Master Bercerita: Induk Kambing dan Anak Harimau

Dalam kehidupan sehari-hari, lingkungan merupakan faktor penting untuk melatih pikiran kita. Lingkungan tempat kita bertumbuh dan menerima pendidikan dapat memengaruhi tujuan hidup kita. Namun, saat lahir, bisakah kita memilih lingkungan kita dilahirkan? Bisakah kita memilihnya? Ini bergantung pada jalinan jodoh.

Contohnya, kita tidak bisa memilih orang tua atau di keluarga mana kita terlahir. Kita tidak bisa menentukan lingkungan kita terlahir. Saat tumbuh dewasa, setiap orang memiliki cita-cita masing-masing serta lingkungan dan tujuan hidup yang diinginkan. Meski memiliki cita-cita, tetapi bisakah segala sesuatu berjalan sesuai keinginan kita? Semua ini bergantung pada kita menjalin jodoh baik atau tidak.

Jalinan jodoh baik di kehidupan lampau akan menjadi berkah di kehidupan sekarang. Jika kita memiliki jalinan jodoh baik, keinginan kita akan lebih mudah tercapai. Jika tidak memiliki jalinan jodoh baik, maka semakin banyak keinginan, kita akan semakin menderita. Jadi, kita harus belajar untuk tenang dalam segala kondisi.


Berada dalam kondisi dan di tempat seperti apa pun, kita harus bisa menyesuaikan diri. Jika bisa demikian, barulah kita bisa merasa damai dan tenang. Di pegunungan, ada seekor harimau betina yang akan segera melahirkan. Di tempat terpencil, ia melahirkan anaknya. Ada dua pemburu yang kebetulan lewat. Berhubung baru melahirkan, induk harimau agak lemah.

Melihat induk harimau ini, salah satu pemburu mengangkat senapan dan menembaknya. Induk harimau tertembak dan tumbang. Kedua pemburu itu pun membawa pergi induk harimau. Beruntung, anak harimau berada di tempat yang tersembunyi dan tidak ketahuan oleh pemburu. Kemudian, anak harimau ini terus bergerak hingga keluar dari persembunyiannya.

Pada saat itu, ada seorang petani yang lewat. Dia melihat bahwa anak harimau ini masih basah. Melihat genangan darah di sekitar sana, petani ini menduga bahwa induk harimau mungkin telah ditembak oleh pemburu. Anak harimau ini perlu dirawat. Karena itu, dia membawanya pulang. Dia memiliki seekor kambing betina yang baru melahirkan. Dia menempatkan anak harimau ini bersama anak-anak kambing agar ia bisa menyusu pada induk kambing. Anak harimau ini pun hidup bersama kawanan kambing. Kambing dan harimau hidup bersama. Mereka hidup berdampingan dengan harmonis. Harimau ini juga sangat jinak.


Suatu hari, induk kambing membawa anak-anaknya, termasuk harimau ini, pergi merumput di sebuah padang rumput. Di sana, ada sebuah kolam yang airnya sangat jernih dan tenang. Usai merumput, induk kambing pun membawa mereka ke tepi kolam untuk meminum air. Harimau ini telah tumbuh besar.

Saat tiba di tepi kolam dan menjulurkan kepala untuk minum air, ia tiba-tiba mengaum dengan keras. Ia sendiri terkejut, kawanan kambing juga terkejut dan lari berpencar. Harimau ini juga sangat terkejut dan tidak tahu mengapa ia tiba-tiba mengaum sekeras itu. Ia ingat bahwa tadi, ia melihat seekor hewan di dalam air. Karena itu, dia kembali mendekati kolam untuk melihatnya.

Saat ia melihatnya, hewan itu tetap ada. Setelah ia mundur selangkah dan maju lagi, hewan itu tetap ada di dalam air. Ia pun mengulurkan kaki depannya untuk menyentuh air kolam. Saat timbul riak air, hewan di dalam air pun hilang. Ia merasa sangat heran. Ia mundur lagi. Setelah air kembali tenang, ia menjulurkan kepala lagi dan kembali melihat hewan itu di dalam air. Melihat wujudnya berbeda dengan kambing, ia baru tahu bahwa ia bukanlah kambing, melainkan harimau.


Kisah ini mengajari kita tentang pentingnya lingkungan. Kita tahu bahwa harimau adalah hewan buas yang kuat. Harimau adalah hewan karnivora. Pada umumnya, jika melihat kambing, harimau akan memakannya. Selain itu, harimau adalah hewan buas. Namun, sejak kecil, harimau ini dibesarkan oleh induk kambing dan tumbuh besar bersama anak kambing. Karena itu, mereka bisa hidup berdampingan dengan harmonis.

Demikianlah pengaruh lingkungan. Buddha berkata bahwa setiap orang memiliki sifat hakiki yang sama, yaitu hakikat kebuddhaan. Setelah membangkitkan sifat hakiki kita, kita harus bersungguh-sungguh menjaganya agar terus berkembang dan semakin jelas. Kita harus perlahan-lahan memperbaiki tabiat buruk kita. Tinggal di lingkungan seperti apa pun, yang terpenting adalah membangkitkan sifat hakiki dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.


Dengan membangkitkan sifat hakiki dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan, barulah kita bisa perlahan-lahan memperbaiki tabiat buruk kita. Untuk itu, kita harus lebih bersungguh hati.

Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -