Suara Kasih : Memberi Keteladanan

 


Judul Asli:
Memiliki Tekad yang Teguh dan Menjadi Teladan

Insan Tzu Chi Afrika Selatan mengemban tekad Guru
Memiliki tekad yang teguh meski dalam kondisi yang sulit
Menjadi teladan dan menyelami Dharma
Kegiatan membersihkan pantai menginspirasi orang lain
 

Hakikat kebuddhaan ada dalam diri setiap orang, apapun suku dan warna kulitnya. Lihatlah, warna kulit relawan Afrika Selatan berbeda dengan kita. Kehidupan mereka pun sangat berbeda dengan kita. Kehidupan mereka serba minim. Meski mereka hidup dalam kondisi dan sumber daya alam yang terbatas, namun itu semua tak menghambat pancaran hakikat murni yang tertanam dalam batin mereka. Hakikat seperti itu terus memancar tanpa henti. Semangat mereka sungguh mengagumkan karena semua ini memerlukan kesabaran.

Seorang Bodhisatwa harus melatih dana, sila, dan kesabaran. Mereka telah menjalankan semuanya. Mereka sangat penuh semangat dalam memerhatikan saudara se-Dharma (sesama relawan Tzu Chi –red). Salah satu relawan di sana yaitu Ci Bu. Kehidupannya sangat sulit karena kondisi ekonomi yang tidak baik. Meski hidup dalam lingkungan demikian, ia tetap memerhatikan orang-orang yang lebih menderita darinya. Ia senantiasa berkata pada diri sendiri, “Saya masih mampu untuk memberi. Saya memiliki saudara se-Dharma. Saya tahu bahwa saya lebih beruntung dari mereka.”

Karena itu, ia mengerahkan kekuatannya untuk bekerja sama dengan saudara se-Dharma. Ia sering mengunjungi keluarga kurang mampu maupun orang sakit untuk memberi perhatian serta menjaga orang-orang yang menderita karena sakit. Di samping melakukan semua itu, ia juga menjaga dan merawat banyak anak yatim piatu dengan menanam sayur-mayur untuk mereka. Ia telah melakukan semuanya. Tetapi, ia mulai merasa kurang sehat, demam, dan sekujur tubuhnya tak bertenaga, bahkan kesulitan untuk bergerak. Meskipun begitu, ia tetap mengatakan, “Masih banyak orang kurang mampu, sakit, dan anak yatim piatu. Mereka memerlukan bantuan saya. Saya harus menolong mereka. Saya tak boleh sakit. Saya ingin pergi dengan kalian untuk bersumbangsih.”
 


Ketika mendengar ia berkata demikian, relawan Tzu Chi yang senior, Pan Shixiong menggenggam tangan Ci Bu dengan lembut dan berkata, ”Penyakit susah untuk diobati, namun Anda harus menjaga niat dengan baik. Hati tak boleh ikut sakit. Anda adalah murid Master yang baik. Masih banyak hal yang harus Anda lakukan. Jagalah hati Anda baik-baik karena masih banyak hal yang harus kita lakukan.” 

Saudara se-Dharma pun mengantarkannya ke RS. Hasil diagnosis mengatakan bahwa ia menderita penyakit TBC. Setelah mengetahui penyakitnya, dokter pun mulai memberikan pengobatan sehingga perlahan-lahan ia mulai dapat bergerak. Ia selalu ingin pergi bersumbangsih bersama relawan Tzu Chi lainnya.

Pada tanggal 25 April, relawan Tzu Chi di Durban mengadakan kegiatan berskala besar. Mereka membersihkan pantai dan mensosialisasikan vegetarian. Kita mengetahui bahwa tidaklah mudah mensosialisasikan vegetarian di Afrika Selatan. Namun, para relawan tetap bertekad untuk menjalankannya meski penuh kesulitan. Dengan adanya tekad, maka akan datang kekuatan yang besar. Karena itu, kegiatan membersihkan pantai di Durban ini sungguh telah menginspirasi warga lokal. Contohnya, ada tiga orang anak muda yang sedang bermain di pantai. Mereka melihat sekelompok insan Tzu Chi yang berseragam rapi tak keberatan memungut sampah-sampah dengan wajah tersenyum.

Mereka pun merasa ingin tahu dan bertanya kepada seorang relawan senior yang mengalami keterbatasan dalam bergerak, “Apa yang sedang kalian lakukan?” Relawan Tzu Chi itu mulai menceritakan semua kegiatan Tzu Chi dan kegiatan yang telah dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti bersumbangsih menolong warga kurang mampu, orang sakit, dan melindungi bumi. Satu per satu semangat seperti ini dijelaskan kepada 3 anak muda tersebut. Setelah mendengarnya, mereka merasa tersentuh dan mulai mengaku, ”Sejujurnya, hari ini kami ke sini untuk mencuri. Namun, kami melihat kalian yang meski hidup dengan penuh kesulitan masih bertekad membantu orang lain, sedangkan kami mempunyai fisik yang lengkap,namun berniat mencuri barang orang lain.” Selanjutnya anak muda itu berkata, “Saya bersumpah tidak akan mencuri barang orang lain lagi. Saya akan memulai kehidupan baru.”

 


Lihatlah, tanpa disengaja kita pun dapat menginspirasi orang lain. Tiga anak muda tersebut sungguh telah terinspirasi. Jika kita tak memberikan teladan nyata, bagaimana dapat menginspirasi orang lain? Dalam tayangan tadi kita dapat melihat relawan Zulu berjalan sambil bernyanyi dan menggerakkan tangan.

Pada suatu kunjungan mereka ke Taiwan, saya pun bertanya kepada mereka, “Lagu apa yang kalian nyanyikan?” Mereka pun menjawab, “Dharma Master tersebar ke seluruh dunia, cinta kasih insan Tzu Chi tercurah bagi semua orang.” Begitulah, mereka memiliki batin yang murni yang terus mendorong diri mereka untuk melakukan kegiatan Tzu Chi. Semangat ini sungguhlah berharga. Inilah mengapa di tengah segala kesulitan, masalah keluarga, serta penyakit yang menyerang, tekad mereka tetap tak tergoyahkan. Salah satu syair pelimpahan jasa berbunyi, “Semoga tiga keyakinan mengikis segala kekotoran batin.” Kehidupan yang serba sulit tak menjadi hambatan bagi mereka.

Hambatan kita adalah keserakahan, kebencian, dan kebodohan. sedangkan yang menghambat mereka adalah kehidupan serba sulit. Namun, asalkan memiliki tekad, tak ada yang dapat menghalangi. Contohnya relawan Ci Bi. Ia telah dilantik menjadi anggota komite. Ia pernah dirawat di rumah sakit karena kecelakaan lalu lintas. Relawan lainnya menyarankan, ”Anda harus istirahat baik-baik.” Tetapi ia berkata, “Meski beristirahat di sini, hati saya tetap bersama Tzu Chi.” Ia ingin membabarkan Dharma ke seluruh dunia. Ia ingin bersumbangsih sepenuh hati. Ia berharap segera pulih dan kembali menjalankan misi Tzu Chi. Saya sungguh bersimpati padanya.

Meski murid-murid saya berada jauh dari saya, namun hati mereka sangat dekat dengan saya. Melihat mereka yang bekerja keras, bagaimana saya tidak merasa tersentuh dan bersimpati? Meski mereka mengalami banyak cobaan dalam kehidupan, namun saya merasa terhibur karena kebijaksanaan mereka terus berkembang. Saya sungguh terhibur melihat harapan dunia terus bermunculan. Jika kita semua dapat mempelajari semangat mereka yang menjadi teladan melalui perilaku dalam kehidupan, bagaimana mungkin kita tak terinspirasi untuk ikut bersumbangsih?

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi / Foto: Da Ai TV Taiwan
 
 
 
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -