan yang seperti itu, semua bagaikan di dalam mimpi karena seumur hidup ini saya tidak mungkin pergi ke lingkungan seperti itu. Namun, saya bisa mendengar dan melihat kondisi merekaserta bisa merasakannya karena saya memiliki murid dari Amerika Serikat dan Beijing yang pergi ke Rusia.

Sekarang ada juga relawan lokal yang menjadi murid saya. Relawan dari beberapa negara berkumpul di sana untuk mencari tahu kondisi kehidupan di sana. Saya berharap relawan kita dapat bekerja sama dengan kesungguhan hati dan cinta kasih dalam membantu orang-orang yang membutuhkan.


Bayangkanlah, mereka hidup di dunia yang tanpa suara dan warna. Mereka tidak dapat berbicara atau mengungkapkan apa yang mereka butuhkan. Mereka tidak dapat mengejar apa yang mereka inginkan atau cintai karena mereka tak dapat mengungkapkannya. Bagaimana mereka masih bisa tersenyum? Kita benar-benar tak dapat merasakannya, tetapi mereka menjalani kehidupan seperti itu.

Ketika kita memperluas wawasan kita dan memahami penderitaan hidup, kita akan merasa puas dengan apa yang kita miliki. Dalam aspek apa pun, kita memiliki lebih banyak dibandingkan mereka. Berpuas diri, bersyukur, penuh pengertian, dan berlapang hati, inilah yang harus insan Tzu Chi bina di dalam diri. Melihat kehidupan orang lain di luar, kita dapat melatih diri sendiri. Kita harus bersyukur setiap saat. Kita benar-benar sudah menjalani kehidupan yang sangat baik, maka kita harus berpuas diri.

 

Menghibur korban bencana dengan cinta kasih

Memberikan bantuan bencana dengan welas asih dan kebijaksanaan

Membina rasa syukur lewat kondisi kehidupan orang lain yang kita lihat

Menghimpun jodoh baik di seluruh dunia

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Februari 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 18 Februari 2019

Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -