Mengembangkan Kebijaksanaan dengan Mendengar Dharma

Perubahan iklim bisa dirasakan dengan jelas. Sungguh, iklim tengah mengalami perubahan. Apa yang diprediksi oleh Buddha telah terjadi lebih awal. Pembentukan, keberlangsungan, kerusakan, dan kehancuran terjadi dengan cepat.

Bumi mengalami kerusakan dengan cepat, begitu pula dengan tubuh manusia. Ini mengingatkan kita bahwa sulit untuk terlahir sebagai manusia. Berhubung telah terlahir sebagai manusia, kita hendaknya memanfaatkan kehidupan dengan baik. Kita tidak membiarkan waktu berlalu sia-sia dan selalu memanfaatkannya hingga semaksimal mungkin. Kita bisa memanfaatkan kehidupan untuk membawa manfaat besar bagi dunia.

Pada usia 15 tahun, Konfusius bertekad untuk belajar. Pada usia 30 tahun, beliau sudah hidup berdikari, menjadi pejabat, dan meraih berbagai pencapaian lainnya. Jadi, beliau berkata, “Pada usia 40 tahun, saya sudah tidak memiliki keraguan.” Pada usia 40 tahun, beliau sudah memahami semua kebenaran di dunia ini, termasuk nilai-nilai etika dan moral. Pada usia 50 tahun, beliau sudah memahami hukum alam. Demikianlah filosofi hidup Konfusius.


Pada usia 60 tahun, apa pun yang kita dengar, kita bisa membedakan benar dan salah. Saat mendengar hal yang benar, kita harus menyerapnya ke dalam hati. Saat mendengar hal yang tidak benar, kita harus bisa menyaringnya agar tidak terpengaruh dan membangkitkan noda batin. Demikianlah yang diajarkan Konfusius.

Pada usia 60 tahun, manusia bisa menyaring kata-kata yang didengar. Pada usia 70 tahun, manusia bisa mengikuti keinginan tanpa melanggar aturan. Demikianlah hendaknya kita menjalani hidup. Kita harus memanfaatkan kehidupan untuk bersumbangsih bagi sesama. Saat beliau sudah tidak perlu mengkhawatirkan masyarakat, beliau tetap mengingatkan orang-orang untuk tidak melanggar aturan. Demikianlah filosofi hidup Konfusius. Namun, filosofi hidup Buddha berbeda.

Buddha mengajari kita bahwa kehidupan tiada awal dan tiada akhir. Kehidupan tiada awal karena kita memiliki kehidupan sebelumnya yang tak terhingga. Dalam Sutra, kita bisa melihat kata “berkalpa-kalpa tak terhingga yang lalu”. Apa yang kita tabur, itulah yang kita tuai. Kelahiran kembali terus terjadi karena hukum sebab akibat. Buddha mengajari kita bahwa kita akan menerima akibat dari segala perbuatan kita. Karma yang kita ciptakan akan terus mengikuti kita dari kehidupan ke kehidupan. Karena itu, kita harus mempelajari Dharma agar bisa membawa berkah ke kehidupan mendatang dan menciptakan berkah bagi dunia.


Kita sangat beruntung bisa mendengar Dharma sehingga bisa terbebas dari noda batin dan mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan. Inilah yang Buddha ajarkan. Saya merasa bahwa saya masih bertanggung jawab atas pelantikan relawan tahun ini. Saya harus berusaha semampu saya untuk melantik relawan secara langsung dan menyerahkan misi Tzu Chi pada mereka.

Tang Mei-yun berkata bahwa dia bertekad mengemban misi Tzu Chi pada saat saya menyematkan kartu komite di depan dadanya. Saat saya menyematkan kartu komite padanya, dia merasa bahwa dia harus memikul tanggung jawab dan pada saat itulah dia membangun tekad. Dia dan tim operanya menggunakan cara yang artistik untuk membabarkan Dharma. Hari itu, di Aula Jing Si Hualien, dia mementaskan peristiwa-peristiwa penting dalam hidup Mahabhiksu Zhi Zhe dalam waktu yang singkat. Dalam waktu puluhan menit, mereka membabarkan Dharma lewat pertunjukan di atas panggung.

Lebih dari 50 orang di atas panggung mementaskan kisah hidup Mahabhiksu Zhi Zhe dari melatih diri, mencapai pencerahan, hingga mengalahkan Mara. Saya sangat kagum pada mereka. Dia kembali ke Griya Jing Si dan berkata bahwa saat saya melantiknya, dia telah membangun ikrar. Jadi, dia terus membabarkan Dharma tanpa memikirkan biaya produksi.


Saya memintanya untuk menampilkan kisah nyata sesuai sejarah, bukan fiksi. Mereka selalu memastikan bahwa kisah dalam buku sesuai dengan kisah nyata kehidupan para guru. Dia menggunakan caranya untuk menyebarkan Dharma ke seluruh dunia.

Saya bertanya padanya, “Mengapa dialog dalam opera kalian terasa tidak asing bagi saya?” Dia berkata bahwa mereka selalu menggunakan kata-kata yang pernah saya ucapkan sebelumnya. Ini sungguh tidak mudah. Singkat kata, kita harus bersungguh hati dalam segala hal.


Kelahiran kembali terjadi tanpa henti karena hukum sebab akibat
Menghargai kesempatan langka terlahir sebagai manusia
Beruntung bisa mendengar Dharma dan mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan
Mementaskan kisah di dalam Sutra untuk menyebarkan Dharma

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 03 Oktober 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 5 Oktober 2019

 

Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -