Mengembangkan Cinta Kasih untuk Menenangkan Hati Manusia

 

Kehidupan manusia sangat rapuh. Oleh karena itu, ajaran Buddha sering mengingatkan kita bahwa kehidupan ini tidaklah kekal. Contohnya ledakan gas yang terjadi di Kaohsiung pada subuh tanggal 1 Agustus lalu. Banyak jalan meledak pada waktu yang hampir bersamaan. Ledakan itu mengakibatkan jalan di sana merekah bagai membentuk sungai yang dalam. Tubuh manusia tidak bisa menahan kekuatan ledakan tersebut. Hingga kini, jumlah korban yang meninggal sudah mencapai 28 orang. Selain itu, masih ada dua orang belum ditemukan. Setiap orang sangat bekerja keras. Sebelum terjadi ledakan, ada warga yang melaporkan bahwa mereka mencium bau gas. Jadi, petugas pemadam kebakaran dan pimpinannya segera pergi untuk melakukan pemeriksaan. Petugas pemadam kebakaran dan polisi terus mencari sumber bau gas tersebut hingga akhirnya tiba-tiba terjadi ledakan. Polisi, petugas pemadam kebakaran, dan lain-lain yang meninggal atau mengalami luka-luka akibat insiden ini berjumlah lebih dari 20 orang. Inilah yang tercatat di dalam daftar korban jiwa dan korban luka-luka.

Melihat mereka yang mengorbankan diri demi pekerjaan, saya sungguh merasa tidak tega. Dilihat dari kecelakaan kali ini, bisa kita bayangkan, jika ledakannya terjadi lebih awal, maka bencana yang tercipta akan lebih besar karena jumlah korban akan bertambah. Jadi, adakalanya, jika dipikir-pikir, kita sungguh harus memiliki hati yang tulus.  Walaupun terjadi bencana, kita tetap berharap dampak yang tercipta bisa seminimal mungkin. Oleh karena itu, kita harus selalu mawas diri dan berdoa dengan hati yang tulus. Sejak terjadinya ledakan, insan Tzu Chi terus menjaga dan mendampingi para warga.

Tadi malam, masih ada sekitar 300 warga yang tidur di Jhong Jheng Industrial High School. Kita sangat bersyukur karena kali ini kita bisa mengantarkan lebih dari 300 tempat tidur lipat ke sana. Ini membuat orang-orang yang masih tidak berani kembali ke rumah mereka merasa dihormati. Selama dua hari ini di Kaohsiung, insan Tzu Chi yang bergerak untuk membantu berjumlah hampir 4.000 orang. Saya juga sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi di wilayah Taiwan utara dan Tainan yang turut membantu. Demikian juga dengan anggota TIMA dan relawan Tzu Chi Pingdung yang turut mencurahkan perhatian. Yang lebih membuat orang tenang dan terharu adalah cinta kasih yang ditunjukkan oleh masyarakat. Banyak hotel yang menyediakan tempat penginapan dan mengantarkan makanan untuk para korban. RT-Mart dan toko yang beroperasi 24 jam juga turut menyumbangkan barang keperluan untuk para korban.

Melihat masyarakat penuh cinta kasih, saya sungguh merasa tenang. Terutama polisi, pemerintah, petugas pemadam kebakaran, dan lain-lain juga berusaha segenap hati dan tenaga untuk membantu. Kemarin, pihak militer kembali menambah 2.000 personel dari luar daerah untuk mendukung upaya penyaluran bantuan. Dari kontribusi masyarakat, kita bisa melihat sifat hakiki manusia yang bajik dan murni. Setiap orang mengembangkan cinta kasih dan ikut membantu. Kita juga melihat seorang pria yang mengalami patah tulang serius.

Ketika dilarikan ke rumah sakit, dia sudah tidak tertolong. Dia baru berusia 33 tahun. Dia pernah menulis pada sebuah kartu bahwa jika terjadi sesuatu padanya, dia bersedia mendonorkan organ tubuhnya. Dia pernah menulis seperti itu. Ibunya juga sangat pengertian. Berhubung insiden sudah terjadi dan tim medis juga sudah berusaha untuk menyelamatkan anaknya, maka dia memutuskan untuk mengabulkan harapan anaknya. Namun, seluruh organ tubuh anak itu sudah rusak, kecuali kornea. Berhubung anak itu sudah tidak bisa diselamatkan, sang ibu memutuskan untuk mewujudkan harapan terakhir anaknya.

Kehidupan ini tidak kekal.Bagaimana cara kita menemukan arah hidup kita? Kita harus bersyukur karena bisa melewati setiap hari dengan aman dan tenteram. Kita juga harus selalu menggunakan hati penuh syukur, hormat, dan cinta kasih untuk menghadapi kehidupan ini. Kita juga harus selalu berpengertian, berlapang dada, bersyukur, dan tahu berpuas diri. Jika ledakan kali ini terjadi beberapa jam lebih awal, maka akibatnya akan lebih fatal. Jumlah korban jiwa dan luka-luka akan tak terbayangkan. Dengan bersikap penuh pengertian, hati kita akan merasa tenang.

 

Setiap orang di masyarakat hendaknya berpikir bahwa Setiap orang di masyarakat hendaknya berpikir bahwa bisa hidup aman dan tenteram adalah berkah. Namun, kemarin saya kembali menerima kabar tentang terjadinya ledakan di sebuah pabrik di Kunshan, Tiongkok. Pabrik itu adalah milik pengusaha Taiwan. Pada saat jam kerja, tiba-tiba terjadi ledakan yang sangat besar. Ini juga merupakan ketidakkekalan hidup. Relawan kita juga mulai bergerak membantu. Menurut informasi yang kita terima kemarin, RS Rakyat Nomor 1 telah mengizinkan relawan Tzu Chi untuk masuk dan memberikan perhatian. Rumah sakit lain juga menyatakan bahwa mereka juga membutuhkan bantuan dari insan Tzu Chi.

Di mana pun bencana terjadi, insan Tzu Chi hendaknya segera bergerak untuk menghibur bagi orang-orang yang trauma. Begitu ketidakkekalan terjadi, kita harus segera menghibur, menenangkan, dan menjangkau orang-orang agar hati mereka bisa merasa terhibur. Dengan demikian, korban, keluarga, dan masyarakat akan lebih tenteram dan harmonis. Kita harus tetap berdoa dengan hati yang tulus. Kita bisa melihat sekarang ini, setiap orang di Taiwan berdoa dengan hati yang tulus untuk para korban kecelakaan. Kita harus berdoa bagi Taiwan dan semua orang.

Mendengar informasi ini, hati saya terasa lebih tenang. Jika masyarakat bisa membangkitkan kekuatan cinta kasih dan berempati terhadap para korban, maka masyarakat kita akan lebih aman dan tenteram. Singkat kata, hidup ini tidak kekal. Kita membutuhkan ajaran Buddha untuk membasahi hati kita, menenangkan hati orang-orang, dan mendamaikan masyarakat. Untuk itu, kita harus lebih bersungguh hati.

Berempati dan berbelasungkawa kepada para korban ledakan
Tiba-tiba terjadi ledakan di sebuah pabrik di Kunshan
Mewujudkan harapan anak untuk mendonorkan organ tubuh
Mengembangkan cinta kasih untuk menenangkan hati manusia

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita

Ditayangkan tanggal 5 Agustus 2014.

 

Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -