Master Bercerita: Bunga Cinta Kasih

Hewan juga memiliki perasaan. Di Amerika Serikat, ada seekor gorila yang sangat pintar. Petugas di kebun binatang mengajarinya bahasa isyarat tangan. Saat mempelajari kata "kucing", ia menyatakan dengan isyarat tangan bahwa ia ingin mengadopsi kucing. Melihat bahwa gorila ini ingin mengadopsi kucing, petugas di kebun binatang segera memberikan seekor kucing padanya. Kucing ini diberikan pada hari ulang tahun gorila tersebut. Ia merawat kucing ini dengan baik.

Lama-kelamaan, mereka seperti ibu dan anak yang sesungguhnya. Kemudian, ia kembali mengadopsi dua ekor kucing. Ia merasa gembira dan bahagia setiap hari. Seekor gorila hidup bersama tiga ekor kucing. Keluarga ini disebut "Keluarga Kucing". Keluarga Kucing ini sangat menarik perhatian. Banyak orang yang mengunjungi mereka.

Gorila juga memiliki perasaan dan cinta kasih ibu. Hewan juga memiliki cinta kasih ibu. Kucing-kucing yang terpisah dari induknya bisa memperoleh cinta kasih ibu dari gorila. Meski berbeda spesies, tetapi mereka bisa hidup bersama dengan begitu harmonis. Jadi, hewan juga memiliki perasaan.

 

Di sebuah desa di Jepang, terdapat seorang pemuda yang sangat terampil dalam berburu. Dengan mendengar saja, dia bisa mengetahui di mana sasarannya berada. Setiap kali dia melepaskan tembakan, tidak ada yang memeleset. Namun, di dalam hatinya tidak ada cinta kasih. Dia juga tidak tahu bagaimana memperhatikan sesama manusia. Seluruh warga desa tidak menganggapnya sebagai bagian dari desa ini.

Suatu hari, dia pergi ke gunung untuk berburu. Tiba-tiba, dia mendengar suara. Secara alami, dia mengikuti suara tersebut dan berjalan ke arah utara. Di sana, dia melihat sebatang pohon besar. Setelah dilihat dengan saksama, ada seekor monyet di atas pohon. Monyet ini duduk di dahan pohon dan sedang berjemur di bawah sinar matahari. Dia langsung mengangkat senapannya, membidik monyet itu, dan menembaknya.

 

Monyet ini terjatuh dan segera berpegang pada dahan pohon dengan salah satu tangannya. Pemburu ini kembali mengangkat senapan dan ingin menembak sekali lagi. Tiba-tiba, dia sepertinya menyadari sesuatu dan menurunkan senapannya. Setelah dilihat dengan lebih saksama, ternyata monyet ini berpegang pada dahan pohon dengan satu tangannya, sedangkan tangan lainnya menggendong seekor anak monyet.

Dia memandangi mereka karena ingin tahu induk monyet ini bisa bertahan berapa lama dan apa yang ingin ia lakukan dengan anak monyet yang digendongnya. Induk monyet sepertinya ingin mendorong anaknya kembali ke pohon, tetapi anaknya memeluknya erat-erat. Induk monyet seakan-akan berkata pada anaknya, "Selamatkan dirimu, Ibu tidak bisa bertahan lebih lama lagi." Anak monyet ini terus mengeluarkan suara seakan-akan berkata, "Saya tidak akan meninggalkan Ibu." Induk monyet sangat panik. Ia khawatir setelah ia terjatuh, anak monyet juga akan tewas anak monyet juga akan tewas dan ditangkap.


Induk dan anak monyet seakan-akan melakukan percakapan. Tangisan mereka sangat memilukan. Induk monyet sungguh sudah tidak bisa bertahan, tetapi anaknya tetap memeluknya erat-erat, bahkan semakin lama semakin erat. Induk monyet akhirnya tidak bisa bertahan dan pegangannya terlepas sehingga ia jatuh bersama anaknya. Melihat induk dan anak monyet jatuh secara bersamaan, pemburu itu merasa bahwa sepertinya ada sesuatu di dalam hatinya yang retak. Saat itu, dia sangat terguncang. Sejak saat itu, dia menyimpan senapannya.Warga desa merasa sangat aneh.

Sebelumnya, tidak peduli cuaca cerah maupun hujan, dia berburu setiap hari dan hasilnya selalu berlimpah. Belakangan ini, dia tidak pernah memegang senapan dan menjadi semakin pendiam. Sesungguhnya, apa yang terjadi? Beberapa waktu kemudian, seorang warga desa pergi ke pegunungan dan melihat di bawah pohon besar ini terdapat sebuah kuburan. Setiap hari, bunga yang segar terlihat di depan kuburan tersebut.

Kisah ini merupakan materi perenungan yang baik bagi kita. Pemuda ini memiliki keterampilan, tetapi di dalam hatinya tidak ada rasa empati dan cinta kasih. Dia tidak tahu bagaimana rasanya saling memperhatikan. Hidupnya begitu-begitu saja dan tidak ada sesuatu yang menarik. Warga desa juga jarang berinteraksi dengannya. Dia menjalani hari demi hari seperti itu hingga kejadian itu membuat dirinya berubah.


Sungguh, hewan juga memiliki perasaan dan cinta kasih, bahkan pada saat nyawa mereka terancam. Cinta kasih antara induk monyet dan anaknya sungguh telah menyentuh hatinya dan mengajarinya tentang cinta kasih yang tulus. Jadi, dengan cinta kasih, kita bisa melakukan hal yang penuh kehangatan dan dapat menyentuh hati orang lain. Jika tidak memiliki perasaan dan cinta kasih, kita mungkin akan melakukan hal yang sangat kejam. Kehidupan seperti itu sungguh menyedihkan.

Saudara sekalian, pesan dalam kisah ini hendaknya kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membangkitkan cinta kasih yang tulus, hidup kita akan cemerlang dan penuh kehangatan.

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -