Ceramah Master Cheng Yen: Terjun ke Tengah Masyarakat untuk Memahami Kebenaran

“Maukah kamu memberikan cinta kasih yang terhimpun dalam celengan ini untuk membantu warga Texas yang terkena bencana banjir? Mereka kehilangan tempat tinggal dan tak memiliki apa-apa,” kata Ji Hui seorang relawan Tzu Chi Jordania.

“Mau,” jawab seorang warga.

“Saya mewakili seluruh warga Suriah berterima kasih atas bantuan Tzu Chi bagi kami. Insan Tzu Chi mengajari kami untuk tersenyum dan membuat kami bisa membantu sesama. Dalam beberapa waktu ini, saya belajar untuk mengasihi,” ujar Noor, pengungsi Suriah.

Di Yordania, meski insan Tzu Chi tidak banyak, tetapi Relawan Ji Hui juga menggerakkan sekelompok relawan lokal. Di tengah perbedaan agama, dia dapat membangkitkan ketulusan hati mereka. Selama lebih dari dua puluh tahun, mereka berkembang dengan stabil. Saat di suatu negara terjadi kekacauan, banyak pengungsi dari sana datang ke Yordania. Para insan Tzu Chi di sana pun terus-menerus bersumbangsih bagi para pengungsi.

“Terima kasih atas bantuan Tzu Chi bagi saya. Setiap kali Tzu Chi membantu kami, saya merasa peperangan tidak membuat kami sendirian, juga tidak membuat kami terpisah dari dunia. Semuanya tetap seperti satu keluarga,” kata Noor.

Yang lebih luar biasa adalah para pengungsi ini menganggap relawan Tzu Chi bagai keluarga. Saat ada orang yang menderita, insan Tzu Chi datang menolong. Terutama jika sakit, mereka harus bagaimana? Insan Tzu Chi akan membantu mereka. Ada sebuah kisah yang sangat mengharukan. Ada seorang anak berusia 8 tahun yang menderita infeksi selaput rongga perut. Dia harus segera dioperasi, tetapi tidak memiliki biaya. Insan Tzu Chi pun membantunya agar dia dapat segera dioperasi.

Setelah dioperasi,  anak itu kini sehat kembali. Kini giliran ibunya yang mengalami tumor leher. Insan Tzu Chi juga berpikir bahwa ibu ini masih memiliki anak-anak yang masih kecil dan perlu dirawat, maka juga harus segera dioperasi. Anak ini sudah pulih.

Saat akan berangkat ke sekolah, dia membawa serta celengan bambunya. Saat mengetahui bahwa dia kembali ke sekolah, teman-temannya ingin melihat sesungguhnya seberapa besar luka operasinya. Dia lalu mulai bercerita kepada teman-temannya tentang bagaimana relawan Tzu Chi mengasihi dan menolongnya.

Baginya, relawan kita, Ci Ai adalah ibu keduanya. Ci Ai membimbingnya sehingga memahami bahwa dana yang digunakan untuk membantunya berasal dari teman-teman di seluruh dunia. Jadi, dia membawa celengan bambunya ke sekolah serta mengajak teman-temannya untuk menghemat sedikit uang jajan agar bisa menolong orang lain. Inilah yang disebut "Setelah menolong, lalu membabarkan Dharma bagi mereka".

Relawan Tzu Chi telah menjalin persaudaraan yang hangat dengan keluarga ini dalam waktu yang panjang. Demikianlah cinta kasih Bodhisatwa. Semoga seluruh insan Tzu Chi benar-benar memiliki kesadaran yang dalam dan menyadari banyaknya penderitaan di dunia. Kita harus berusaha untuk bersumbangsih dengan tulus dalam jangka panjang. Saya merasa bahwa di Yordania, meski dalam memberi bantuan, relawan harus menggunakan banyak cara, tetapi semua dijalankan dengan sepenuh hati.

Yang lebih menyentuh adalah kerja sama mereka yang harmonis. Inilah yang membuat saya semakin mengasihi dan mengagumi mereka. Mereka juga tidak ketinggalan  mendengar ceramah Dharma saya. Mereka mendengar Dharma setiap hari. Mereka tetap giat meski waktu saya berceramah adalah tengah malam di Yordania. Mereka juga menerapkan Dharma secara nyata dalam bersumbangsih di tengah masyarakat.

Kita juga melihat insan Tzu Chi dari AS kembali ke Taiwan untuk mengikuti pelatihan. Insan Tzu Chi Taiwan juga turut membantu. Sebelum para relawan dari AS tiba, tim akomodasi sudah membersihkan ruang tidur. Mereka terlebih dahulu membersihkannya dengan saksama hingga sangat bersih tanpa ada debu sedikit pun. Mereka sangat tulus. Setiap helai seprai dipasang dengan sangat rapi dan bersih.

Selain itu, tim konsumsi pun demikian. Mereka mempertimbangkan menu makanan apa yang akan disajikan, bagaimana rasanya, apakah sesuai dengan selera para peserta. Mereka begitu teliti dan sangat bersungguh hati. Begitu pula dengan tim pelayanan, transportasi, logistik, dan acara. Tim yang ada banyak sekali. Untuk mengadakan kegiatan besar, para relawan dari seluruh Taiwan selalu bekerja sama. Berbagai kegiatan terus ada sepanjang tahun.

Berhubung relawan kita sangat banyak, maka mereka bisa bergiliran dan membagi tugas. Jadi, setiap orang sangat gembira dan bekerja sama dengan harmonis. Tak peduli datang dari daerah mana, semua orang bekerja sama dengan sangat baik. Begitulah kesungguhan hati mereka.

Kita juga melihat para relawan dari AS sangat bersemangat saat membantu pekerjaan di Griya Jing Si. Di Griya Jing Si, para bhiksuni setiap hari sangat sibuk. Setiap kali makan, kita harus menyiapkan makanan untuk sedikitnya enam ratus orang. Berarti, dalam sehari kita harus menyiapkan makanan untuk seribu hingga dua ribu orang.

Griya Jing Si memegang prinsip kemandirian. Para biksuni bercocok tanam dan menanam sayur sendiri. Terima kasih kepada para relawan yang datang membantu pekerjaan di Griya Jing Si. Mereka juga belajar untuk bercocok tanam. Inilah yang disebut murid Jing Si. Dengan begitu, keluarga ini terasa lebih hangat. Para relawan yang kembali ke Griya Jing Si bekerja bersama-sama para bhiksuni.

“Ini pertama kalinya dalam seumur hidup saya. Saya benar-benar merasakan kesan yang mendalam. Kami mengerahkan segenap kekuatan kami dan merasa semakin penuh energi. Air hujan telah mengairi diri kami dan membuat batin kami menjadi amat bersih. Para bhiksuni di sini mempelajari Dharma dari aktivitas sehari-hari yang sederhana. Mereka merasakan dan memahami ajaran Master dalam setiap hal yang mereka lakukan setiap hari. Kita sering tidak menyadari berkah kita dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, dari sini saya belajar. Sepulangnya dari sini, saya akan lebih menghargai berkah. Saya tidak akan boros dalam makanan atau apa pun. Saya akan mulai dari diri sendiri. Hati setiap orang yang kembali ke Griya Jing Si pasti dipenuhi Dharma karena para bhiksuni akan berbagi Dharma dengan kalian,” kata Jiang Shan-shan, relawan Tzu Chi New York.

Bodhisatwa sekalian, kita harus terjun langsung, baru bisa memahami Dharma dengan jelas dan tahu cara untuk melatih diri. Kita harus memahami Dharma secara nyata, bukan hanya teori semata. Setiap orang telah bertekad dan bersedia untuk memikul tanggung jawab. Karena itu, ada banyak kisah yang menyentuh tentang sumbangsih para Bodhisatwa ini.

Banyak penderitaan di dunia. Inilah yang selalu kalian ceritakan. Harap semua lebih bersungguh hati dan menyelami Dharma. Dunia ini membutuhkan Bodhisatwa yang tidak takut bersusah payah untuk bersumbangsih. Yang terpenting, semua harus bekerja sama dengan harmonis.

Cinta kasih membawa kehangatan di Yordania

Pasien yang telah sembuh kini kembali membantu sesama

Segala aktivitas di Griya Jing Si mengandung Dharma

Terjun ke tengah masyarakat untuk memahami kebenaran

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 Oktober 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 19 Oktober 2017

 

 

 

 

Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -