Melenyapkan Penderitaan dengan Menyembuhkan Penyakit

Hari ini adalah hari bersejarah bagi Tzu Chi. Pada tanggal 10 September 1972, kita mendirikan klinik gratis di Jalan Ren-ai, Hualien. Klinik ini didirikan pada masa awal berdirinya Badan Amal “Ke Nan” Tzu Chi. Ibu De Ci meminjamkan lantai dasar rumahnya kepada Tzu Chi untuk membuka klinik. Seminggu dua kali, kami memberikan pelayanan kesehatan gratis dan hal itu kami lakukan selama 15 tahun. 

Saat itu, kami juga sering mengadakan baksos kesehatan di luar daerah. Pada saat itu, saya selalu pergi bersama para dokter. Baik Hualien, Shoufeng, Guangfu, Yuli, maupun Taitung, semuanya pernah kami kunjungi. Setiap kali keluar, kami bisa memberi manfaat bagi ratusan orang. Saya sangat berterima kasih kepada para tenaga medis dari sebuah RS di Hualien, meliputi dokter ahli bedah, dokter spesialis penyakit dalam, dokter kandungan, apoteker, dan dokter spesialis anak yang pada saat itu telah ikut membantu. Adakalanya, kami mengadakan baksos keliling di seluruh Taiwan. Inilah jalan yang pernah kita lalui. 

Kini saya juga sangat bersyukur karena rumah sakit kita beroperasi bukan demi mencari keuntungan. Kita telah menerima banyak kasus penyakit berat, tetapi kita mengobati mereka bukan demi mencari keuntungan. Semua biaya pengobatan pasien penerima bantuan Tzu Chi ditanggung oleh organisasi kita, rumah sakit, dan relawan Tzu Chi. Contohnya Sofyan dari Indonesia. Saat tiba di Hualien, saraf matanya sudah rusak. Penyakitnya sangat sulit diobati. Di sini, selain menyelamatkan nyawanya, dokter kita juga menjalankan operasi untuk wajahnya sehingga dia menjadi lebih percaya diri. Kini, dia selalu sangat ceria.

 

Setelah kembali ke Indonesia, mereka sekeluarga hidup dengan tenang. Setelah kembali ke Indonesia, Sofyan juga melanjutkan sekolahnya. Dia terus melanjutkan pendidikannya hingga ke jenjang perguruan tinggi. Kini dia sering berbagi kisahnya dengan orang lain. Dia juga menjadi mahasiswa bimbingan konseling. Dia adalah sebutir bibit yang baik. Dia memilih jurusan psikologi di universitas. Tahun ini adalah tahun keempatnya. Dia seharusnya akan lulus tahun depan. Setelah itu, dia akan turut memberi pelayanan bagi masyarakat. 

Ada pula abang beradik Pan dari Singapura. Awalnya, Ji Yu memperlihatkan foto mereka kepada saya. Bentuk tubuh mereka tidak sempurna, bukan berbentuk lurus. Tubuh kedua abang beradik itu tidak bisa lurus dan sering mengalami kejang. Kondisi seperti ini telah berlangsung selama bertahun-tahun. Orang tua mereka sungguh tidak berdaya. Dengan berlandaskan cinta kasih, kita memberanikan diri untuk menjemput mereka ke Hualien dan merawat mereka dengan sepenuh hati. Dokter menanamkan elektroda pengontrol kejang dalam otak mereka dan melatih mereka secara perlahan-lahan agar mereka dapat tenang, tidak terus menjerit kesakitan, tidak terus mengalami kejang, dan lain-lain. Kondisi mereka sudah jauh lebih baik. Dapat duduk dengan tenang di atas kursi roda sudah sangat tidak mudah bagi mereka. 

Selain itu, para anggota TIMA juga sering membantu mereka melakukan fisioterapi, memeriksa kesehatan gigi mereka, dan lain-lain. Hingga kini, insan Tzu Chi masih terus memberikan perhatian dan pendampingan bagi mereka. Setiap kali upacara pemandian rupang Buddha, relawan kita selalu pergi menjemput mereka supaya mereka bisa sering berinteraksi dengan masyarakat dan tidak merasa minder. Kita bisa melihat kini mereka sudah dewasa. Mereka sudah berusia 20-an tahun.

 

Selama bertahun-tahun ini, kita bisa melihat banyak kasus penyakit yang ditangani oleh Tzu Chi. Contohnya sepasang bayi kembar siam di Filipina, yakni Lea dan Rachel. Pada saat itu, tubuh mereka berdua tidak bisa dipisahkan. Karena itu, mereka dibawa ke sini. Mereka berasal dari keluarga kurang mampu. Mereka berada di rumah sakit kita dalam waktu yang panjang karena kita harus menambah berat badan mereka dengan memberi asupan gizi yang cukup. Ini karena setelah operasi pemisahan, luka bekas operasi harus ditambal kembali dengan jaringan kulit mereka sendiri. Karena itu, kita harus menambah berat badan mereka. Operasi pemisahan mereka sangat sukses. Kini kedua kakak beradik itu sangat aktif, sangat cantik, dan sangat menggemaskan. Kini mereka juga belajar bahasa Mandarin. 

“Kakek Guru, terima kasih telah membantu kami. Kami akan belajar dengan baik. Kami sudah berusia 12 tahun,” kata Lea.  ”Kami akan belajar dengan tekun. Kami akan membantu ibu dan ayah melakukan pekerjaan rumah tangga. Kakek Guru, kami menyayangi Kakek Guru,” sambung Rachel. 

Lihatlah mereka bisa hidup dengan bebas. Mereka bersekolah di TK Tzu Chi dan kini sudah duduk di bangku SD. Lihatlah mereka begitu menggemaskan. Semua ini berkat perhatian yang diberikan para relawan kita. Singkat kata, dalam hidup ini, kita membutuhkan pendampingan yang penuh cinta kasih. Semua kenangan ini merupakan buah pencapaian kita. Tanpa kerja keras, maka tidak akan ada buah pencapaian. Setelah berkontribusi, baru kita bisa memiliki banyak kenangan yang berharga. Ini sungguh membuat orang merasa tersentuh.

 

Namun, kita melihat siaran berita tentang pemanasan global yang terus meningkat. Ahli cuaca di berbagai Negara juga terus mengeluarkan peringatan yang sangat serius. Mereka berkata bahwa suhu udara yang terus meningkat akan mempercepat laju penuaan bumi. Karena itu, empat unsur menjadi tidak selaras. Kita juga bisa melihat belakangan ini, siaran berita setiap hari selalu berhubungan dengan makanan. Jadi, bukan hanya unsur alam yang tidak selaras, tetapi bahan pangan kita juga mulai tidak cukup. 

Jika setiap orang dapat hidup sewajarnya, membuat sarapan di rumah sendiri, dan membawa bekal ke tempat kerja, maka pasti bisa menghemat banyak sumber daya alam dan juga bisa mengurangi pemborosan. Ini juga baik untuk kesehatan kita dan bumi kita. Karena itu, kita harus berintrospeksi diri. Selain berintrospeksi, kita juga hendaknya bertobat atas nafsu keinginan kita terhadap makanan. Jadi, kita harus segera mengendalikan nafsu keinginan supaya bumi dapat aman dan tenteram.

  

Mengenang kembali klinik gratis di  masa lalu

Dokter TIMA telah tersebar di seluruh dunia

Melenyapkan penderitaan dengan menyembuhkan penyakit

Menekan nafsu keinginan dan berpuas hati untuk menciptakan dunia yang damai

 

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 12 September 2014.

 

Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -