Ceramah Master Cheng Yen: Mewaspadai Pandemi dengan Tulus Bervegetaris


Menghadapi pandemi kali ini, kita harus sungguh-sungguh mawas diri dan menjalankan langkah pencegahan yang tertinggi. Kita harus menjalankan protokol kesehatan secara ketat dan tetap mengenakan masker. Ini juga berarti setiap orang harus mematuhi peraturan. Semua ini kita lakukan demi melindungi kesehatan kita sendiri.

Namun, ini juga bukan semata-mata demi diri sendiri. Jika diri kita terinfeksi, dikhawatirkan kita dapat menulari orang lain. Demi menjaga kesehatan orang lain, diri kita harus terlebih dahulu melakukan pencegahan. Ini berarti kita juga mengasihi orang lain.

Bodhisatwa sekalian, pikiran seperti ini disebut welas asih dan keberanian. Saat ini kita sungguh harus membangkitkan ketulusan yang terdalam dan mewujudkannya ke dalam praktik nyata. Jangan bersikap sok jago tanpa memikirkan akibatnya. Ini menunjukkan sikap keras kepala. Tidak boleh begitu. Kita sungguh harus menghormati langit dan menyayangi bumi. Jadi, pada saat ini, kita tengah berada pada masa-masa krusial.

Dahulu saya sering membahas tentang karma kolektif. Karma kolektif menyebabkan bencana terus terjadi. Teringat kondisi fisik saya yang kurang baik belakangan ini, saya sangat khawatir. Saya bukan khawatir atas kondisi fisik saya. Saya khawatir karena saat kondisi saya kurang baik, kebetulan biasanya juga terjadi bencana di dunia.
 

Sejak dua tahun lalu, hati saya sangat khawatir, gundah, dan cemas. Perasaan ini berlangsung dalam waktu yang lama. Penderitaan ini sulit dilukiskan dengan kata-kata. Namun, kini kita telah melihat dunia diliputi pandemic dan manusia tak dapat menghindarinya. Bayangkan, pandemi kali ini sangat parah. Jangan berkata kita tidak takut. Kita hendaknya mengungkapkan ketulusan kita. Di hadapan hukum alam, kita harus tahu bahwa manusia sangatlah kecil dan tak mampu melawan. Hanya kekuatan hati yang tuluslah yang dapat mengubah keadaan.

Namun, usaha segelintir orang tidaklah terlalu berpengaruh. Kekuatan sedikit orang tidaklah cukup. Diperlukan sangat banyak orang untuk bersatu hati dan menghimpun kekuatan karena yang kita hadapi saat ini adalah masalah global. Semua orang di dunia harus sadar dan memetik hikmahnya. Berhubung bencana ini telah hadir di dunia, kini manusia harus segera sadar. Jangan mengira diri sendiri selalu sehat sehingga tidak perlu takut apa pun. Tidak boleh seperti itu. Manusia sangatlah kecil.

Bodhisatwa sekalian, kini kita harus mawas diri dan dengan tulus menghimpun niat kita. Niat ini haruslah penuh cinta kasih. Saat ini cinta kasih benar-benar diperlukan. Kita bukan hanya mengasihi diri sendiri, melainkan mengasihi semua makhluk di dunia.
 

Bodhisatwa sekalian, kita harus menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Kita harus membangkitkan niat baik. Kekuatan satu orang sangatlah kecil. Saat ini manusia harus berintrospeksi. Setiap orang harus saling menyerukan pentingnya berbuat baik dan bersumbangsih.

Buddha datang ke dunia ini demi mengajarkan kebenaran agung dan menyerukan kepada manusia yang kecil ini agar menjalankan kebenaran ini serta membimbing sesama untuk turut memahaminya. Manusia hendaknya menyerukan kebenaran ini dan saling menginspirasi. Jangan meremehkan kekuatan diri sendiri meski kecil.

Teringat 55 tahun yang lalu, saya juga tidak mengukur kemampuan saya sendiri. Saat itu saya tidak memiliki uang. Saat akan kembali ke Hualien, uang saya tidak cukup untuk membayar ongkos 3 dolar NT. Saya terpaksa naik kendaraan setengah jalan dengan ongkos 1,5 dolar, lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Saat itu kondisi saya sangat kekurangan, tetapi pada saat itu pula saya berani menyerukan kepada para murid saya untuk menyisihkan 50 sen uang belanja setiap hari untuk dihimpun demi menolong orang lain.

Intinya, jangan meremehkan kekuatan diri sendiri yang kecil. Asalkan memiliki hati dan tekad, kita dapat merangkul seluruh alam semesta.

Sulit terlahir sebagai manusia. Hanya di alam manusialah kita bisa bertemu ajaran Buddha. Di luar alam manusia, kita sulit bertemu Dharma. Kebuddhaan hanya dicapai di alam manusia. Dari alam manusia, kita bisa terlahir ke alam surga atau bahkan mencapai kebuddhaan. Karena itu, Bodhisatwa sekalian, kita harus benar-benar bersungguh hati menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Inilah yang disebut menjalin jodoh baik dengan semua makhluk.
 

Sebelum mencapai kebuddhaan, kita harus terlebih dahulu menjalin jodoh baik dengan semua makhluk. Dengan demikian, barulah kita dapat membimbing mereka dan berjalan di Jalan Bodhisatwa sehingga berkesempatan untuk mencapai kebuddhaan. Jadi, untuk mencapai kebuddhaan, kita harus mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Kita harus berada di alam manusia untuk menyelamatkan semua makhluk yang menderita. Inilah praktik Jalan Bodhisatwa. Bagaimana caranya kita menapaki jalan ini? Kita harus mendengar Dharma.

Kita harus memahami Dharma yang tidak berwujud tetapi penuh kekuatan ini. Kita harus sungguh-sungguh menghirup keharuman Dharma. Tentu, bukan hanya menghirup keharumannya, kita juga harus meminumnya agar kita mendapatkan nutrisinya untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.

Ajaran Buddha harus kita serap agar jiwa kebijaksanaan kita dapat bertumbuh. Jadi, Bodhisatwa sekalian, saya berbicara seperti ini dengan harapan seluruh insan Tzu Chi dapat mendengarnya dan dapat menerima Dharma.

Semua orang harus mendengar dan menerima Dharma ke dalam hati, mempraktikkannya, serta harus bervegetaris.

Baiklah, Bodhisatwa sekalian, ribuan kata-kata yang disampaikan, semuanya berpulang pada ketulusan. Kita hendaknya berdoa dengan hati yang tertulus. Untuk itu, kita harus bervegetaris.

Mengasihi semua makhluk dan waspada mencegah penyebaran virus
Membangkitkan kesadaran, bertobat, dan menghentikan kesalahan masa lalu
Tidak meremehkan potensi bajik diri sendiri
Menyerap Dharma ke dalam hati dan menghimpun berkah

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Mei 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 18 Mei 2021
Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -