Master Bercerita: Kisah Dua Kakak Beradik

Segala materi di alam semesta ini mengalami fase terbentuk, berlangsung, rusak, dan hancur. Begitu pula dengan manusia.

Di dunia ini, semua orang mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati. Orang-orang sering berkata bahwa nilai kehidupan kita terletak pada harapan yang terwujud. Dengan adanya begitu banyak harapan, kapan semua harapan kita bisa terwujud dan merasa puas karenanya? Semoga kita dapat menjaga pikiran kita dan jangan menyia-nyiakan waktu dan ruang yang ada.

Dalam hidup kita terdapat waktu dan ruang. Kita hidup di dunia yang terdapat berbagai materi, orang, dan hal. Segala sesuatu di dunia ini juga mengalami pertumbuhan seiring waktu hingga akhirnya lenyap. Namun, manusia tidak bisa memahami kebenaran tentang waktu dan ruang serta nilai kehidupan yang sesungguhnya. Orang-orang terus mengejar materi secara membabi buta. Ini sungguh membawa penderitaan.

 

Suatu hari, melihat Kasyapa yang sudah lansia, Buddha berkata padanya, "Kita sudah lanjut usia. Harapan kita ialah setiap orang dapat mengenal Dharma. Namun, masih ada banyak orang yang tersesat."

Buddha juga berkata bahwa banyak orang yang hidup di tengah delusi. Saat ada bayi lahir, orang-orang sangat gembira dan menyelamati satu sama lain.


Perlu diketahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang terus mengejar nafsu keinginan. Prosesnya membuat orang-orang sangat menderita. Di dunia ini, ada yang diperoleh dan ada yang hilang. Namun, jarang ada orang yang memahami hal ini.

Buddha lalu memberikan sebuah contoh.

Di rumah seorang pria kaya, suatu pagi, datang seorang dewi yang sangat anggun dan jelita. Melihatnya, sang tuan rumah dipenuhi sukacita.

Dewi itu berkata, "Aku adalah Laksmi yang selalu membawa keberuntungan dan kekayaan bagi orang-orang. Aku berkunjung ke rumahmu hari ini karena memiliki jalinan jodoh denganmu."

Pria kaya itu sangat gembira dan berkata, "Engkau bisa berkunjung ke sini merupakan suatu kehormatan bagiku. Aku sungguh dipenuhi berkah."


Kemudian, datang lagi seorang wanita yang buruk rupa. Melihat wanita itu di depan rumahnya, pria kaya itu sangat jijik.

Wanita itu berkata, "Namaku adalah Kalaratri. Ke mana pun pergi, aku selalu membawa kemalangan."

Pria kaya itu merasa sangat jijik dan takut, lalu berkata padanya, "Kedatanganmu tidak diinginkan di sini. Lekas tinggalkan tempat ini."

Wanita itu berkata, "Kakak saya sudah berada di rumahmu. Apa pun yang dilakukan, saya dan kakak saya selalu melakukannya bersama. Ke mana pun pergi, kami selalu bersama-sama. Jika engkau ingin aku pergi, kakak saya juga akan ikut pergi."

 

Pria kaya itu berkata, "Aku ingin kakakmu tinggal di sini, tetapi tidak denganmu."

Pada saat itu, sang kakak keluar dan berkata, "Benar, dia adalah adikku. Kami selalu bersama, tidak pernah berpisah. Jika engkau ingin aku tinggal, engkau juga harus menerima adikku."

Pria kaya itu berpikir sejenak dan berkata, "Kalian berdua pergilah."

Kakak beradik ini lalu meninggalkan rumahnya.

 

Lalu, mereka pergi ke rumah seorang pria miskin. Sang kakak kembali berkata bahwa dirinya bisa mendatangkan keberuntungan.

Sang adik berkata bahwa dirinya bisa mendatangkan kemalangan.

Pria miskin itu berkata, "Jika kalian ingin tinggal di sini, aku akan menerima kalian dengan penuh sukacita."

Sang kakak berkata, "Engkau bisa menerimaku, tetapi bisakah engkau menerima adikku?"

Pria miskin itu berkata, "Aku memang tidak memiliki apa-apa. Jadi, aku tidak takut kehilangan. Saya berharap kita dapat berinteraksi dengan harmonis."

Setelah menceritakan kisah ini, Buddha berkata kepada Kasyapa, "Saat keberuntungan datang, orang-orang sangat gembira. Saat kemalangan datang, orang-orang merasa tidak senang. Orang-orang mengejar yang baik dan menolak yang tidak baik. Demikianlah makhluk yang hidup di tengah delusi. Jika setiap orang bisa seperti pria miskin itu yang memahami bahwa kita memang datang ke dunia ini dengan tangan kosong, kita tidak akan merasa kehilangan. Sesuatu yang seharusnya terjadi tetap akan terjadi. Hidup di dunia ini, jika kita bisa membina pikiran yang tenang, secara alami, kita akan terbebas dari penderitaan dan siksaan batin."

 

Saudara sekalian, lewat kisah ini, kita tahu bahwa Buddha dan para murid-Nya juga mengalami usia muda dan tua. Saat muda, Buddha dan para murid-Nya bertekad untuk bersumbangsih bagi masyarakat. Waktu dan ruang dapat mendukung segala pencapaian. Namun, seiring berlalunya waktu, usia mereka juga bertambah dan fungsi tubuh mereka menurun. Begitu pula dengan kita semua.

Jadi, kita harus belajar untuk menggenggam waktu dan ruang yang ada serta menyelaraskan pikiran kita dalam keseharian. Jika kita memiliki nafsu keinginan yang besar, kita akan diliputi kerisauan karena memperoleh dan kehilangan. Jika kita tidak memiliki nafsu keinginan, tentu pikiran kita akan tenang.

Singkat kata, kita harus senantiasa melatih pikiran kita.

Sumber: Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV)
Penerjemah : Hendry, Karlena, Marlina, Stella (DAAI TV Indonesia)
Penyelaras : Khusnul Khotimah

Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -