Master Bercerita: Pengemis menjadi Ratu

Dalam kehidupan duniawi, ada perbedaan kaya dan miskin. Miskin berarti tidak punya uang dan kekurangan sumber materi. Kekurangan segala sesuatu yang berwujud, inilah kekurangan di dunia. Miskin membuat tekad kita menjadi lemah. Jadi, kita akan berpikir, "Saya tidak punya uang, apa yang bisa saya lakukan?" "Saya kekurangan segalanya, maka saya tidak bisa mencapai apa pun." Jadi, kita akan sangat patah semangat dan tidak ingin mengembangkan bakatnya.

Orang seperti ini tidak mau berusaha untuk maju. Karena kekurangan materi, maka dia tidak berani dan juga tidak bersedia mencobanya. Ini merupakan miskin secara tekad. Orang dahulu berkata, "Meski miskin secara materi, tetapi tidak miskin tekad." Setiap orang memiliki potensi. Jika kita membangkitkan tekad, maka tiada hal yang tidak bisa kita lakukan.


Ini tergantung pada niat kita. Jadi, yang paling dikhawatirkan adalah kurang percaya diri. Tidak takut kekurangan materi, yang ditakutkan adalah kurang percaya diri. Tanpa kepercayaan diri, kita tidak bisa melakukan hal besar. Kita harus percaya bahwa setiap orang memiliki potensi.

Kita akan bertanya, "Apakah saya juga memiliki potensi? Jika saya memiliki potensi, saya bersedia bersumbangsih" Asalkan kita percaya bahwa kita memiliki potensi, maka lama-kelamaan akan tertanam di dalam pikiran kita. Asalkan kita memiliki niat, maka bisa memiliki kekuatan untuk mengembangkannya.

Ada seorang gadis cantik dari kecil hingga besar menjalani hidup dengan mengemis. Suatu kali, dia melihat orang membuang kotoran dan di dalamnya terdapat 2 keping uang koin. Tidak seorang pun mau memungutnya. Gadis itu pun memungut dan mencucinya hingga bersih, lalu menyimpannya di dalam kantong pakaiannya.


Suatu hari, dia melihat sekelompok orang berjalan menuju gunung. Mereka berjalan sambil memuji seorang kepala bhiksu yang berbudi luhur. Mereka berharap memberi persembahan, bisa mendapatkan berkah. Gadis itu pun ikut pergi untuk melihatnya. Mereka masuk ke sebuah kuil, lalu mempersembahkan makanan dan lain-lain.

Kepala bhiksu duduk di sana, sementara bhiksu lainnya menerima persembahan. Lalu, seorang bhiksu senior mendoakan mereka. Gadis itu sangat iri dan bertanya-tanya, "Saya berpakaian compang-camping seperti ini, bagaimana mendekati kepala bhiksu itu?" Dia teringat bahwa 2 keping uang koinnya masih ada. Lalu, dia bersujud dan bersembahyang dengan tulus. Kepala bhiksu berkata, "Biarkan gadis itu kemari." Dia pun mengulurkan tangan untuk menerima koin dari gadis itu dan memberi makanan kepada gadis itu.

Gadis itu merasa sangat tidak terduga, bisa mendapat perlakuan baik seperti itu. Dia pun sangat gembira dan segera memberi hormat pada kepala bhiksu, lalu pergi dari sana. Setelah tiba di bawah gunung, dia pun tertidur di sebuah batu di bawah pohon. Namun, dia terdengar suara kereta kuda. Seorang peramal sedang membantu raja mencari istri. Peramal itu melihat dari jauh di bawah pohon itu seperti ada awan berwarna kuning.


Melihat seorang gadis tidur di sana, dia pun meminta pelayan wanitanya untuk membangunkannya dan mengganti bajunya. Setelah mengganti baju, gadis itu terlihat sangat cantik dan dibawa ke istana. Setelah melihatnya, raja sangat suka padanya dan menjadikannya sebagai ratu. Ratu ini merasa sangat tidak masuk akal. Dia berpikir, "Apakah kelapa bhiksu itu yang telah mendoakan saya?" Dia berharap raja bisa memberinya banyak barang agar dia membawanya untuk berterima kasih pada kepala bhiksu.

Ratu membawa banyak pelayan untuk pergi memberikan persembahan. Bhiksu itu tetap duduk di sana tanpa bergerak. Semuanya merasa sangat aneh. Bhiksu pun berkata, "Yang terpenting adalah hati yang tulus." Saat gadis itu menjadi pengemis, dia memberi persembahan dengan tulus, tanpa mengharapkan balasan apa pun, hatinya murni dan tulus. Kini, ratu datang dengan menunjukkan kekayaannya."

Jadi, yang paling kaya dan berharga di dunia adalah yang hati yang murni dan tulus." Kisah ini mengingatkan kita bahwa jangan membedakan kaya dan miskin. Bagaimana membimbingnya untuk melenyapkan pikiran yang angkuh? Jika tidak, begitu dia menjadi ratu dan memiliki pikiran yang angkuh, maka tidak akan membawa berkah bagi rakyat. Meski dia sudah menjadi ratu, bhiksu itu tetap membimbingnya.


Tidak boleh memiliki pikiran yang angkuh. Kekurangan barang yang berwujud disebut miskin. Kepercayaan yang tidak berwujud barulah merupakan pencapaian yang sesungguhnya. Itulah yang paling berharga. Jadi, kita jangan kehilangan kepercayaan diri dan juga jangan ada pikiran ingin mendapatkan sesuatu atau takut kehilangan sesuatu. Jangan ada pikiran seperti itu. Asalkan kita mampu, kita harus bersumbangsih.

Gadis itu hanya memiliki 2 keping koin saja dia bersedia bersumbangsih. Bagaimana dengan kita yang memiliki potensi yang tidak terhingga? Jika kita membatasi diri sendiri dan tidak ingin membuat aspirasi besar, itu sangat disayangkan. Jadi, asalkan kita mengubah pola pikir, maka itu tidaklah sulit.

Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -